10. SEDIKIT TENTANG KALANI

290 40 18
                                    

SELAMAT MEMBACA! ❤️

-------------------

Udara pagi yang segar, dan sinar matahari yang menyeruak masuk melalui celah-celah jendela, menjadi ketenangan tersendiri. Namun, pagi itu tidak berlaku untuk Vanya dan Bian. Pagi-pagi sekali, Vanya sudah memancing keributan dengan menendang pintu kamar Bian. Bukan tanpa alasan. Bian membunyikan musik dengan sangat keras, hingga terdengar ke kamar Vanya yang memang tepat di sebelah kamarnya.

"Kenapa sih, kalian? Mama capek loh liat kalian ribut terus tiap hari!" Mama benar-benar marah ketika melihat Vanya dan Bian tengah berdebat.

"Bian tuh, Ma! Kenapa sih seneng banget kayaknya cari keributan?" Adu Vanya dengan emosinya yang masih tertahan.

"Gue lagi, gue aja teruuuuss! Lo nggak pernah apa ngerasa bersalah sekali aja? Lo nendang pintu kamar gue!" Balas Bian.

"Ya itu karena lo nggak denger gue teriak-teriak! Gue capek, gue baru tidur tadi subuh, dan lo seenaknya nyetel musik kenceng banget!"

"YA KARENA GUE STRESS, VANYA!"

"LO PIKIR GUE NGGAK STRESS?!"

"CUKUUUP! MAMA BILANG CUKUP!" Bian dan Vanya pun langsung terdiam.

"Mama nggak ngerti apa sebenarnya yang kalian permasalahkan. Apa masalahnya?" Tanya Mama. Namun, Bian dan Vanya sama-sama saling diam.

"Mama nyerah. Mama kasih tau Papa aja. Biar Papa yang hadapin kalian berdua!"

Mama pun langsung turun begitu saja. Membiarkan Vanya dan Bian dalam keadaan perang dingin.

"Lo bisa nggak sih bertingkah normal sekali aja? Gue kakak lo, Bian!" Kata Vanya dengan emosinya yang masih sengaja ia tahan.

Bian terkekeh, "Asal lo tahu, Vanya! Kita itu kembar! Dan gue muak denger kata-kata lo yang menyebut diri lo adalah kakak gue!"

Vanya tersenyum miring, "Lo tahu, Bian? Gue juga muak! Kenapa gue harus terlahir kembar? Kenapa gue nggak lahir sendirian aja dan jadi anak tunggal?"

Setelah mengatakan itu, dengan air mata yang sudah menggenang, Vanya pun masuk ke dalam kamar, lalu membanting pintu kamarnya. Bian pun langsung turun begitu saja. Bian pergi tanpa berpamitan kepada siapa pun yang ada dirumahnya.

-------------------

"Bian? Sejak kapan lo disini?" Tanya Kalani yang melihat Bian sedang duduk di motornya, di depan pagar.

"Nggak lama, kok." Balas Bian seadanya.

Kalani pun lalu membuka gerbang, dan mempersilahkan Bian masuk. Bian pun duduk di kursi depan teras rumah Kalani.

"Ayo sini masuk, Bi!"

"Papa lo mana?" Tanya Bian.

"Papa gue kerja."

"Oh, ya udah nggak pa-pa. Gue disini aja. Nggak enak sama tetangga lo." Kata Bian.

Kalani yang mendengarnya pun tersenyum tipis, "Ya udah. Gue ganti baju dulu, ya! Nggak lama, kok!"

LENGKARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang