5. CARA DARI JAYA

402 46 0
                                    

SELAMAT MEMBACA! ❤️

———————————————————————

Katanya, pendekatan itu menjadi proses yang paling menyenangkan dalam suatu hubungan. Tapi, ternyata hal ini tidak berlaku dalam hidup seorang Biantara. Pendekatan menjadi proses yang paling merepotkan, dan membuatnya gugup. Bian bukanlah anak ABG yang baru puber. Tetapi, untuk masalah percintaan, nilai Bian itu sangat jauh dibawah Vanya. Bukan berarti Bian itu tidak tahu apa-apa soal cinta. Jika dalam urusan lain Bian itu tengil bukan main, tetapi dengan orang yang tergolong masih baru, Bian memang sedikit kaku.

"Buset, wangi bener! Mau kemana, Pak?" Goda Vanya ketika melihat Bian yang baru saja turun dari tangga.

"Ck. Gue nggak pernah bau, ya!"

Vanya yang mendengar itu pun sontak tertawa.

"Lo beneran jadi jalan, nih?"

"Ya jadi. Masa gue batalin tiba-tiba? Pedekate aja masih dalam proses, langsung di blacklist gue yang ada."

Semalam, Bian memang menghubungi Kala untuk bertemu dengannya. Itu pun dengan arahan Vanya, dan tentu saja dengan keenam perintilannya itu. Beruntunglah Bian karena Kala tidak menolak ajakannya.

"Ma, Bian udah berani pacaran nih, Ma!" Adu Vanya pada Mama yang tengah menggoreng mendoan. Padahal, itu bukan pertama kalinya Bian memiliki seorang pacar. Mama yang mendengarnya hanya tertawa kecil.

"Gue bukan bocah ingusan, Vanyaaaaa! Kalopun gue bilang besok mau lamaran juga sah-sah aja buat seumuran gue!"

"Sok banget lo! Mau dikasih makan apa bini lo, hah? Makan cinta sampe kenyang? Makan gombal sampe gumoh? Makan—"

"Berisik banget ini mulut!"

Ucapan Vanya terpotong karena Bian menyumpal mulut Vanya dengan mendoan yang sebelumnya sudah dicocol sambal. Bian yang tahu setelah ini keselamatannya di pertaruhkan, seketika langsung mencium tangan Mama untuk pamit, lalu lari begitu saja sambil tertawa.

"BIAAAAAAAAN!!! DEMI APAPUN GUE NGGAK NGERTI KENAPA BANYAK CEWEK YANG MAU SAMA MANUSIA KAMPRET KAYAK LOOOO!"

Vanya berteriak. Namun, sia-sia. Bian sudah pergi bersamaan dengan deru mobilnya yang terdengar semakin jauh dari rumah.

"Mana sambelnya panas banget ke bibir gue lagi."

Vanya hanya bisa menggerutu kesal sambil memakan mendoan yang tadi menjadi bahan Bian untuk menyumpal mulutnya.

———————————————————————

Bian memutuskan untuk menjemput Kala dirumahnya. Walaupun sebelumnya, Kala sempat menolak dan mengajak untuk bertemu di luar saja. Namun, justru Bian yang menolak. Bian tidak mungkin membiarkan Kala untuk menunggunya seorang diri. Bian selalu berusaha memperlakukan wanita sebagaimana Bian ingin Vanya di perlakukan oleh laki-laki lain. Bian ingin Vanya di hormati. Maka dari itu, Bian tidak pernah sekalipun mempermainkan wanita. Yaaaa ... walaupun pada akhirnya, malah dia yang dipermainkan. Miris.

"Lo udah nunggu lama?" Kata Bian yang melihat Kala sudah berdiri di depan gerbang rumahnya.

Bian terpesona melihat Kala yang memakai dress warna merah muda bermotif bunga selutut, dengan rambut panjangnya yang sengaja ia gerai dengan satu jepitan di sebelah kirinya, flatshoes dengan warna senada, dan tas kecil yang membuat penampilan Kala semakin anggun.

LENGKARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang