37

1.3K 200 48
                                    

Ketakutan Eve akhirnya terjadi juga.

Entah dari mana informasi itu bocor, sehingga saat dini hari ketika semua orang masih terlelap, ada sekelompok yang tidak dikenal mengosongkan gudang bahan makanan mereka. Hanya tersisa sayur-sayuran hijau yang sudah rusak karena terinjak berkali-kali di dalam gudang.

Nyutt

Rasa nyeri yang tiba-tiba dari arah perut bawahnya membuat Eve kehilangan keseimbangan. Para pemuda yang datang bersamanya ke gudang penyimpanan, dengan cepat menolongnya. Karena jika tidak, mungkin Eve akan terjatuh ke lantai yang dapat mengakibatkan janinya dalam bahaya.

Rasa nyeri itu kembali menyerang perut bawahnya dan rasa sakit yang ditimbulkan membuat Eve hampir saja pingsan. Bulir-bulir keringat yang sebesar biji jagung memenuhi dahinya, karena rasa nyeri pada perutnya terasa sangat menyakitkan.

Stiff yang selalu berada di sekitarnya dengan cepat menggendong tubuh Eve, membawanya kembali ke rumah. Namun ketika mereka telah sampai di rumah, kesadaran Eve telah menghilang dan terdapat darah menetes di kakinya.

Ini kali pertama hal seperti ini terjadi pada Eve. Kandungan wanita selalu baik-baik saja, bahkan ketika wanita itu bekerja seharian di ladang pertanian mereka. Apakah hal ini disebakan faktor stres? Karna tanpa mereka sadari, kabar mengenai perang ini ternyata sudah membuat Eve kepikiran berhari-hari, dan puncaknya ketika simpanan bahan makanan mereka raup dicuri oleh orang lain.

Untung saja itu hanya pendarahan biasa, yang tidak sampai melukai calon bayi yang ada dikandungan Eve. Namun walau begitu, dokter meminta Eve untuk tinggal di daerah sekitarnya, karena ia perlu mengontrol kesehatan kandungan Eve dalam satu minggu ini.

Para penduduk dengan cepat melakukan rapat untuk menentukan siapa orang yang akan menemani dan mengawal Eve selagi gadis itu berada di pusat kota. Jelas saja apa yang mereka lakukan saat ini karena mereka semua khawatir dengan Eve. Bagi mereka, Eve adalah penolong mereka. Jadi, biarkan kali ini mereka menjadi orang yang dibutuhkan oleh Eve.

Sore hari itu juga, Eve beserta 3 warga yang menemaninya akhirnya berangkat ke pusat kota juga. Keadaan Eve masih terlalu lemah, sehingga ia tidak bisa melakukan penolakan. Semua orang sangat mengkhawatirkannya dan mereka yakin, dengan membawa Eve ke pusat kota akan membuat keadaan wanita itu membaik.

Lagi pula, menjauhkan Eve dari sumber stress juga sudah menjadi alasan untuk mereka membawa dirinya ke pusat kota.

Ketika mereka sampai di pusat kota, Eve cukup terpana dengan pemandangan sekitarnya. Ini kali pertamanya pergi keluar setelah terbangun di tubuh ini.

Lalu, untuk disebut sebagai suasana perang, tempat ini sangat jauh dari ekspetasinya. Kehidupan bermasyarakat masih berjalan seperti biasa, seakan tempat ini masih belum terjamah perang yang sedang memanas disekitar mereka.

Saat itu, hanya itu yang bisa Eve simpulkan. Sebelum akhirnya, Stiff menjelaskan bahwa daerah mereka tinggal saat ini menjadi wilayah sponsor perang dalam persedian obat-obatan dan karena itulah, daerah tempat mereka tinggal tidak akan dijamah selama perang berlangsung.

Syukurlah, pikir Eve yang sudah merasakan ngeri saat tahu akan pergi ke pusat kota. Setidaknya, disini ia akan merasa aman sekaligus tenang karena anak yang di dalam kandungannya akan baik-baik saja.

Walau tidak tahu siapa pemilik tubuh ini dan anak siapa yang ada di dalam kandungannya, bukan berati Eve membencinya. Sebaliknya, tanpa ia sadari, ia begitu menyayangi calon bayi yang ada di dalam rahim tubuh yang ia rasuki. Setidaknya ia tidak terlalu kesepian dan merasa sendiri karena akan ada anak bayi yang lahir dari dirinya, pikirnya.

Ketika ia frustasi, lelah, ataupun bahagia, ia selalu mencurahkan semuanya pada kandungannya. Mereka berbagi perasaan dan itulah yang membuat Eve masih bisa bertahan hingga sekarang.

Ketika mereka sampai di pusat kota, dokter yang menanganinya dengan segera memintanya untuk melakukan rawat inap di sebuah ruangan yang selama dua puluh empat jamnya akan dijaga oleh perawat dan dokter.

Menurut dokter tersebut, dalam tiga hari kedepan adalah masa penentuan untuk Eve. Sehingga wanita itu harus pasrah mengikuti permintaan dokter. Tiga orang penduduk yang mengantarnya mencari penginapan di dekat rumah sakit, karena mereka tidak diperbolehkan masuk sebelum dokter memastikan bahwa Eve sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.

Di sisi lain, di daerah yang berbeda, tepatnya di sebuah barak yang berada di camp perang, seseorang tampak gelisah dalam tidurnya. Ia ingat tadi sedang meneliti hasil laporan dari bawahannya, tapi mengapa sekarang ia terjebak di dalam mimpi ini? Mimpi yang selalu sama ketika gadisnya itu pergi. Mimpi yang dapat membayar kerinduannya, namun selalu berakhir membuatnya semakin menderita.

Mimpi tentang malam terakhir yang mereka habiskan bersama. Wajah menangis gadis itu ketika merintih membuatnya gila dan ia terperangkap dalam keinginan untuk memilikinya sepenuhnya.

Ia menyukai cara gadis itu menatapnya dengan wajah yang tampak seperti akan menangis, ketika ia menyentuhnya.

Selalu saja seperti itu. Melihat gadisnya itu saja bisa membuatnya gila. Ia terobsesi dengan dorongan untuk menjadikannya sebagai miliknya, tidak peduli apapun yang dilakukannya sekarang.

Dan karna itulah, bahkan di dalam mimpinya, ia memohon sambil bersujud agar gadisnya kembali, karena ia akan memaafkan apapun perbuatan gadis itu asal Lilinya kembali padanya. Ia tidak perduli di cap sebagai pria bodoh karena selalu memaafkan apapun perbuatan gadisnya itu.

Namun sialnya, akhir dari mimpi itu selalu sama, yaitu pemandangan kamarnya yang berantakan yang terasa dingin dan hampa, seakan gadis itu telah lama pergi. 

Ia hanya bisa membeku, dan kemarahan muncul di akhir. Dimana ia memerintahkan semua orang untuk menyelidiki keberadaanya, dan mereka bahkan sampai membongkar seluruh bangunan mansion milik keluarga Leonard. Sayangnya, gadis itu tidak ada dimanapun seakan telah di telan bumi.

"Yang Mulia, apa anda baik-baik saja?" Alexanders datang tepat waktu ketika ia membuka mata setelah mengalami mimpi buruk itu.

Sembari memberikannya segelas air, Noah mencoba mengatur deru napasnya, lalu menyemangati dirinya sendiri.

Perang yang terjadi saat ini hanyalah alasan yang digunakan Noah agar bisa masuk ke wilayah apapun. Ia masih belum menyerah mencari keberadaan wanitanya dan ia yakin , ia akan menemukannya.

Namun saat ini, kegiatan perang itu akan terjeda sebentar, karena mereka perlu mengunjungi seorang Jendral yang masih kritis di rumah sakit. Mungkin ini akan menjadi kunjungan terakhir mereka karena dokter sudah menyebutkan bahwa luka pada tubuh Jendral itu tidak akan memungkinkan untuk kembali ikut perang lagi.

Setelah bersiap-siap, mereka akhirnya berangkat menuju rumah sakit yang disebutkan dengan menggunakan kereta kuda. Selama di perjalanan, pikirannya hanya dipenuhi oleh gadis itu dan pertanyaan-pertanyaan simpel selalu berkecamuk di kepalanya, seperti, apakah Lilinya akan senang jika diajak berpergian kesini? Apakah Lili senang jika bertemu dengan banyak orang yang memenuhi tempat ini dan masih banyak pertanyaan lainnya, yang sayangnya tidak bisa ia ajukan.

Kemana lagi ia harus mencari keberadaan gadis itu?

Tbc

Semangatin aku dong!!!!
Aku butuh sponsor semangat buat ngelanjutin karya ini diwattpad. Jadi please, bom aku dengan komentar, like dan cuit-cuitan kalian di wall aku.

Terimakasih

Janda Selalu di DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang