Part 16

75 8 0
                                    

Tino yang duduk dikursi kerjanya, sembari menatap layar laptop mengecek file filenya yang dikirim karyawan lewat e-mail.

Versio sedang duduk disofa dan sama menatap layar laptop, melihat berkas berkas anak didik militernya.

Tok...tok...
Ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan.

"Masuk".

Pintu terbuka memperlihatkan ara dan jennie.

"Wah...ada 2 gadis cantik kesini".

Ara dan jennie tersenyum, dan masuk kedalam ruangan. Ara menutup pintu lebih dulu.

"Tumben kesini sayang?".

"Gak boleh main kesini?".

"Sejak kapan seorang letnan ara mudah ngambekan seperti ini?".

"Menurut daddy?".

Versio dan Tino tertawa melihat wajah kesal ara. Jennie juga ikut terkekeh.

Jennie dan ara duduk diganda sofa dekat meja tino, sedangkan versio duduk bersebrangan dengan tino.

"Kak rose kemana yah?".

"Masih meeting, mungkin bentar lagi selesai".

"Aku kesini ingin minta izin sama ayah".

"Izin, untuk apa?".

"Bukannya kamu belum pendidikan lagi ya?".

"Bukan tentang pendidikan dad, tapi hal lain".

Versio mengangguk paham.

"Terus, hal apa sayang?".

"Nanti jam 2, ara berangkat ke new york yah,dad".

"Loh, kenapa dadakan? Bukannya masih besok ya?".

"Iya yah, aku berangkat lebih dulu. Baru besok kak jennie yang berangkat".

"Kenapa dadakan? Ada masalah?".

"Ayah dan daddy kan tau, bagaimana aku kalau sudah izin dadakan?".

"Izinin saja Tin, ara kalau keluar dadakan pasti ada hal yang penting".

Tino menghela nafas samar.

"Kamu baru sembuh sayang...".

Ara beranjak dan berjalan menghampiri ayahnya, lalu berlutut didepannya, memegang kedua tangan tino, menyandarkan dagunya diatas punggung tangan tino yang ada diatas pahanya.

"Aku sudah baik baik saja yah..., aku disana pasti akan jaga diri baik baik".

"Sepenting itu?".

Ara menghela nafas samar lalu mengangguk.

"Maaf yah...".

Versio tau sahabat sekaligus kakak iparnya itu tidak bisa mengizinkan ara pergi ke new york, apalagi kondisi ara yang baru kembali pulih.

Tangan tino satunya terulur mengelus rambut anaknya itu. Ara tau ayahnya khawatir dengan kesehatannya terlihat dari tatapannya.

Tino merentangkan kedua tangannya, ara berdiri dan memeluk ayahnya duduk diatas pangkuannya, menyembunyikan kepalanya dileher sang ayah.

"Ara tau ayah khawatir, ara janji akan jaga diri baik baik, besok kan kak jennie juga berangkat kesana yah".

"Dia sebenarnya ada berapa? Kadang tegas, kadang manja, kadang dingin". Dalam hati jennie

"Izinin saja. Kamu pergi sendiri?".

"Enggak kok, sama ryska dan yeri dad".

Tino terdiam sejenak.

IS THIS TRUE, HE'S BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang