7

5.5K 412 0
                                    

Karena ia berniat ingin menciptakan produknya sendiri yang berupa Skin Care, Lili memutuskan untuk keluar mansion dan menjelajahi pertokoan yang ada di pusat kota. Ia ingin melihat secara langsung pasar skin care di era ini, dan melihat kasiat apa yang ditawarkan oleh produk-produk itu, karena Lili berniat ingin menciptakan sebuah inovasi baru pada skincarenya.

Semua orang yang ada di mansion masih tidak menyukainya sehingga Lili juga tidak berniat mengajak orang-orang itu di perjalanannya kali ini. Ia memutuskan untuk pergi sendiri.

Menjadi seorang Lili memang berat, tapi lebih berat lagi menjadi seorang Evelin, yang harus menjaga martabat dan image nya ketika ia sedang keluar rumah. Pada saat itu, tak ada seorang pun yang tidak mengenal sesosok Evelin sehingga keluar rumah untuk bersenang-senang itu menjadi hal yang sangat mewah untuknya.

Namun sekarang, ia bisa bebas keluar rumah tanpa takut dikenali oleh orang-orang. Ia bebas bergerak kemanapun, tanpa takut ia sedang diawasin.

Ketika kereta kuda yang ia tumpangi menurunkannya ke sebuah daerah yang sangat ramai, rasa semangatnya kembali membuncah. Ia sengaja datang dengan pakaian rakyat biasa dan bukannya dress yang biasa yang dikenakan para bangsawan.

Ini surga, pikirnya ketika ia melihat banyak bangunan pertokoaan di sepanjang jalan.

Langkah awalnya, ia menuju sebuah toserba yang menjual banyak hal di dalam tokonya. Langkah kakinya begitu ringan ketika memasuki toko itu dan matanya kembali berbinar-binar ketika ia menemukan banyak produk yang berbeda di eranya. Sejak kecil, ia sangat menyukai acara jalan-jalan seperti ini. Ia bahkan sampai akrab dengan pekerja yang bekerja di mall dekat rumahnya.

Alisnya tanpa sadar berkerut ketika mengingat rangkaian ingatan yang menyenangkan itu, apa lagi ketika sebuah pertanyaanya membuatnya sangat penasaran. Apakah disini ada Mall?

Bagi orang yang memiliki sifat seperti dirinya, bukankah sangat menyenangkan ketika berjalan-jalan sambil cuci mata hanya di satu bangunan besar saja? Haruskah ia menciptakan sebuah Mall di tempat ini? Bibirnya tanpa sadar menyeringai ketika memikirkan hal itu. Entah bagaimana yang ada di otaknya hanya tentang cuan saja.

Setelah puas melihat-lihat di toko toserba itu, ia kembali menjelajahi toko lainnya. Satu demi satu toko ia jalani untuk mencari tujuannya, namun sampai toko terakhir yang ada di perempatan pusat kota, ia tidak menemukan skincare. Mereka hanya menyediakan kosmetik saja dan itu hanya berupa pewarna serta bedak putih yang sebenarnya sangat kontraks dengan warna kulit-kulit orang di dunia ini. Padahal shade setiap kulit berbeda-beda. Apa jadinya tampilan wajah dengan make up yang sangat berbeda dengan shade kulit kita?

Menurut informasi yang ia dapatkan, para bangsawan merawat kulit mereka hanya dari herbal-herbal yang diresepkan oleh dokter mereka. Padahal di dunianya, dokter itu sangat berbeda dengan beutican yang secara khusus menciptakan sebuah produk untuk kecantikan dan perawatan kulit. Sekarang ia jadi menyesal mengapa ia tidak mengambil bidang itu dulu. Sekarang, ia hanya bisa menciptakan produk yang racikannya sesuai dengan dirinya sendiri saja, karena ia sangat mempelajari bagian itu demi kesehatan kulitnya. Untuk saat ini, ia harus berpuas diri dengan itu.

Setelah selesai menjelajahi semua tempat, Lili berniat untuk pulang. Namun entah mengapa, ia baru menyadari bahwa dirinya sedang berada di gang yang tak ada pengunjungnya. Karena terlalu banyak memikirkan hal lain, ia sampai tidak sadar berjalan ke tempat ini dan sekarang, ini akan menjadi masalah untuknya.

Bagaimana tidak? Jika ia adalah orang yang paling payah jika menyangkut arah. Ia tidak bisa membedakan selatan dan barat, kiri dan kanan. Bahkan sampai jiwanya berada di tubuh ini, hal itu masih menjadi kelemahannya.

Bagaimana caranya pulang? Haruskah ia bertanya pada dua orang pria yang ada di sudut gelap itu?

Karena tidak ada pilihan, ia dengan terpaksa mendekati kedua orang itu. Langkah kakinya tetap santai, seakan tidak merasa teritimidasi dengan tatapan salah satu orang yang menatapnya dengan sinis.

Sambil tersenyum, Lili akhirnya bertanya. "Permisi, dimana jalan keluar dari sini? Aku ingin ke pusat kota" ucapnya, mencoba santai.

Salah satu dari pria itu masih menatapnya dengan tajam sedangkan temannya yang lain tampak salah tingkah. Lili menunggu beberapa saat, lantaran kedua pria itu masih belum menjawab pertanyaanya.

"Kau! Mata-mata dari mana?" Akhirnya salah satu dari pria itu mengeluarkan suara walau nada bicaranya terdengar sangat sinis.

Dan pertanyaan itu, Lili sama sekali tidak mengerti. Ia akhirnya memilih melirik ke arah pria satunya lagi, seakan meminta penjelasan.

Namun bukannya mendapatkan jawaban yang ia inginkan, segerombolan tiba-tiba menabraknya dari belakang, hingga membuat ia kehilangan keseimbangannya.

Tubuhnya yang tidak memiliki keseimbangan akhirnya terjatuh dan menabrak sebuah benda keras. Ia mengaduh kesakitan, lantaran sikunya tergores dinding yang menopang mereka.

"Ahhh, maafkan aku" ujar Lili mencoba menjauhkan tubuhnya. Ia sekali lagi menatap korban yang jatuh bersamanya dengan tatapan permohonan maaf.

"Siapa kau?" Namun geraman dan cengkraman kuat pada bahunya bukanlah jawaban yang inginkan untuk permohonan maafnya.

Kembali mengaduh kesakitan, Lili berusaha melepaskan cengkraman orang itu.

Ternyata korban yang sama dengannya adalah si laki-laki yang memiliki tatapan sinis itu.

Namun kali ini tatapan pria itu tidak terlihat sinis lagi, melainkan linglung. Ia seperti terpaku tentang satu hal yang sangat mengcengangkan sehingga ia tidak mengubris suara Lili yang lirih untuk minta dilepaskan.

Masih dengan kelinglungannya, pria itu semakin mengcengkram bahunya lalu menyeret tubuhnya secara paksa sehingga tubuh mereka kini hanya berjarak beberapa senti saja.

Ketakutan melandanya dan kini ia diliputi rasa penyesalan. Jika saja ia memilih mencari jalan sendiri, ia mungkin tidak akan berada diposisi yang menyeramkan seperti ini. Apa lagi, tak lama setelah pria memeluknya secara paksa, kesadaran dirinya menghilang karena seseorang memukul tengkuk belakangnya.

Benar, ia sepertinya sedang diculik saat ini.

Janda Selalu di DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang