part 18

68 9 0
                                    

Ara sudah berganti pakaian menjadi santai hanya kaos putih polos dan celana pendek warna hitam.

Ara berjalan keluar kamar, menuju kamar rose, lalu membukannya.

Rose yang sedang duduk diatas kasur,bersender diheardboard. Sembari bermain ponsel.

Rose mengalihkan pandangannya ke pintu dan menatap adiknya yang berdiri diambang ambang pintu.

"Ada apa?". Tanya rose lembut, tatapannya juga tenang tidak seperti di kantor

Ara tidak menjawab,memilih masuk kekamar, menutup pintu, berjalan menghampiri rose.

Ara berdiri didekat kasur, tapi bersebrangan dengan rose. Rose masih setia menatap adiknya itu.

Sampai akhirnya ara naik kekasur, dan berbaring, tidur membelakang i rose. Rose menggelengkan kepalanya pelan, ada senyuman kecil terbit diwajahnya.

Rose menaruh ponselnya diatas nakas sampingnya, lalu ikut berbaring. Ara tidak tidur tapi masih membelekang i rose, merasa ada gerakan disampingnya, ara langsung membalik badan dan memeluk kakaknya itu, bersender didadanya tanpa melihat wajah kaget kakaknya karena gerakan dadakan.

"Astaga ara". Kaget rose

Rose membalas memeluk ara, tangan satunya mengelus punggung adiknya, satunya lagi mengelus tangan ara yang ada diatas perutnya.

"Maaf...". Lirih ara tapi masih didengar rose

"No. Kakak yang minta maaf atas sikap kakak tadi".

Ara mendongak menatap rose, rose juga menatapnya dengan tenang dan senyuman. Ara ikut tersenyum dan menyamankan kepalanya bersender dada kakaknya.

"Boleh kakak bertanya?".

"Emm". Dengan mengangguk dan memejamkan matanya

"Kenapa kamu melakukan itu?".

Mata ara kembali terbuka. Beberapa menit hanya ada keheningan, karena ara tidak menjawab. Rose juga masih mengelus punggung ara, dan menanti jawaban ara.

"Hiks..hiks...". Malah keluar isakan kecil dari ara

"Hei..., kenapa nangis?". Khawatir rose

Ara menangis, rose merubah posisinya menjadi miring kesamping, ara menyembunyikan kepalanya ditengkuk leher sang kakak, malah semakin memeluk kakaknya erat.

"Kalau tidak mau cerita, gapapa ra..". Ujar rose dan mengelus rambut ara

"Maaf kak, ara tidak bisa cerita. Ara tidak sanggup kembali mengingat masa itu lagi". Lirih ara masih sesenggukan

"Iya udah, kamu tenang ya. Sekarang kamu tidak sendiri, kakak akan selalu ada untuk kamu". Tutur rose lembut masih ada usapan dirambut ara

Ara mengangguk, rose mengecup kening ara cukup lama. Ara sama sepertinya kalau ada masalah, cukup pelukan yang hangat, karena itu menenangkan.

Rose merenggangkan pelukannya, mengusap air mata ara dengan ibu jarinya.

"Letnan gak boleh nangis".

Ara tersenyum dan kembali memeluk rose. Rose juga membalas pelukannya.

Ceklek...
Pintu kamar rose terbuka.

"Kenapa lisa?". Tanya rose

Lisa tidak menjawab, menutup pintu kamarnya, lalu berjalan mendekat kekasur, berdiri disamping kasur, ditempat ara berdiri tadi.

Rose memperhatikan sikap adik satunya itu, ara juga merenggangkan pelukannya, menoleh kebelakang memperhatikan kakak satunya.

"Peluk gak ajak-ajak, aku kan juga mau". Ucap lisa

IS THIS TRUE, HE'S BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang