Hari sudah mulai gelap ketika Daniel kembali ke mansion. Seperti biasa, para pelayan atau ksatria keamanan yang kebetulan ada di ruangan itu akan menyambut dan menyapanya dengan hangat. Namun tak ada satupun dari mereka yang mempertanyakan dimana keberadaan Marciones, seakan wanita itu tidak pernah terlihat.
Daniel merasa gelisah dan kebingungan karena baru menyadari perlakuan semua orang pada wanita itu.
Para pelayan, ksatria hingga bahkan pengurus taman sudah mengetahui kondisi keuangan keluarga ini dan setelah wanita itu mengambil alih kepemimpinan, keuangan mereka berangsur-angsur membaik. Tidak ada penambahan hutang piutang, grafis pajak aman tanpa ada kenaikan pajak seperti bulan-bulan kemarin untuk menutupi pengeluaran yang membeludak, gaji para pekerja dibayar tepat waktu, lalu mereka punya simpanan makanan walau hanya untuk stok beberapa minggu saja. Semua hal itu karena Marciones yang melakukannya melalui penjualan belerang pada pihak militer dengan kontrak sebagai bahan baku senjata api yang saat ini sedang dalam perancangan.
Jika tidak ada Marciones, tak akan ada dari mereka yang tahu bahwa belerang itu berguna untuk banyak hal. Tapi mengapa wanita itu seperti tidak berarti apa-apa disini? Mengapa tidak ada yang menanyakan keberadaan Marciones padanya?
Jadi inilah yang dirasakan wanita itu! Tidak seharusnya dia bertahan di tempat ini, dimana tak ada seorangpun yang dapat menghargainya. Sebuah berlian, tidak seharusnya berada disekitar batu-batu krikil.
^^^
Lili menatap kosong ke arah jendela yang tertutup rapat. Ruangan gelap itu terasa mencekam, namun seseorang yang masih di posisi yang sama dari kemarin tampak terlihat lebih mencekam.
Beberapa nampan yang ada di sebelahnya diabaikan begitu saja tanpa disentuh. Sejak kemarin, Lili tidak menyentuh makanan apapun yang diantarkan padanya.
Isi kepalanya sekarang dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan, apa sebenarnya yang ingin ia gapai di tempat ini? Mengapa ia harus bersusah payah untuk hidup? Mengapa ia rela bekerja keras untuk memberi makan orang-orang yang tidak pernah menghargainya? Ini bukan kehidupannya, tapi mengapa dia harus bersusah payah seperti ini? Terbelenggu dengan seorang psikopat, lalu diintai oleh seorang penguntit yang terobsesi. Tak ada hal yang meyenangkan di kehidupannya kali ini. Tapi mengapa ia rela repot-repot untuk bertahan?
Rasanya, pikiran untuk mengakhiri hidupnya terasa seperti rencana yang briliant, yang harus ia lakukan secepat mungkin.
Noah Macmillan adalah seorang bangsawan yang lebih banyak menghabiskan waktu di medan perang. Tak ada satupun kemungkinan pria itu dan dirinya pernah bertemu atau bertegur sapa sebelumnya. Namun mengapa pria itu menculik dan mengurungnya, padahal mereka tidak pernah saling mengenal dulu.
Duke Macmillan adalah bangsawan netral tanpa mengikuti fraksi apapun. Lili rasa, tidak mungkin pria itu menculiknya sekarang karena ingin menyingkirkan salah satu fraksi bangsawan. Keluarga Leonard adalah fraksi bangsawan. Jadi apa yang menjadi penghubung diantara mereka? Lili tak bisa memikirkan jawaban apapun untuk menjawab pertanyaanya itu.
Semakin rumit isi pikirannya, semakin erat juga ia memeluk kakinya. Kepalanya disandarkan pada lututnya yang tampak lecek karena perlawanan yang ia lakukan ketika Duke berusaha melecehkannya.
Ketika Lili masih terkurung dalam ruangan itu, tidak ada pemimpin yang memimpin wilayah Leonard.
Satu hari...
Tiga hari...
Hingga seminggu telah berlalu, tak ada seorangpun yang mempertanyakan keberadaan wanita itu. Hanya Charlize, si gadis kecil itu yang mempertanyakan keberadaannya. 'Dimana mama?'.
Para keluarga jauh tiba-tiba datang karena mendengar pemimpin wilayan sedang tidak ada di tempat. Mereka berlaku seenaknya di mansion, seakan tempat itu adalah rumah mereka. Bahkan paman dari anak-anak majikannya berlaku seperti pemimpin baru, yang mempertanyakan berapa banyak pemasukan untuk bulan ini.
Ketika mereka semua datang, keadaan mansion tidak pernah baik-baik saja. Para pekerja merasa kewalahan, karena harus memenuhi perintah orang-orang itu. Begitu juga dengan Daniel, yang bekerja keras agar mereka tidak masuk ke dalam ruang kerja Marciones. Dimana anda sebenarnya, Nyonya? Gumamnya yang mulai kewalahan.
Ignis, walau dia tidak menyukai ibu tirinya, ia lebih tidak menyukai keluarganya yang saat ini sedang berusaha menjilatnya. Ia pikir, lebih baik membiarkan Ibunya yang memimpin wilayah sekarang dibandingkan keluarganya yang sedang berfoya-foya dengan menggunakan nama Leonard.
Ketika ia bertanya pada Daniel, pria itu tak bisa menjawab satupun pertanyaanya.
Ibunya bukanlah seorang pecundang yang akan meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja. Dia yakin, sesuatu telah terjadi pada ibunya.
"Keponakanku, apakah kau tidak menyukai menu makan malam ini?" Tanya seorang wanita paruh baya yang merupakan bibi dari pihak ayahnya.
Sedari tadi, Ignis memang hanya menatap ke arah makanannya yang ada di meja saja. Semua menu makan malam yang tersedia di meja saat ini adalah menuh mewah. Bahkan kemewahannya melebihi menu makan malam pihak isatana kekaisaran.
Kali ini arah tatapan Ignis mengarah pada botol-botol wine yang tersedia di atas meja. Ini adalah perbedaan makanan yang tersaji ketika ibu tirinya memimpin wilayah. Wine adalah alkohol dan minuman itu tidak baik untuk tubuh. Ibu tirinya menekankan bahwa tidak boleh ada alkohol apapun di atas meja. Selain karena tidak baik bagi tubuh, ada anak di bawah umur yang juga ikut makan malam di meja itu. Para orang dewasa sudah sepantasnya tidak boleh mencontohkan sesuatu yang tidak baik pada anak di bawah umur.
Minuman wine adalah sebuah menu wajib di atas meja jika menurut etika bangsawan. Para bangsawan akan menyesap dan menikmati minuman itu ketika sedang makan. Namun ibu tirinya tidak menerima etikat itu dengan baik. Walau begitu, tak ada seorangpun diluar sana yang bisa ia lihat lebih anggun, beriwibawa dan terlihat seperti bangsawan sejati, dibandingkan ibu tirinya.
"Charlize, sudah berapa usiamu tahun ini?" Kali ini, pamannya lah yang bertanya pada adiknya. Ignis kembali mengangkat kepalanya agar bisa melihat ke arah pamannya.
"Saya akan berusia enam tahun paman" adiknya menjawab dengan ekspresi takut, karena ia harus berurusan dengan orang asing.
"Enam tahun? Bukankah seharusnya anda sudah harus bertunangan sekarang?" Tanyanya lalu terkekeh. Para keluarganya yang lain juga ikut terkekeh untuk menanggapi ucapan pamannya. Hanya Ignis saja yang marah pada saat itu.
"Keponakanku, karna kamu masih muda, kamu mungkin tidak tahu keuntungan apa yang akan kita dapatkan ketika dua keluarga akan terikat" ujar pamannya yang berusaha menghiburnya ketika melihat ekspresi tidak suka Ignis.
"Charlize masih terlalu muda. Tidak akan ada pertunangan maupun pernikahan" tegasnya marah.
"Saat ini, anda tidak punya kuasa untuk membantah keponakanku! Lagi pula, anak perempuan dilahirkan kan untuk dinikahkan agar keluarga kita mendapatkan kerja sama dan tunjangan dari keluarga lainnya" kali ini, Bibinya yang berucap.
Ignis semakin tidak bisa menahan kemarahannya. Ia berdiri lalu membanting sendok yang ada di tangannya. "Kalian lah yang tidak punya hak dalam mengambil keputusan di tempat ini. Ibu lah pemimpinnya sekarang dan ibu lah yang akan menentukannya" tegasnya walaupun dalam hatinya ia meragukan pernyataan itu. Apakah ibunya setuju dengan pernyataanya? Atau kah ibunya sama saja seperti keluarganya yang lain, yang memandang rendah anak perempuan?
Dimana dirimu, Ibu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Janda Selalu di Depan
RomanceEvelin, seorang aktris yang sangat berbakat dan sering kali di sebut sebagai gadis impian para lelaki. Karirnya sangat sempurna, dengan lingkungan yang hangat dan penuh cinta. Ia juga memiliki segalanya, harta, tahta dan bahkan teman-teman yang sali...