25. RASA YANG TETAP SAMA

197 33 1
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

(direkomendasikan sambil dengerin lagu Della Firdatia - Belum Sembuh)

-----------------------

Tentang perasaan yang terpaksa harus patah karena keadaan. Tentang hati yang hanya diisi oleh sunyi. Dan juga tentang rindu yang terpaksa harus menghindari temu, membuat sisi lain dalam diri seorang Biantara Kivandra muncul ke permukaan. Tak ada lagi Bian selalu membuat keributan. Yang tersisa hanyalah Bian yang entah kenapa terasa lebih dewasa dari biasanya. Sudah lima bulan semenjak perpisahan Bian dengan Kalani, selama itu pula Jaya sudah mulai menjalani hubungannya dengan Kalani. Hubungan yang berdasar atas paksaan yang tidak berperasaan.

"Aku mau main sama anak-anak. Kamu jangan tidur terlalu malam, ya?" Kata Jaya. Mendengar kata 'anak-anak', Kalani sudah tahu. Pasti itu bersama keenam sahabatnya. Dan tentu saja ada Bian di dalamnya.

"Jaya."

"Iya, Kal?" Jaya menyahut. Namun, Kalani sudah berlari ke arah kamarnya.

Kalani kembali dengan membawa satu paperbag. Kalani menyodorkan paperbag yang berisi sebuah baju dan jaket yang membuat Jaya bingung, "Apa ini?"

"Aku minta tolong, ini tolong kembaliin ke Bian. Ini baju sama jaket dia. Dia minta kembaliinnya lewat kamu."

Jaya menghela napas berat, "Kapan kamu ketemu sama dia, Kal?"

"Lima bulan yang lalu. Tepat saat aku sama Bian putus. Aku belum kembaliin ini." Jelas Kalani.

"Kenapa kamu masih simpan?" Tanya Jaya.

Sejujurnya, ada sedikit rasa cemburu di hati Jaya. Bagaimana pun juga, kini ia adalah pasangan Kalani. Jaya tidak ingin menyakiti Kalani dengan menjalani sebuah hubungan tanpa cinta. Lambat laun, Jaya mulai belajar untuk sedikit menerima Kalani dihatinya. Walaupun sebenarnya, pemilik hati Jaya yang paling utama adalah Kanaya. Namun, nyatanya perjuangan Jaya masih hanya perjuangan sepihak. Cinta Kalani, masih tetap utuh untuk Bian.

"Kamu masih belum bisa lepasin Bian?" Tanya Jaya. Kalani hanya diam.

Jaya menarik napas kasar, "Kal? Kamu bisa nggak sih sedikit mengerti perasaan aku? Aku tahu kalau kita emang nggak saling cinta. Tapi, apa salahnya kita nyoba?" Tanpa sadar, Jaya berbicara dengan nada sedikit tinggi, dan membuat Kalani tersentak.

Kalani menatap mata Jaya dengan tatapan datar, "Kamu tahu, apa yang bikin aku nggak bisa membuka hati aku buat kamu, seperti aku membuka hati untuk Bian? Karena, kamu bukan Bian, Jaya! Kamu Jayaraga! Bukan Biantara! Seharusnya, kamu paham itu! Dan kamu nuntut aku buat memberikan seluruh perasaan aku, disaat kamu aja sebenarnya setengah hati? Apa bedanya kamu sama Papa aku, Ya? Apa bedanya juga kamu sama Eyang kamu?" Kalani sudah tidak mampu menahan seluruh beban yang ada dalam hatinya. Air matanya sudah luruh.

"Sayang, aku-"

"Aku capek, Ya! Aku juga tahu kalau kamu capek. Kita sama-sama lelah, Ya! Aku capek terus dituntut untuk memahami semua orang, disaat semua orang nggak ada yang mau memahami perasaan aku! Aku capek, Jaya! Aku juga sama kayak kamu. Aku tahu, kamu ingin kita putus. Aku tahu, kamu nggak mau jadi canggung sama Bian. Aku juga tahu kalau kamu maunya sama orang yang kamu cintai. Aku juga maunya sama Bian. Tapi, kita sama-sama nggak bisa, kan? Aku benar-benar capek, Jaya!" Kalani pun berjongkok. Ia menyembunyikan wajahnya diantara lutut dan tangannya. Kalani menangis hebat.

"Sayang, maaf." Jaya membantu Kalani untuk berdiri, lalu memeluknya. Ketika memeluk Kalani, Jaya selalu dihantui perasaan bersalah pada Bian. Padahal, saat ini Kalani adalah miliknya. Namun, Jaya tidak memiliki cintanya.

LENGKARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang