Part 39

43 6 0
                                    

Beberapa minggu kemudian...

Maaf ya sebelumnya, Author percepat alurnya...

Singkatnya, dulu kenapa Anggi minta ikut ke New York karena dia ingin merawat keponakannya, alhasil dia menjadi Dokter keponakannya.

Waktu itu, Ketika Tino dan Tiffany, Justin, Keisya dan Anggi sampai dirumah sakit, Membuat mereka mendelalak kaget, dan seketika air mata mengalir dipipi. Karena terkejut melihat kondisi Ara yang parah, bahkan harus memakai Alat alat untuk membantunya untuk tetap bertahan.

Tino marah besar, saat tau kejadian kecelakaanya dan pelakunya. Bahkan dia langsung datangi Keil yang waktu itu, sudah mendekam dipenjara. Bahkan sampai menghajarnya, kalau saja tidak dipisahkan Anggota polisi dan Rose mungkin Keil sudah tinggal nama.

Tino juga tidak tinggal diam, dia menyuruh anak buahnya untuk mencari Kai karena belum ketemu.

Justin dan Keisya ikut menangis, waktu itu. Tapi tidak sehisteris Tiffany yang bahkan sampai pingsan. Tapi saat mereka diapartemen mereka sendiri, tangisan Keisya pecah, mengingat kondisi Putri Kandungnya. Justin juga setia untuk menenangkan istrinya, walaupun dia sendiri juga ikut merasa kesedihan tentang kondisi putrinya.

Ceklek...
Adit berjalan mendekat ke Brankar Ara, setelah menutu pintunya.

Dia juga sudah memakai Gaun pelindung, terusan berwarna hijau, masker, sarung tangan dan Penutup kepala.

Setelah dekat dengan Brankar, tangan Adit terulur mengelus lengan kekasihnya, terasa dingin, karena didalam ruang ICU ada AC yang menyala.

Air matanya kembali mengalir dipipinya, lalu duduk dikursi yang ada di dekat brankar Ara. Menggenggam tangan kekasihnya.

"Sayang.. sudah lama kamu tidur disini, apa kamu gak ada niatan untuk bangun, bertemu denganku...". Ucapnya bicara sendiri, air mata kembali mengalir dipipinya

"Apa kamu mau tau.. Leo tiap hari nanyain kamu, dia bertanya sama aku gini...

"Daddy, Mommy apa sudah bangun? Apa aku bisa bertemu dengan Mom?..". Cerita Adit dengan dibuat suara anak kecil

"Leo sangat merindukanmu sayang.. Terkadang terlintas dipikiranku.. Apa yang harus aku lakukan.. tapi kenyataany aku tidak bisa melakukan apa apa..".

"Tapi aku yakin. kamu pasti akan bangun kan.. aku juga yakin kalau saat ini kamu juga mendengarkan aku cerita... ".

Air mata kembali mengalir dipipinya, dan sedikit deras. Adit menundukkan kepalanya, menangis. Sambil menggenggam tangan Ara.

Pemandangan kedua sejoli itu, dilihat oleh Tino dan Tiffany yang berdiri didepan kaca jendela besar, Ruang ICU.

"Adit sama sedihnya seperti kita sayang.. hati Adit hancur. Melihat orang yang begitu ia cintai masih tertidur dengan lelap, seperti apa yang kita rasakan saat ini. Tapi lihatlah dia, masih berusaha tetap tegar, didepan kita". Ucap Tino dengan tersenyum, mata berkaca kaca

"Kamu tau kan anak kita adalah anak yang kuat, sudah banyak rintangan yang sudah dia lewati, aku yakin dia bisa melewati rintangan ini". Lanjutnya

"Aku harap juga begitu, sayang...". Sahut Tiffany, bersamaan air matanya mengalir dipipinya

Tino menarik Tiffany kedalam dekapannya, Tiffany kembali menangis.

"Hiks... Apa kamu masih ingat? Saat kencan pertama kali kita, di Paris pada Kala itu?".

IS THIS TRUE, HE'S BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang