30. KEMBALI?

200 28 17
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

(Direkomendasikan sambil dengerin lagu Nadin Amizah - Sorai)
---------------------

Tentang perasaan yang sempat dipaksa untuk dihilangkan, tentang hati yang dipaksa untuk saling membenci, tak lantas membuat perasaan Bian untuk Kalani hilang begitu saja. Nyatanya, setelah pertemuan mereka untuk pertama kalinya lagi saat itu, membuat Bian memiliki sedikit harapan untuk kembali. Namun, ia juga tak ingin terlalu jumawa atas perasaan yang baru saja kembali ia rasakan. 

"Kak." Bian menghampiri Vanya yang tengah menonton kartun di ruang TV.

"Apaan?" sahut yang lebih tuaㅡmeskipun hanya berjarak lima belas menit.

"Belum tidur?"

"Menurut lo ini gue lagi ngapain? Basa-basi lo basi banget, Dek! Kenapa? Ada maunya biasanya." cerocos Vanya sambil mulutnya sibuk mengunyah, dan matanya tetap menatap lurus ke arah TV.

Bian langsung mendaratkan bokongnya tepat disebelah Vanya, lalu merebut paksa toples berisi keripik singkong yang tengah di peluk oleh kakaknya itu hingga membuat sang empunya jengah.

"Lo kalo kesini cuma buat gangguin gue, mending lo enyah sekarang juga dari hadapan gue, Kivandra!"

"Buseeeet ... sadis bener gue liat-liat akhir-akhir ini," Bian melotot sambil menahan tawa melihat raut wajah Vanya. "Ngapa sih, lu? Lagi berantem sama si kutu kupret Pandu?" tanya Bian. Lebih tepatnya, meledek.

Vanya yang mendengarnya pun langsung meninju lengan Bian. "Orang yang lo bilang kutu kupret itu cowok gue ya, kampret!"

Bian terkekeh. "Iya, iya. Yang dulu ogah-ogahan, sekarang sayang-sayangan."

Mendengar omong kosong adiknyaㅡyang sialnya memang benar itu, Vanya hanya bisa menghela napas berat, sambil memutar bola matanya malas. "Lo mau ngomong apa, Dek?"

"Kak, menurut lo, gue balikan lagi sama Kalani nggak, ya?" tanya Bian to the point yang membuat Vanya hampir tersedak.

"Gue tahu lo itu emang udah bucin tahap goblok ke dia. Tapi, sekarang dia ceweknya si Jaya, Dek! Sahabat lo! Lo sinting kalau mau jadi orang ketiga!" kata Vanya menggebu-gebu.

Bian yang merasa dihakimi pun menyentil dahi Vanya dengan geregetan, hingga mendapat hadiah berupa bogeman mentah dari Vanya di lengan kanannya.

"GUE BARU SKINCAREAN! BERANI-BERANINYA TANGAN KOTOR LO INI NYENTUH MUKA MULUS GUE?!"

Bian hanya bisa tertawa sambil meringis kecil. Karena, Vanya membalasnya dengan memukul memakai bantal sofa secara bertubi-tubi.

"Kalani udah putus sama Jaya, Kak!" Vanya yang mendengarnya pun langsung menghentikan aksinya memukul Bian. "Hah? Yang bener lo?" tanyanya dengan nada seperti kumpulan ibu-ibu di tukang sayur komplek, yang tidak ingin ketinggalan sebuah gosip.

Bian pun mengambil bantal sofa yang dipakai Vanya untuk dijadikan senjata, lalu melemparnya ke arah sofa yang lain. "Makannya, duduk dulu! Dengerin aku dulu, Kakakku yang cantik."

Vanya pun langsung duduk disamping Bian. "Lo serius, apa halusinasi, sih? Wah ... gue rasa lo udah nggak waras." Vanya meraba kening Bian, lalu di tepis lembut oleh sang adik.

"Lo mau tahu nggak, Kak? Apa yang lebih nggak waras?"

Vanya mengangkat alisnya, seolah meminta Bian melanjutkan kalimatnya.

"Gue balik sama Papa Kalani, dan Papanya langsung yang nanya gue mau balikan sama Kalani atau nggak."

Penuturan Bian sukses membuat Vanya melongo. "Sumpah, Biantara. Gue nggak rela ya lo sampe nggak waras kayak gini cuma karena gagal move on!"

LENGKARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang