Sudah 2 minggu Ara dirawat dirumah sakit. Kondisinya juga perlahan membaik, alat ventilator juga sudah dilepas beberapa hari yang lalu. Hanya menyisakan infus saja di lengan dalam tangan kanannya.
Bagian kepalanya juga diperban, karena habis Operasi seminggu yang lalu, karena ada benjolan, yang diakibatkan benturan kecelakaan kemarin.
Ara bisa bicara, cuman dia memilih diam. Tenggorokannya masih sakit, dibuat Nafas saja, masih sakit apalagi dibuat bicara.
Ara mengerjapkan matanya, membuka matanya, lalu menoleh kesamping dengan pelan.
Waktu sudah siang, tapi dia baru bangun. Karena kemarin sesak nafas, Dan Anggi memberikannya suntikan, agar bisa istirahat dengan nyaman.
Ada Adit yang duduk disofa sana, bermain ponselnya. Mata tak sengaja melirik ke arah Ara.
Ara mengalihkan pandangannya, ke langit kamar, menghela nafas pelan.
Adit juga menghela nafas. Lalu beranjak, berjalan menghampiri Ara, duduk di kursi samping brankarnya.
"Ra...".
Ara memalingkan wajahnya, kearah lain, Gak mau natap kekasihnya.
"Kondisi kamu baru saja membaik loh Ra.. jangan mikirin hal yang berat dulu.. takut memengaruhi kondisi kamu nanti...".
Ara masih enggan menatap kekasihnya.
Adit menghela nafas samar.
"Aku tinggal sebentar, Gapapa kan? Mau nebus obat kamu, karena udah habis".
Ara menganggukan kepalanya pelan, Iya.
Adit mengelus lengan Ara sebentar, lalu beranjak berjalan keluar ruangan.
Ara menolehkan kepalanya, kesamping. Menatap pintu yang baru saja tertutup.
Helaan nafas kembali keluar dari mulutnya.
Keadaan Canggung sih, lebih tepatnya Ara yang marah ke Adit, karena Hal yang baru di kasih tau Adit, 3 hari yang lalu.
•
•
•
•
•
•
•
Waktu sudah tengah malam, sekitar jam 12 KST.Keil, Nayeon dan Evelyn digendongan Nayeon. Mobil yang mereka naiki sampai di Rumah milik Keil.
(Gambarannya)
Keil turun lebih dulu, berjalan memutar ke sisi Nayeon, membuka kan pintunya.
"Makasih kak". Ucap Nayeon setelah turun dari mobil
"Sama sama. Evelyn tidur?.. udah tidur dia. Kamu masuk dulu, aku ambil barang barang dulu".