3

6.6K 449 1
                                    

Setelah perjamuan minum teh yang diadakan oleh Duke Magnus, Lili tidak berniat datang ke perjamuan apapun lagi, tidak peduli bahwa Marques sebelumnya sudah membalas undangan-undangan itu.

Dari pada pergi ke luar rumah, Lili memutuskan menghabiskan waktu di dalam kantor milik Marques. Layaknya di luar rumah, di dalam rumah juga tidak ada yang memperdulikannya. Walau Lili sudah menyebutkan dengan tegas bahwa ia akan menggantikan posisi Marques sementara waktu sampai anak pria itu cukup umur, tapi tak ada seorang pekerjapun yang menjelaskan padanya mengenai kondisi wilayah.

Yah benar, Lili tidak memiliki pengalaman apapun selama ini karna hanya menjadi istri untuk status saja. Tapi bukankah mereka terlalu meremehkannya?

Bahkan Marques juga meremehkan Lili. Wanita ini memang telah menjanda sebanyak empat kali sebelum bertemu dengan Marques, namun tidak seharusnya pria itu meremehkannya. Foto keluarga Marques dengan istri dan anak-anaknya yang ada di atas meja seakan mengejek Lili yang kini menggunakan meja yang memperlihatkan keluarga lain.

Sekarang, apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia bersikap tegas agar tidak ada yang bisa membantahnya lagi? Evelin sungguh tidak tahu harus memulai dari mana.

"Bella!" Lili memanggil dayangnya.

Perempuan muda yang bernama Bella itu langsung sigap memasuki ruang kerja Marques.

"Ya Nyonya! Ada yang bisa saya bantu?"

Lili mengangguk. "Tolong siapkan air hangat! Aku ingin berendam sekarang" perintahnya.

"Anda ingin air hangatnya di bawakan ke kamar atau anda mau berendam di Jazucci ruang belakang Nyonya?".

"Jacuzzi?" Tanya Lili bingung. Karena tidak ada di ingatan Lili mengenai bak mandi besar seperti Jacuzzi itu.

Dayangnya tampak salah tingkah dan merasa bersalah. "Sebenarnya Nyonya, rumah ini punya Jacuzzi besar di bangunan belakang. Air hangatnya bahkan langsung dari gunung belakang mansion. Namun selama ini, hanya Marques dan keluarganya yang menggunakan tempat itu" jelas Bella.

Heh!
Lihatlah! Ia lagi dan lagi di remehkan. Walau menikah hanya karena ingin status, Marques juga enggan menyebutnya sebagai salah satu keluarga itu.

"Bawa aku kesana!" Perintah Lili tegas. Ia akan memperlihatkan mulai dari sekarang, siapa sebenarnya dia dan tak boleh ada lagi yang bisa meremehkannya.

Para pekerja yang berselisih jalan dengannya tampak tidak suka ketika melihat Lili berjalan menuju bangunan belakang. Entah kenangan apa yang membekas pada tempat itu sehingga semua orang tampak semakin membencinya.

Bangunan belakang yang berisi Jakuzzi itu masih tampak jauh dari tempatnya, namun aroma khas belerang mulai masuk ke indra penciumannya. Yah benar, seharusnya ada tambang belerang jika ada gunung berapi aktif di dekatnya.

"Sedikit tidak nyaman memang aroma ini Nyonya. Namun itu hanya sebentar saja karena anda baru datang. Saya yakin anda pasti akan terbiasa" ucap Bella.

"Apakah kamu tahu aroma apa ini?" Tanya Lili yang penasaran, apakah di dunia ini mengetahui tentang belerang atau tidak.

"Entahlah Nyonya! Masih belum ada yang meneliti apa sebenarnya ini. Namun orang-orang sini menyebutnya sebagai batu air panas" jelas Bella.

Sesuai dugaannya, tak ada yang tahu tentang Belerang. Padahal itu menjadi bahan yang sangat penting untuk campuran kosmetik, obat-obatan, pemutih dan masih banyak lagi. Belum lagi belerang bisa menjadi bahan pembuatan korek api, bubuk mesiu, bahkan pupuk sulfat untuk tanaman.

Sungguh ironis jika ia tidak bisa memanfaatkan mineral yang satu itu.

Melupakan masalah belerang, kini perhatian Lili terpaku pada ruangan yang ada di depannya. Sangat luas dan menenangkan. Bangunan belakang hanya dijadikan jacuzzi raksasa saja. Bagaimana bisa Lili tidak mengetahui hal ini? Apakah selama ini Lili hanya menghabiskan waktu di kamarnya saja sampai tidak mengetahui seluk beluk rumah tempat tinggalnya sendiri.

Ketika ia berendam, isi kepalanya sangat kusut dan berantakan layaknya benang tipis yang saling terjalin hingga sulit diluruskan kembali.

Setelah menjalani hari yang sangat panjang sejak ia memasuki tubuh Lili, baru sekarang ia memiliki waktu untuk memikiran kehidupannya. Mulai dari apa penyebab ia bisa berada disini? Apa yang ia lakukan malam itu? Dan memikirkan seharusnya betapa bersyukurnya ia dengan kehidupannya dulu. Sekarang, ia harus hidup layaknya pengemis yang ingin membuktikan bahwa dia juga berguna walau dirinya bukanlah orang yang berharga.

Haaah! Lili hanya bisa menghela napas lelah.

Setelah selesai berendam, Lili kembali ke ruang kantor Marques. Ia juga meminta dayangnya untuk memanggil kepala pelayan.

Dan tak lama kemudian, seorang pria tua mengetuk ruang kantornya sebelum akhirnya masuk ke dalam ruangan.

"Anda memanggil saya, Nyonya?" Tanya William dengan sopan.

Lili mengangguk. "Tolong taruh meja kerja baru di sudut ruangan sana. Aku tidak ingin menggunakan meja kerja Marques" perintahnya.

Pria tua itu tidak mengatakan apa-apa sesaat, namun ketika Lili melirik tajam, barulah William mengangguk dan mengiyakan perintahnya.

"Dan sebelum itu, tolong panggil Daniel kesini!" Ucap Lili memberikan perintah lainnya.

Kali ini, William menunjukkan keenggananya untuk mengikuti permintaan Lili. Benarkan! Walau ia sudah menegaskan akan memimpin wilayah ini, tak ada seorangpun yang setuju.

"Ada apa? Kau tidak ingin mengikuti perintahku?" Tanya Lili dengan dingin.

"Tidak seperti itu Nyonya! Hanya saja, saya tidak yakin apakah ini benar dilakukan atau tidak" jawab pria tua itu.

"William, kau hanya kepala pelayan di rumah ini. Urusan itu, biar aku yang menentukan apakah itu benar atau tidak. Atau, kau sekarang ingin membantah perkataanku yamg merupakan pemimpin wilayah ini?" Sengit Lili.

Terkejut, William dengan cepat menunduk memohon maaf karena telah lancang.

Tampaknya semua orang tidak akan bisa dibiarkan begitu saja sebelum Lili memperlihatkan dirinya. Jika tidak tegas begini, pasti William mungkin tetap meremehkannya.

"Anda memanggil saya, Yang Mulia?" Tak lama William keluar, orang yang ia cari datang.

Daniel, laki-laki itu adalah salah satu bangsawan yang bergelar Baron. Ia merupakan asissten Marques dulunya dan Lili tahu, kesetian pria itu hanya akan diberikan untuk keluarga Leonard saja. Namun sayangnya, Lili bukan salah satunya.

"Kau ada di ruangan itu ketika aku menegaskan akan mengambil alih kepemimpinan. Namun beraninya kau tidak mendatangiku dan melaporkan apa yang seharusnya kau laporkan!" Berang Lili.

Pria di depannya tampak tidak berkutik, namun ia tahu bahwa ada pergolakan berat dalam diri pria itu. Pasti sekarang Daniel ingin membantahnya.

"Maafkan saya Yang Mulia. Saya salah dan telah lalai dengan pekerjaan saya" ucapnya.

"Kalau kau sudah memahami kelalaian mu, bawakan sekarang semua padaku! Laporan mengenai wilayah. Mulai dari tatanan daerah hingga buku kas wilayah ini!" Perintah Lili.

Daniel terlihat berpikir sesaat, sebelum akhirnya beranjak dari tempatnya. Tampaknya pria itu mencoba menyemangati dirinya bahwa apa yang akan ia lakukan sekarang itu merupakan demi kebaikan wilayah. Baginya, memberikan Lili semua laporan penting itu sama saja dengan memberikan anak bayi kertas yang kemudian dengan santainya membasahi kertas itu seakan itu bukan hal penting atau berguna.

Namun jika ia tidak memberikannya, bisa-bisa ia di pecat dan ia tidak akan bisa melayani keluarga Marques lagi di masa depan. Baginya, kesetian itu sangat penting dan sekarang, ia hanya perlu menghadapi wanita yang sedang ingin bermain kekuasaan-kekuasaan.

Janda Selalu di DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang