SELAMAT MEMBACA ❤️
---------------------Jika merelakan adalah keputusan paling tepat, takkan ada perjuangan kedua untuk membuat semuanya kembali melekat. Bian tidak pernah menyangka, jika orang yang selama ini tempatnya berbagi cerita, kini harus menjadi salah satu penyebab luka.
"Jaya! Lo jangan ngaco kalo ngomong!" Kata Renjana.
"Tau, nih! Bercanda mulu lo!" Sambung Nayaka.
Jaya yang sedari tadi duduk bersandar pun menegakkan badannya, "Lo semua pikir dalam situasi kayak gini, gue pantes bercanda?"
"Kenapa harus lo, Jay?" Lirih Bian.
Mata Jaya sudah mulai berkaca-kaca, "Lo tahu nggak sih, Bi? Kenapa gue sangat memerjuangkan lo dengan Kalani? Lo tahu nggak, sih? Pas gue tahu kalau cewek yang lo incer itu Kalani, gue adalah orang yang paling bahagia? Lo semua tahu kan kalau dari dulu, eyang gue itu terlalu terobsesi buat mencarikan jodoh untuk cucu-cucunya? Dan itu adalah hal yang paling gue benci!"
Semuanya terdiam mendengarkan cerita Jaya.
"Gue terima setiap cewek yang mereka coba kenalin ke gue. Tapi, gue menolak cewek yang sampai saat ini masih eyang gue paksa buat kenalin ke gue! Karena, itu Kalani! Orang yang lo cintai, Bian!"
"Gue muak sama keadaan! Gue juga punya seseorang yang gue cintai, gue juga punya perasaan, gue juga mau berjuang buat seseorang yang gue cintai. Gue sangat kagum ngeliat Pandu yang merjuangin Vanya. Gue juga kagum liat lo yang merjuangin Kalani. Tapi, kenapa gue nggak bisa? Sebenarnya, hidup gue punya siapa?" Seorang Jayaraga Aksa, yang terkenal paling dingin pun tiba-tiba saja pertahanannya runtuh. Jaya seolah tengah meledakkan bom yang selama ini tertanam didalam hatinya.
"Gue minta maaf, Bian! Maaf udah jadi salah satu alasan lo terluka."
Tanpa berkata apa-apa, Bian pun memeluk Jaya, "Bukan salah lo, Jay! Gue tahu kalo lo juga terluka."
"Harusnya lo marah sama gue, Bi! Harusnya lo nggak begini!"
Bian menggeleng, "Cukup bokap gue sama bokap Kalani aja yang persahabatannya hancur karena cinta. Gue nggak mau jauh sama lo, Jay! Gue nggak mau persahabatan kita runtuh. Mungkin, setelah ini, masing-masing dari kita butuh waktu. Tapi, Jay. Kita bakal tetap jadi sahabat." Jelas Bian.
"Gue bahkan nggak dikasih kesempatan buat menyelamatkan perasaan gue sendiri, Bi." Kata Jaya.
Bian hanya diam. kelima sahabatnya yang lain hanya bisa menyaksikan apa yang ada di depan mereka. Mereka seolah tengah menonton adegan menyedihkan dalam sebuah film. Namun, adegan itu nyata yang dialami oleh kedua sahabat mereka. Bian dihadapkan pada pilihan yang sulit. Antara harus kembali memerjuangkan cintanya, atau mengambil risiko entah apa yang akan melibatkan kakaknya, Vanya.
---------------------
Kalani hanya bisa terdiam dikamarnya. Tangisannya hanya bisa ia dengar sendiri. Bagaimana bisa kebahagiaan yang belum lama ini ia rasakan, harus kembali lenyap hanya karena keegoisan. Kalani sudah mengambil keputusan yang sudah ia pikirkan dengan sangat matang. Dengan hati yang berat, Kalani pun mengirimkan pesan untuk Bian.
To: Bian ❤️
Aku tunggu sore ini di tempat biasa, ya.
Baru saja Kalani akan meletakkan ponselnya, ponselnya kembali berdering tanda ada panggilan masuk. Kalani yang melihat nama Bian tertera di ponselnya pun langsung mengangkatnya.
"Kalani ..."
Suara Bian terdengar gemetar.
"Iya, Bian."
KAMU SEDANG MEMBACA
LENGKARA ✔
Fanfiction"Bahkan, setelah gue tahu perjuangan gue akan semakin sulit, gue akan tetap memerjuangkan apa yang menurut gue layak untuk diperjuangkan!" -Biantara Kivandra