SELAMAT MEMBACA ❤️
(Direkomendasikan sambil dengerin lagu Sal Priadi ft Nadin Amizah - Amin Paling Serius)
---------------------"Bian, kalau suatu saat nanti aku pergi, kamu bakal gimana?" tanya Kalani sambil menyusun lego berbentuk bunga, yang sempat ia dan Bian beli.
"Perginya kemana dulu?"
"Contoh kecil deh. Misalnya, aku pergi karena aku udah bosen sama kamu. Kamu bakal lepasin aku nggak?"
Bian yang tengah ikut membantu menyusun lego pun tersenyum tipis mendengar pertanyaan polos dari kekasihnya itu. "Nggak."
"Kenapa? Kan aku udah bosen sama kamu. Ngapain kamu mertahanin aku?" tanya wanitanya itu. Ah, sial. Wajahnya menggemaskan sekali.
Sepertinya, Kalani serius ingin mendengar jawabannya. Bian pun menghentikan kegiatan menyusun legonya. "Kal, kamu tahu kan gimana perjuangan aku buat dapetin kamu? Bagi aku, kamu itu layak untuk aku perjuangkan. Selama aku masih sanggup, aku nggak keberatan kalau harus berjuang berkali-kali buat kamu." Kali ini, Bian menatap nayanika indah milik Kalani dengan lekat.
"Aku bakal terus merjuangin kamu selama itu. Tapi, Kal. Aku sendiri juga nggak tahu dimana batas aku untuk tetap merasa sanggup. Aku takut kalau suatu saat nanti, aku sampai di titik dimana aku ingin berhenti buat merjuangin kamu. Sekarang, aku mau tanya sama kamu. Gimana kalau keadaannya berbalik? Gimana kalau aku yang nyerah buat merjuangin kamu?"
Pandangan Kalani memburam. Entah kenapa air matanya mendesak ingin keluar. Bian yang melihat wanitanya mulai meneteskan air mata pun hanya bisa terkekeh.
"Kamu kenapa nangis, Sayang?" tanya Bian sambil menghapus sisa jejak air mata di pipi Kalani. Kalani hanya menggeleng.
"Bian, terus perjuangin aku, ya? Aku nggak akan pergi. Aku nggak akan biarin kamu berjuang sendirian. Sekalipun suatu saat nanti aku menghilang, aku bakal ninggalin jejak buat kamu, biar kamu tetap bisa menemukan aku."
Sesaat setelah mengatakan itu, tanpa aba-aba Kalani langsung memeluk tubuh Bian.
"Jangan pergi, Bian!"
Bian tersenyum tipis sambil mengelus surai wanitanya, yang kini tengah menangis dalam pelukannya itu.
"Nggak akan."
●○•♡•○●
Bian teringat percakapan kecilnya dengan Kalani dua tahun yang lalu. Dalam perjalanannya menuju rumah Kalani, Bian sudah benar-benar mempersiapkan segalanya. Tentang hatinya yang akan kembali utuh, atau ia akan kembali rapuh.
"Bian? Masuk, Nak!"
Tak disangka, ketika baru saja sampai di rumah Kalani, orang yang pertama menyambut kedatangan Bian adalah Papanya Kalani. Dengan senyum yang sumringah, Papa Kalani pun mempersilahkan Bian masuk.
"Om-"
"Mau ketemu Kalani, ya? Sebentar, Om panggilkan." Belum selesai berbicara, sepertinya Papanya Kalani sudah paham untuk apa Bian kesini.
Namun, belum juga Papa Kalani beranjak, Kalani terlihat turun dari tangga.
"Pa, Papa lihat buku Kalani yang- loh? Bian?"
Bian dan Kalani saling bersitatap. Keduanya seolah enggan memutuskan kontak mata mereka. Ada debar yang berbeda ketika retina mereka bertemu. Debaran yang selama selama ini selalu ada ketika mereka tengah bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENGKARA ✔
Fanfiction"Bahkan, setelah gue tahu perjuangan gue akan semakin sulit, gue akan tetap memerjuangkan apa yang menurut gue layak untuk diperjuangkan!" -Biantara Kivandra