18. PERTEMUAN DUA KELUARGA

223 31 7
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️
———————————————————————

Waktu yang berjalan, membawa banyak sekali perubahan. Tepat satu tahun Bian dan Kalani menjalani hubungan, Bian benar-benar menepati janjinya untuk membawa keluarganya menemui keluarga Kalani. Lebih tepatnya, hanya Papa Kalani. Bahkan, Pandu yang kini lebih dekat dengan Bian karena ia pacarnya Vanya pun kagum. Ternyata, Bian memang tidak pernah main-main soal perasaan. Pantas saja Bian sangat menyeramkan jika ada sesuatu yang berhubungan dengan Vanya.

"Dek? Nggak ada yang ketinggalan?" Kata Mama yang kini tengah repot menenteng berbagai macam barang untuk diberikan pada Kalani.

"Adek nggak bawa banyak barang, tuh. Ini cuma silaturahmi dulu, Ma. Bukan lamaran." Kata Bian.

"Ya Mama juga tahu. Masa kesana bawa tangan kosong? Kamu ini ngaco ah."

"Tau, tuh! Lo pelit banget jadi cowok!" Ledek Vanya.

"Mulut lo enteng bener ya, Van! Gue stop pemasukan buat beliin lo buku, ya!" Ancam Bian yang membuat Vanya merengut.

"Yaaahhh ... Jangan gitu dong, Dek!"

"Lagian lo ada-ada aja."

"Ekhem! Ada gue disini by the way kalo lo berdua lupa." Kata Pandu.

"Urus cewek lu nih, Ndu!"

Pandu pun hanya bisa menghela napas pasrah. Melihat tingkah menyebalkan sahabatnya, yang sialnya adalah calon adik iparnya itu.

———————————————————————

"Lo ngapain disini, Dek?" Tanya Vanya yang heran.

"Ya ayo kita bareng!"

"ANJIR?! NGGAK DI MOBIL GUE SAMA PANDU JUGA, LAH! KAN MOBIL MAMA SAMA PAPA KOSONG! LO NGGAK LIAT INI BARANG NUMPUK DISINI?" Kata Vanya. Namun, hanya dianggap angin lalu oleh Bian.

"Tuh, mobil Mama sama Papa udah jalan. Ayo jalan, Ndu!" Titah Bian sambil terkikik.

"Emang temen nggak ada adab! Tunggu aja lo ntar di tongkrongan!" Kata Pandu.

"Kak, lihat nih, Kak! Masa Biantara Kivandra, adik seorang Lavanya Gistara di ancem-ancemein gini?" Adu Bian pada Vanya yang tengah memakai lipstik.

"Kamu mau apain Bian, Sayang? Tonjok? Tampol? Apa gimana? Nanti aku bantuin." Kata Vanya santai, yang mendapat balasan tawa dari Pandu.

"Kamu tuh ada-ada aja!" Kata Pandu sambil mengusap rambut Vanya.

"Lo berdua jangan begitu di depan gue! Gue jijik!"

"Ya terus kenapa lo ada di mobil gue?" Tanya Pandu.

"Takut Kakak gue lo kecup-kecup kalo cuma berdua!" Kata Bian yang mendapat toyoran dari Vanya.

"Anak kampret! Otak lo setengah waras!"

Bian pun hanya bisa tertawa. Lebih tepatnya, menertawakan dirinya sendiri.

———————————————————————

Sesampainya di rumah Kalani, Keluarga Bian pun disambut oleh Kalani, Papa, Om, dan juga tante Kalani yang sengaja hadir untuk menemani Kalani dan Papanya.

"Silahkan masuk!"

Ketika memasuki ruang tamu, terlihat ada Kalani dan Bu Yanti yang tengah menyiapkan makanan.

Papa pun menjelaskan maksud dan tujuan Bian sekeluarga datang itu untuk bersilaturahmi. Pada akhir acara, semuanya pun memakan makanan yang telah dihidangkan, sambil sedikit berbincang.

"Mungkin ada pertanyaan, kenapa tidak ada Ibunya Kalani disini. Ibunya Kalani sudah tiada saat Kalani masih SMA." Kata Om Kalani.

Bian sekeluarga pun mendengarkan dengan baik.

"Kalani juga sebenarnya punya Kakak perempuan. Namanya Nadia. Tapi, Nadia juga sudah tiada karena sakit-sakitan."

Vanya yang mendengarnya pun lalu pindah duduk di sebelah Kalani. Vanya pun menggenggam erat tangan Kalani.

"Tinggalah disini hanya Kalani dengan Papanya saja. Semoga Bapak sekeluarga bisa memahami, dan menerima keadaan Kalani sebagaimana kenyataannya." Kata Om Kalani.

"Kalani itu sudah seperti anak kami sendiri, Pak. Apalagi kalau sudah bersama Vanya." Kata Papa Bian.

———————————————————————

Pada akhirnya, acara itu seperti acara pertemuan dua keluarga. Mama dan Tante Kalani sibuk berbincang, Pandu dan Vanya yang tengah menikmati hidangan, dan juga Bian dan Kalani, yang tengah berada di halaman depan rumah.

"Kamu nggak main-main ternyata." Kata Kalani sambil terkekeh.

"Emang aku pernah main-main?"

"Nggak tahu juga, sih."

"Ya Allah, Kal ... Udah sampe dititik ini aja kamu masih ngeraguin aku?" Tanya Bian tidak percaya. Kalani hanya tertawa.

"Aku deketin kamu itu pake beberapa cara, dan beberapa jurus nggak ada yang ampuh juga. Mana cara dari Jaya lumayan bikin gue kere lagi."

"Kamu nyesel ngajak aku ke resto waktu itu?"

"Nggak gitu, Sayang. Aduh ... kenapa aku jadi serba salah gini, sih?!" Kata Bian.

Kalani tergelak, "Bercanda, Sayang! Lagian aneh-aneh aja!"

"Lagian kenapa susah banget di deketin!"

Kalani hanya terkekeh, lalu mengusap rambut Bian.

"Padahal kalo ditoyor, enak itu, Kal!" Kata Vanya yang datang dari arah samping rumah Kalani.

"Bisa minggir nggak lo berdua? Ganggu aja!" Semprot Bian.

"Bisa ngaca, nggak? Tadi yang ganggu kita di mobil siapa?" Balas Pandu.

"Ya gue takut lo melakukan hal yang nggak senonoh ke Kakak gue!" Kata Bian ngasal, yang mendapat cubitan dari Kalani di pinggangnya.

"Sakit, Sayang! Kenapa, sih?"

"Ya kamu kalo ngomong nggak di filter!" Kata Kalani.

Vanya tergelak, "Bagus tuh, Kal!" Kata Vanya, lalu pergi begitu saja sambil menggandeng Pandu.

———————————————————————

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Keluarga Bian sudah pulang pada sore hari, Om dan Tante Kalani baru pulang jam 7 malam.

Kalani tengah menonton TV sambil memakan sereal buatannya.

"Kal."

"Iya, Pa?"

Papa pun duduk disebelah Kalani.

"Kamu suka banget sama Bian?" Tanya Papa Kalani.

Kalani mengangguk, "Udah di tahap sayang malah. Kenapa emang, Pa?" Tanya Kalani sambil terus memakan serealnya.

Papa menghela napas berat, "Papa minta maaf, Nak!"

Kalani mengernyitkan alisnya, "Minta maaf buat apa, Pa?"

"Papa mau kamu putus dari Bian."
-
-
-
bersambung ...

Love, Grace ❤️

LENGKARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang