8. TERIMAKASIH, BIANTARA!

330 40 5
                                    

SELAMAT MEMBACA! ❤️

———————————————————

Katanya, laki-laki itu harus memegang janjinya. Itu lah kalimat yang selalu Bian pegang. Bian menepati janjinya untuk menjemput Kalani.

"Mau kemana kamu?" Tanya Vanya yang tengah menyeduh susu.

"Ngampus."

"Bohong banget. Kemaren lo bilang nggak ada kelas?" Selidik Vanya.

"Aku emang nggak ada kelas, Kak! Tapi, ada urusan penting." Kata Bian sambil merebut segelas susu dari tangan Vanya.

"Kebiasaan lo Biaaaan!" Bian hanya bisa mengaduh ketika Vanya memukul-mukul tangannya.

"Hidup lo penuh banget sama kekerasan, Van!"

"Sama lo doang! Lo kalo nggak pake kekerasan, tuman soalnya!" Ketus Vanya.

"Apa lagi kali ini yang diributin?" Tanya Mama yang baru saja datang sambil menenteng keresek berisi sayuran.

"Tau nih. Si Kaka sensitif mulu bawaannya kalau sama Adek!" Adu Bian.

"Dih? Kalau adeknya lucu sih gue oke oke aja. Lah lo udah tengil, nyebelin lagi!"

"Bian berangkat ya, Ma! Hari ini pulangnya nggak malem, kok." Bian pun mencium tangan Mama.

"Bawa mobil?" Tanya Mama.

"Nggak, motor. Bian berangkat, ya!"

Bian pun berjalan menuju pintu. Namun, bukan Bian jika tidak menimbulkan huru-hara. Sebelum keluar, Bian menyempatkan diri menarik rambut Vanya, lalu berlari begitu saja setelah membuat Vanya mengamuk.

"BIAAAAAN! PUNYA DOSA APA GUE SAMPE HARUS JADI KEMBARAN LOOO!"

Bian yang kini tengah berada di garasi pun hanya tertawa, lalu menyalakan motor matic kesayangannya untuk menjemput sang pujaan hati. Kalani.

———————————————————

Kalani tengah bersiap untuk berangkat ke kampus. Namun, samar-samar Kalani mendengar Papanya sedang mengobrol dengan seseorang dan sesekali tertawa. Kalani pun segera membereskan seluruh peralatannya, dan turun untuk menunggu Bian.

Setelah sampai di ruang tamu, Kalani terkejut karena disana sudah ada Bian dan Papanya yang tengah bermain catur.

"Loh, Bian? Kok udah disini?" Tanya Kalani heran.

"Kamu tuh, Kal. Harusnya bilang terimakasih karena Bian nggak telat jemput kamu!" Ujar Papa Kalani.

"Iya, tapi Kalani janjiannya jam delapan."

Bian terkekeh, "Gue kabur dari rumah sih sebenernya. Gue habis bikin Vanya ngamuk."

"Ck. Lo tuh ya! Ada aja cara bikin kakak lo kesel!"

"Kamu kok bisa main catur?" Tanya Papa Kalani pada Bian.

"Soalnya, dirumah juga Bian sering nemenin Papa main catur, Om!"

LENGKARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang