SELAMAT MEMBACA! ❤️
———————————————————————
Kalani Maheswari, atau yang lebih sering dipanggil Kala, adalah seorang perempuan yang mampu membuat Bian tertarik. Kalau untuk urusan jatuh cinta, Bian bukanlah orang yang mudah jatuh cinta. Namun, semakin Bian mengenal Kala, semakin ia gencar untuk mendapatkan pujaan hatinya itu.
Jika selama ini yang mengincar Bian adalah perempuan-perempuan yang terlalu agresif —cewek kebelet tenar kalau kata Jaya—, Bian malah tertarik pada perempuan dengan penampilan sederhana seperti Kalani. Bahkan, Bian rela melakukan hal-hal yang tidak pernah ia lakukan demi mendekati Kala. Apalagi itu dengan campur tangan keenam sahabatnya, dan juga Vanya. Sejak kapan Bian mau seperti itu? Bisa di simpulkan, bahwa seorang Biantara, benar-benar terpikat oleh pesona seorang Kalani.
"VANYAAA! ABIS MASUKIN BAWANG, MASUKIN APA LAGI?" Teriak Bian yang tengah memasak nasi goreng.
"MASUKIN GARAM SAMA KECAP SECUKUPNYA!" Sahut Vanya yang sedang berada di dalam kamar mandi.
Bian pun melakukan apa yang di perintahkan oleh Vanya. Sebenarnya, Vanya trauma membawa Bian untuk urusan dapur. Terakhir kali Bian membantunya saja, perkedel jadi tidak bisa di makan karena entah bahan apa yang Bian masukkan hingga perkedel itu berubah menjadi sekeras batu. Tetapi, Bian ngotot ingin membantu Vanya dalam melancarkan aksinya mendekati Kala. Ya sudahlah. Vanya hanya menuruti keinginan adiknya saja daripada harus menghadapi tantrumnya yang merepotkan.
"Udah kelar, Bi?" Tanya Vanya yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Udah."
Vanya melirik ke arah kotak bekal yang Bian bawa, "Jangan lupa bawa lagi wadah kosongnya! Digebukin emak lu ntar kalo ilang!"
"Emak lu emak lu. Itu emak lu juga! Emang ada kurang-kurangnya akhlak lu sebagai kakak!"
Vanya hanya terkekeh.
"Gue yakin kali ini berhasil!" Kata Bian optimis.
"Kalo gagal?"
"Yah, anjir. Belom juga gue berangkat, udah di ciutin aja nyali gue!" Kata Bian lesu.
"Nggak usah lebay! Cepet sono pergi! Gue mau nonton dan bersantai."
Vanya pun mengusak kasar rambut Bian, dan pergi begitu saja dengan wajah cuek khasnya.
"Tobat banget gue punya kembaran yang ribet, cuek, sama juteknya naudzubillah. Mana gue sayang banget lagi sama itu bocah." Gumam Bian.
Bian pun memasukkan kotak bekalnya itu kedalam tasnya, lalu bergegas untuk berangkat.
———————————————————————
"Ma, Bian berangkat dulu, ya!" Bian mencium tangan Mama yang tengah memilih sayuran di depan rumah bersama ibu-ibu komplek lainnya.
"Vanya mana, Dek?"
"Vanya kelasnya nanti siang, Ma!"
"Oh, ya sudah. Kamu hati-hati! Kok nggak bawa motor, Dek?"
"Di jemput Pandu, Ma. Oh, iya. Bian kayaknya pulang malam, Ma. Bian mau nugas dulu. Sama anak-anak kok, Ma!" Kata Bian.
"Ya udah. Kamu jangan lupa makan aja, ya!"
Bian hanya tersenyum dan mengangguk menanggapi Mama.
"Aduh, Nak Bian! Jarang keliatan! Udah makin tinggi sama ganteng aja!" Kata bu Nani, salah satu tetangga Bian.
"Biasa bu. Ini anak waktunya habis di kampus. Sekalinya libur, kalau nggak keluar sama temen-temennya, ya dirumah gangguin kakaknya sampai kakaknya ngamuk! Kelakuannya bikin pusing kadang-kadang!" Jelas Mama.
Bian yang merasa salah tingkah pun hanya menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.
"Nak Bian, mau jadi mantu ibu, nggak?"
"Hah? Eh—" Jawab Bian refleks sambil menutup mulutnya.
"Seneng loh aku kalau Nak Bian mau jadi mantuku! Mau nggak kalau anak kita di jodohin aja?" Tanya Bu Nani antusias.
Mama tersenyum kecil, "Kalau masalah itu, saya nggak pernah maksa anak untuk ngikutin semua kemauan saya. Biarkan anak-anak saya yang memilih."
Diam-diam, Bian menghembuskan nafas lega. Bian sudah was-was kalau-kalau hidupnya dan kisah cintanya seperti di sinetron-sinetron perjodohan yang sering Mama tonton.
Tak berselang lama, Bian melihat mobil Pandu. Pandu yang ternyata datang bersama Jaya pun langsung turun, lalu mencium tangan Mama.
"Tumben barengan!"
"Iya, tante. Soalnya kita mau nugas dulu sampai malam." Jawab Pandu. Mama hanya mengangguk.
"Ya udah, Ma. Bian berangkat, ya!"
"Hati-hati, ya!"
Bian, Pandu, dan Jaya pun masuk ke dalam mobil Pandu.
"Vanya mana, Bi?"
"Ngapain lo nanyain dia?"
Jaya seketika tertawa, "Buset, sensi bener kalo udah nyangkut kakak sendiri."
"Lagian. Ngapain juga sih lo nanya-nanya si Vanya, Ndu?" Tanya Bian jutek.
"Mau gue pacarin!"
"Kunyuk! Lo mau gue gaplok, apa gue pelintir tuh leher?"
Jaya yang duduk di belakang, seketika tertawa melihat Bian yang sewot jika menyangkut Vanya.
"Kenapa sih, Bi? Si Pandu kayaknya terpesona sama kembaran lo! Sosial medianya kakak lo aja dia pantengin terus!" Kata Jaya sambil terkikik.
"Anjir lu ya! Emang kompor banget hidup lu!" Kata Pandu yang tengah menyetir.
Jaya semakin tertawa keras.
"Udah, udah! Nggak usah bahas kembaran gue! Gue mau melancarkan misi buat dapetin Kala."
"Lagi?" Tanya Pandu.
"Ya iyalah, masa gue nyerah gitu aja? Bukan Biantara Kivandra namanya!"
"Ck. Iya, iya. Si manusia bucin!"
Pandu pun fokus pada jalanan, dan Jaya memasang earphone nya untuk mendengarkan lagu sendirian.
"Gue mungkin bukan orang yang romantis, Kal! Tapi, gue harap lo nggak kecewa dengan cara gue mencintai lo."
-Biantara Kivandra-
-
-
-
Bersambung...guys, ini cerita masih worth it buat dilanjut nggak, sih?
aku jadi ragu buat lanjutinnya 😭
makasih yaaa buat yang suka ngasih vote, dan komen. itu berharga banget buat para author buat ningkatin semangat nulis 🫶🏻
Love, Grace ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
LENGKARA ✔
Fanfiction"Bahkan, setelah gue tahu perjuangan gue akan semakin sulit, gue akan tetap memerjuangkan apa yang menurut gue layak untuk diperjuangkan!" -Biantara Kivandra