42

34 2 0
                                    

"You don't have to tag along," aku separa berbisik pada Damien sewaktu dia letak beg pakaian aku untuk satu malam dalam kereta Crystal. Aku pandang Damien. Plannya begini. Kami akan naik dua buah kereta. Satu kereta Crystal ; satu kereta Damien. Damien akan pulang awal sebab dia perlu jaga hati mama dengan pujuk Maya pulang ke rumah kami.

Manakala, aku dan Crystal akan tinggal di kampung dan balik bersama-sama, uruskan hal visa pada hari Isnin.

Crystal kemudian melihat barang-barang aku.

"Kata satu malam tapi beg you macam banyak barang," komennya. Aku mencebik.
"Skincare I banyak," ulasku.
Dia angkat kening sambil berpeluk tubuh.

"Do I look good to meet your parents?" Soalnya. Aku tersengih. Melihat Crystal memakai t-shirt hitam dan jeans adalah perkara yang paling aneh. Dia memakai sandal dan membiarkan rambut lurus mengurainya dilepaskan begitu sahaja.
Melihat rambutnya mulai menutup mata akibat angin, aku membantu Crystal menyelak rambutnya ke belakang telinga.

"You did bring long sleeves right?" Soalku. Crystal berpeluk tubuh, sambil angguk.

"Good, make sure my family don't see your tattoo," komenku. Dia menghembus anak rambut sambil menjeling.
"It's fading anyways," katanya.
"I got the tattoo when I was 14, now umur berapa..." dia mencebik.
"And besides, I know your dad is ustaz! I need to show my good sides!" Tambahnya.Aku ketawa mengekek mendengar ulasan Crystal.

Ehem.
Damien berdehem. Hampir lupa seketika dengan Damien.

Damien pandang aku dan Crystal. Crystal senyum sinis ke arahnya.

"Let's get going. Baby, masuk kereta," arah Damien.

"Pumpkin, you know how I suck at driving while looking at the GPS right, can you help me become my co-pilot?" Crystal membalas Damien. Walaupun mereka sedang tanya aku soalan, tapi mata mereka saling bertentang macam tengah main pedang.

Aku terdiam. Apa perasaan tak selesa ini. Aku kena naik kereta dengan Damien atau Crystal? Aduh! Aku kena buat pilihan pulak.
Kejap. Buatnya Crystal sesat masuk jalan kampung rumah aku nanti. Lepas sesat kemudian sakitnya datang kembali....

Oh no!

"Abang...I'll go with Crystal. Dia tak tau jalan. Buatnya sesat dalam jalan kampung tu, kan menyusahkan kita." Ujarku lembut, sepatah-sepatah agar Damien mendengar aku.
Damien diam.
Riak wajahnya berubah. Aku tahu dia marah, tapi dia tetap tak tunjuk yang dia sedang membara.

"Fine. Do as you said," putus Damien. Dia langsung tak menoleh dan terus naik kereta. Aku dan Crystal yang tersenyum penuh kemenangan saling berpandangan.

"Let's go pumpkin," katanya.

***
"So; what are you going to do? You already managed to get Damien but not his heart!" Bella menyatakan kebenaran.

Maya diam membisu sambil mengacau kopi dalam cawan.

"How do I get his heart kalau dia 24/7 nak berkepit dengan first wife dia!" Marah Maya.

"You told me she's pregnant! Of course Damien will stand next to her!" Ujar Bella. Maya mendengus tak puas hati. Terasa dirinya di ambang kekalahan.

Maya tersandar di kerusi.

"I need to win his heart back," ujarnya.

"How?" Soal Bella, satu decibel lebih tinggi nadanya dari selalu.

Maya pandang ke arah siling kafe tersebut. Dia memandang sepi sahaja semua benda yang ada.

"He once mine remember?!" Soal Maya.

"Time tu dia tak dengan current wife lagi," ujar Bella.
"Whatever. She's going away soon," Maya mulai optimis dengan berita Zoelle Mellissa akan sambung belajar di luar negara.

I'M NOT YOURS (BM)Where stories live. Discover now