Lili Leonard, ia adalah wanita yang sangat cantik dan anggun. Namun sayangnya, dikarenakan statusnya yang menjadi janda, ia kerap dinikahi hanya untuk jadi istri simpanan saja.
Namun kali ini berbeda. Seorang pria bangsawan yang bergelar Marques menikahinya untuk menjadi istri sah pria itu. Lili pikir, kebahagiannya telah kembali karena ia yakin, dengan menikahi seorang bangsawan terhormat, tidak akan ada lagi orang-orang yang berani memanfaatkannya.
Sayangnya, ia salah.
Benar ia dinikahi untuk menjadi istri sah Marques Leonard. Namun selama pernikahannya satu tahun dua bulan, pria itu tidak pernah menyentuhnya. Tidak hanya itu saja, pria itu juga tidak pernah membawanya untuk ikut serta perayaan dan perjamuan yang mengundang Marques. Ia memang seorang Marciones, namun derajatnya tidak pernah menjadi nyonya rumah di rumah itu. Ia masih tidak tahu, mengapa Marques menikahinya. Dan sialnya, ia telat bertanya karena pria itu telah meninggal sekarang.
Marques meninggalkan sepasang anak. Seorang remaja laki-laki yang berusia lima belas tahun serta gadis kecil yang masih berusia lima tahun. Jujur saja, Evelin tidak tahu harus melakukan apa, karena ia tidak memiliki pengalaman menjadi seorang ibu dan penguasa wilayah. Ia hanya bisa mengandalkan pengalaman dari syuting drama-dramanya saja.
Acara pemakaman telah selesai dua hari yang lalu, namun keluarga Marques saat ini masih tinggal di mansion. Keluarga pria itu kini meminta mereka semua berkumpul di ruang keluarga karena para tetua ingin mengatakan sesuatu.
Lili yang untungnya berstatus sebagai istri sah duduk di muka sofa, dan menjadi pusat perhatian. Beberapa tetua keluarga duduk di sisi kanan dan kirinya.
Viscount Damaria, yang menjadi salah satu tetua memulai rapat pertama kali. Si pria paruh baya itu dengan tegas mengatakan akan memilih salah satu orang dari keluarga untuk menjadi perwalian dari anak-anak dan memimpin wilayah. Setelah pernyataanya itu, paman dan bibi anak-anak mulai mengajukan diri tanpa mempertanyakan keputusannya yang merupakan seorang istri sah.
Ignis yang melihat itu semua tampak terkejut dan marah. Lalu kini pandangannya mengarah pada ibu tirinya yang masih diam saja di tempatnya. Ignis ingin ibu tirinya membantah perkataan Viscount Domario tentang menjadi wali mereka. Dan seakan tersadar, Ignis hanya bisa terdiam di tempatnya.
Benar kata ibu tirinya, bahwa semua keluarganya akan saling memperebutkan hal itu. Ignis yang masih di bawah umur juga tidak bisa mengajukan pendapat atau penolakan. Dan ia menyadari, dari pada keluarganya yang menjadi wali mereka, ibu tirinya jauh lebih baik. Walau ia tidak yakin dengan keputusannya, karena keputusannya ini mungkin menjadi hal buruk untuknya. Ia juga tidak percaya bahwa ibunya akan tetap mengembalikan itu semuanya atau tidak nantinya.
Karena Ignis dan adik perempuannya hanya diam saja, perseteruan semakin memanas. Paman dan bibinya mulai membicarakan kelebihan mereka masing-masing dengan nada amarah yang penuh semangat. Tak ada satupun dari mereka yang mencoba menarik perhatian dari kedua anak Marques Leonard, seakan kedua orang itu tidak lah penting sekarang.
Semakin lama, Lili semakin muak dengan keadaan yang semakin memanas.
Prang...
Lili melemparkan gelas winenya ke tengah-tengan meja perundingan mereka dan akhirnya, suasana kembali hening.
Kini pandangan semua orang mengarah padanya, terutama Viscount Domario yang kini melihatnya dengan marah.
"Apa-apaan ini Lili?" Berang pria paruh baya itu.
Bukannya menjawab pertanyaan Visocunt dulu, Lili malah memanggil dayang dan meminta mereka untuk membawa anak kecil keluar dari ruangan rapat. Hanya ada Ignis yang tinggal di ruangan itu dan adiknya sudah di bawa keluar dari ruangan.
"Visocunt Domario! Dimana sopan santumu!" Amarah Lili meledak. Atau tepatnya, Evelin sedang berakting sekarang. Ia hanya ingin melakukan sesuatu yang menurutnya benar saja.
Pria paruh baya itu tampak terkejut mendengar bentakan Lili. Sambil memegang leher belakangnya, Viscount menunjuk-nunjuk wajah Lili.
"Apa yang kau lakukan? Kau tidak memiliki hak dalam perundingan ini" berang Viscount.
Tidak berhak? Lili ingin tertawa rasanya.
"Visount, kau tidak melihat sekarang aku sedang duduk dimana?" Tanya Lili tak habis pikir. Memangnya ia duduk di kursi pemimpin hanya untuk hiasan saja?
"Aku adalah istri sah Marques dan aku seorang Marciones. Itu artinya, aku lah yang memiliki kekuasaan kedua tertinggi di tempat ini. Berani-beraninya kau bersikap tidak sopan padaku!" Maki Lili. Kali ini, tak ada seorangpun yang berani membantah ucapannya.
"Lalu wali anak-anak? Aku memang bukan ibu kandung mereka, namun saat ini aku adalah istri sah ayah mereka. Terima tidak terima, aku lah yang menjadi wali mereka saat ini. Dan pemimpin wilayah, aku yang akan mengambil alih sampai Ignis berusia delapan belas tahun. Itu adalah hukum kekaisaran, dan jika kalian ingin membantah, lakukan demo di depan istana sana agar mengubah peraturan itu!" tegas Lili.
Setelah mengatakan semua yang ingin ia katakan, Lili akhirnya bangkit berdiri dan sebelum keluar dari ruangan, ia berucap, "kalian semua, silahkan kembali ke rumah masing-masing karena sudah tidak ada lagi yang harus kita bicarakan!".
Perang urat seperti itu sangat melelahkan untuknya. Jika bukan karena ia terbiasa berakting, ia mungkin memilih menyerah sejak awal.
Evelin tahu mengapa Lili begitu di remehkan di tempat ini. Karena sejak pernikahannya dengan Marques, ia tidak pernah di perlakukan layaknya seorang nyonya rumah. Dan andai saja ada yang tahu bahwa Lili tidak pernah disentuh oleh Marques, mungkin ia sudah di tendang dari rumah ini sejak lama.
Yang bisa Evelin lakukan sekarang adalah bertahan. Hanya tiga tahun saja, ia akan mengembalikan semuanya pada Ignis, lalu memutuskan keluar dari rumah ini. Ia memang tidak berbakat menjadi seorang Nyonya dan tidak ingin menjadi seperti itu juga dalam waktu dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janda Selalu di Depan
RomanceEvelin, seorang aktris yang sangat berbakat dan sering kali di sebut sebagai gadis impian para lelaki. Karirnya sangat sempurna, dengan lingkungan yang hangat dan penuh cinta. Ia juga memiliki segalanya, harta, tahta dan bahkan teman-teman yang sali...