38

2K 260 81
                                    

Cuaca hari ini cukup dingin, padahal baru saja memasuki musim semi. Stiff yang tangannya penuh dengan berbagai makanan tampak kesulitan, karena sedari tadi ia sudah menggigil. Mungkin karena saat ini mereka berada di kota yang dipenuhi dokter dan rumah sakit, ia memperlihatkan gejala seperti mau sakit, pikir Stiff sembari terkekeh.

Walau katanya tidak boleh dikunjungi, Stiff hanya ingin memastikan apakah kakak perempuannya itu baik-baik saja seorang diri. Yah benar, Stiff sudah menganggap Eve sebagai kakak perempuannya, karena selama Eve tinggal di rumah mereka, Ibunya sudah menganggap Eve sebagai anaknya.

Stiff sih senang-senang saja mendapat keluarga baru, apa lagi Eve merawat ibunya dengan baik.

Ruang rawat Eve berada di gedung utama. Hanya dari jendela besar yang menjadi satu-satunya tempat Stiff bisa melihat keadaan Eve saat ini. Jika beruntung, dia mungkin bisa memberikan semua makanan yang ada di tangannya untuk wanita itu.

Lama ia berdiri di depan jendela, sebelum akhirnya Eve mendudukan badannya, lalu menatap ke arah jendela.

Stiff yang merasa di respon langsung menyapa Eve dengan semangat dari balik jendela dan hal itu membuat Eve terkekeh kecil.

Sikap Stiff saat ini sesungguhnya sangat mengganggu pengunjung lain, apa lagi orang yang sedang berjalan menuju gedung utama. Dan salah satunya adalah rombongan Noah.

"Bagaimana keadaanmu kak?" Stiff mencoba bertanya dari tempatnya. Dengan suara yang agak nyaring, karena ia berharap Eve bisa mendengarnya, walau sebenarnya itu sia-sia.

Eve yang hampir seumur hidupnya hanya berakting, membaca mimik bibir adalah hal yang mudah. Karena keadaan sekitarnya yang tidak memperbolehkan dia bising, Eve mengangkat tangannya lalu memperlihatkan otot kecil yang ada di lengannya, dengan maksud mengatakan bahwa dia baik-baik saja dan sangat kuat hari ini. Untung saja, Stiff mengerti arti jawabannya.

"Benar, begitulah seharusnya kakakku!" Ungkapnya bangga.

Dari semua keributan itu, hanya Alexandros yang merasa terganggu, sehingga kini perhatiannya tertuju pada pasien yang menjadi lawan bicara orang di depannya.

Dan ketika ia terdiam membeku di tempatnya, masternya sudah berjalan jauh di depan.

Alex tahu, dia tidak mungkin salah mengenal orang. Apa lagi Nyonya rumah mereka sendiri. Tetapi, mengapa Nyonya tampak tidak mengenalnya ketika mereka saling bertatapan satu sama lain tadi?

Dia perlu menyelidikinya. Karena bisa saja, tanpa ia sadari, ia hanya akan melukai Nyonya jika ia langsung memberitahu masternya.

Tadinya sih begitu rencananya. Namun semuanya gagal karena masternya sudah menyadari ada yang aneh darinya.

Saat ini mereka sedang berada di ruang pemilik rumah sakit. Ia hanya berdiri di depan meja besar itu. Meja yang menjadi pembatas antara dirinya dan masternya.

Alex hanya berdiri diam di tempatnya, sembari memperhatikan masternya yang saat ini sedang menuang wine di gelasnya.

"Katakan!" Perintah singkat itu sudah cukup membuat nyalinya menciut.

Walau rumornya tentang kutukan masternya telah menghilang, tetap saja hawa membunuh pria ini tetap sama. Aura itu saja sudah bisa membuatnya mati berdiri.

"Sepertinya saya menemukan Nyonya!"

Prang

Gelas wine yang ada di tangan masternya terjatuh kelantai dan begitu juga meja besar yang menjadi pembatas diantara mereka berdua.

Cengkraman kasar pada kerahnya sudah cukup menjelaskan seperti apa emosi masternya sekarang.

"Katakan dengan jelas!" Perintah dengan nada dingin itu selalu membuatnya merinding.

"Tadi,  saya tidak sengaja melihat seorang wanita yang mirip Nyonya di bangsal perawatan. Saya pikir, saya perlu mencari tahu lebih rinci sebelum melaporkannya pada anda, karena Nyonya tampak tidak mengenal saya dan bahkan reaksi tubuhnya juga memperlihkan seperti itu" ucap Alex.

Noah masih diam, dan Alex melanjutkan ucapannya.

"Diketahui nama wanita itu adalah Evelin, seorang pasien hamil yang dirawat karena diagnosa mengalami gejala keguguran, namun..."

"Hamil?" Potong Noah yang tampak terkejut.

"Ya benar hamil. Namun tampaknya Nyonya sudah baik-baik saja, karena dokter akan memindahkannya ke bangsal umum"

"Siapa ayah anak itu? Aku akan membunuhnya!!!" Geram Noah, yang langsung dihentikan Alex. Inilah yang ia wanti-wantikan jika langsung melaporkan apa yang dia lihat tanpa mencari tahu lebih dulu.

"Tidak ada suami Yang Mulia! Melihat usia kandungan Nyonya, sudah jelas itu adalah anak anda!" Ujar Alex.

"Lalu, anda tidak bisa menemui Nyonya dengan cara seperti ini. Seperti yang sudah saya sebutkan, Nyonya tidak mengenal saya maupun anda. Jika Master menemuinya dengan cara seperti ini, mungkin Nyonya akan ketakutan dan itu bisa membahayakan bayi anda. Jadi untuk sementara waktu, kita hanya bisa memperhatikannya dari jauh dulu" jelas Alex yang tangannya sudah gemetar dan hampir patah, untuk menahan tubuh Masternya. Bagaimana bisa ada seoerang manusia sekuat ini?

Setelah mendengar penjelasannya, Masternya memintanya untuk mengarahkannya menuju tempat Nyonya di rawat. Seperti disebutkan sebelumnya, saat ini Nyonya mereka telah dipindahkan ke ruang rawat inap bangsal umum. Sehingga mereka bisa melihat Nyonya lebih leluasa.

Mereka memutuskan untuk melihat dari arah pintu, yang kebetulan tempat tidurnya dapat dilihat dari tempat mereka berdiri.

Dan benar saja, ada wanita itu disana. Tampak sangat sehat, segar dan bahagia. Kecantikannya bertambah berkali-kali lipat. Apakah mungkin ini dikarenakan hormon dari kehamilannya? Dan benarkah dia benar-benar tidak mengingat apapun? Karena cara ia bersikap yang tampak santai dan bercengkerama dengan para rakyat biasa sudah memperlihatkan dengan jelas bahwa Lili memang melupakan status bangsawannya.

Dan kini, arah pandangan mata Noah menuju ke arah perut yang mulai membuncit itu. Perut yang katanya ada anak dari dirinya. Ada rasa haru dalam dirinya ketika menyadari bahwa selama ini, ia benar-benar tidak pernah terpisah dari wanitanya itu.

Lama mereka berdiri disitu, hingga Eve menyadari keberadaan mereka. Dan seperti perkataan Alex, Eve hanya menatap mereka dengan bingung, seakan mereka hanyalah orang asing yang sedari tadi mengganggu kenyamanannya.

Namun kebingungan Eve langsung menghilang ketika melihat Stiff dengan banyaknya makanan ditanganya, datang lalu menyapanya.

"Senang rasanya keadaan kakak baik-baik saja" ungkap Stiff terharu.

"Apa kita akan pulang?" Tanya Eve berharap. Ia memang penasaran dengan daerah luar, tapi bukan berarti ia ingin tinggal lebih lama disini. Bisa dibilang, ia lebih nyaman tinggal di rumahnya sendiri dari pada disini.

"Kita akan pulang, tapi nanti. Jadi, bagaimana kalau kita bersenang-senang dulu disini. Kita juga bisa sekalian berbelanja kebutuhan bayi" ucap Stiff dengan polos, tanpa tahu bahwa orang yang berada dibalik pintu, yang saat ini sedang ditahan dengan sekuat tenaga itu, ingin sekali memecahkan kepala Stiff.

Membeli kerperluan bayinya?
Memangnya dia siapa?

Dirinyalah ayah bayi itu. Jadi mengapa orang lain harus menggantikan tugasnya? Tak akan Noah biarkan begitu saja!

Tbc

Ayukk, semangatin aku lagi guysss
Biar cerita ini update dengan cara brutal. Jan sampe ini cerita setahun umurnya, tapi belom tamat².

Yuk semangatin aku dengan like, komentar dan cuit-cuitan kalian di wall aku.

Terimakasih💙

Janda Selalu di DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang