11. BERHARGA

338 55 11
                                        

SELAMAT MEMBACA! ❤️

-------------------

Malam semakin larut, dan hujan yang masih belum juga berhenti, membuat perasaan cemas Bian semakin meninggi. Bian sudah tidak bisa berpikir dimana Vanya biasanya berada. Dengan perasaan yang kacau, Bian membuka ponselnya, lalu menghubungi seseorang.

"Kenapa, Bi?" Tanya seseorang dibalik telpon.

"Lo lagi dimana? Bisa bantu gue?"

"Di rumah. Bantu apa?"

"Vanya hilang."

"Serius, lo? Lo udah nyari kemana aja?"

"Sekitaran kampus, taman kota, bahkan di sekitar rumah sahabatnya pun nggak ada. Tolongin gue!"

"Perlu gue telpon anak-anak?"

"Nggak perlu! Kasian. Kalo lo juga nggak nemuin Vanya, baru kita kasih tahu anak-anak."

"Ya udah. Gue berangkat sekarang."

Panggilan pun terputus. Bian sudah menggigil sekarang. Karena, bajunya juga sudah basah kuyup. Bian tiba-tiba saja terserang flu.

"Kak, pasti sekarang Kakak flu juga, kan? Makannya, pulang!" Lirih Bian. Bian memilih untuk menunggu hujan sedikit reda. Karena, Bian juga tidak ingin mengorbankan keselamatan dirinya. Jika Bian terluka, siapa yang akan menjaga Vanya? Itu prinsip yang selalu Bian pegang.

-------------------

Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang, menerobos derasnya hujan. Jalanan yang dilalui pun sudah semakin sepi karena malam sudah semakin larut.

Sudah hampir pukul sepuluh malam, Vanya masih belum juga ditemukan. Itu menjadi pertanyaan besar dalam benak semua orang. Karena, Vanya bukanlah orang yang senang keluar rumah sampai tengah malam. Apalagi tanpa didampingi Bian.

"Lo kemana sih, Van? Jangan bikin gue panik juga."

Namun, tak lama, terlihat ada seorang wanita tengah duduk di kursi sebuah toko baju yang sudah tutup. Wanita itu tengah menggigil seperti kedinginan.

"Vanya?"

Setelah didekati, wanita itu memang Vanya.

"VANYA!"

"Pandu?" Vanya terdiam menelisik apakah seseorang itu memang Pandu. "PANDUUU!"

Vanya pun langsung berdiri ketika menyadari bahwa seseorang itu memang Pandu.

Pandu pun langsung mengambil payung, lalu turun dari mobilnya.

Tanpa banyak berbasa-basi, Pandu langsung membuka jaketnya, lalu memasangkannya pada tubuh Vanya yang memang sudah menggigil. Vanya basah kuyup. Sepertinya, Vanya juga sempat menerobos hujan.

"Lo ngapain disini sendirian? Bahaya banget, Vanya!" Kata Pandu. Namun, Vanya hanya diam.

"Jangan kasih tahu Bian!" Kata Vanya tiba-tiba.

"Kenapa?"

Vanya hanya menggeleng. Pandu pun langsung merangkul Vanya, membawanya untuk berjalan di bawah payung yang sama, lalu membawa Vanya untuk masuk ke dalam mobilnya. Sebelum menyusul masuk ke dalam mobilnya, Pandu sempat mengetik pesan untuk seseorang.

-------------------

Hujan yang tak kunjung reda, membuat kesabaran Bian terkikis. Belum lagi flu yang saat ini melandanya. Bian pun berpikir untuk nekat menerobos hujan. Namun, ponselnya tiba-tiba berbunyi menandakan ada pesan masuk. Bian membuka ponselnya, lalu membaca isi pesannya.

LENGKARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang