17. RENCANA PERTEMUAN

219 31 10
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️
———————————————————————

Sudah tujuh bulan semenjak Bian dan Kalani menjalin hubungan, semuanya menjadi lebih dekat. Tentang Bian yang diterima dengan sangat baik oleh Papa Kalani, juga tentang Kalani yang juga diterima dengan baik oleh keluarga Bian. Terutama Vanya.

"Bian, aku mau ke toko buku sama Kalani. Jangan ganggu, ya!" Kata Vanya yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Kapan? Kok Kalani nggak bilang sama aku?"

"Kamu udah nggak penting berarti buat dia. Lebih pentingan aku." Kata Vanya meledek.

"Apa sih, Kak? Nggak lucu!" Bian yang tengah sibuk mengunyah roti tawar pun langsung mengambil ponselnya, lalu menghubungi Kalani.

"Halo? Kal? Kamu mau ke toko buku sama Vanya? Kok nggak bilang aku? Wah, parah banget kamu Kal." Cerocos Bian ketika Kalani mengangkat telponnya.

"Bian, sabar dulu bisa, kan? Aku baru mau bilang sama kamu pas aku mau berangkat." Balas Kalani dari balik telepon.

"Harus banget dadakan?"

"Bian ... Aku pergi sama kakak kamu, loh?! Bukan sama selingkuhan aku!"

"Jadi, kamu selingkuh?"

"Astaga ... Iya, aku selingkuh sama Vanya! Puas kamu?!"

"Kampret Vanya! Lo kenapa rebut cewek gue dari gue, sih?!" Kata Bian pada Vanya yang tengah terkikik geli. Sambungan telepon dengan Kalani pun masih tersambung.

"Kamu jangan rewel, ah! Aku ke rumah kamu sekarang!"

"Aku jemput!"

"Nggak perlu! Aku udah pesan taksi online! Ketemu dirumah kamu aja! Jangan rewel! Aku tutup, ya!"

Kalani pun langsung menutup sambungan teleponnya dengan Bian tanpa aba-aba.

"Gimana? Enak nggak dijadiin pilihan kedua?" Goda Vanya sambil mencolek dagu Bian.

"Gue ajak si Pandu nongkrong aja seharian ini. Biarin! Biar nggak di kabarin sama cowok lo itu!" Balas Bian.

"Dih, dendaman! Cowok gue mah sesibuk apapun, selalu ngabarin gue. Ya ... gimana, ya, Dek? Gue prioritasnya dia, sih." Kata Vanya membuat hati Bian semakin memanas.

"Belom aja si Pandu gue kenalin ke adik tingkat yang lebih cakep dari lo." Kata Bian sambil tersenyum miring.

"Belom aja ini sambel terasi gue jejelin ke mulut lo!" Balas Vanya yang sukses membuat Bian tertawa.

Sebenarnya, Bian dan Vanya memiliki sifat kebalikan. Bian yang selalu terlihat rewel, namun bisa selalu tenang dalam menghadapi situasi. Vanya yang selalu terlihat seperti wanita dingin dan ketus, nyatanya tetaplah wanita biasa yang penuh rasa cemburu.

———————————————————————

"Assalamu'alaikum."

Ditengah-tengah perdebatan Bian dan Vanya, terdengar suara salam dari luar.

"Wa'alaikumussalam. Sama siapa, Nak? Masuk sini!" Kata Mama yang menyambut kedatangan Kalani. Kalani pun mencium tangan Mama sebagai tanda hormat.

"Sendirian, Ma. Ini Kalani bawain sayur sop. Kalani masak dulu tadi."

"Aduh, repot-repot! Makasih ya, Nak!"

Kalani pun hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Ke ruang TV aja langsung, ya! Ada Bian sama Vanya lagi berantem. Nggak tahu deh berantemin apaan. Mama udah pusing." Kata Mama yang membuat Kalani terkekeh.

LENGKARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang