15

4.5K 395 5
                                    

Para dayang tampak sibuk membantunya bersiap-siap. Sejujurnya, Lili tidak ingin pergi kemanapun, namun ada hal yang membuatnya harus keluar hari ini juga.

Tidak seperti biasanya, kali ini ia keluar karena jadwal formal yang harus ia selesaikan. Ia akan bertemu dengan beberapa orang yang akan membantunya dalam membuat skincare yang ia ciptakan. Orang-orang tersebut adalah orang yang akan bekerja sama dengannya. Para alkemis, para serikat dagang yang akan membantunya dalam memperoleh wadah skin carenya, serta para pemilik tanah, yang ingin Lili beli. Ia akan mendirikan satu toko khusus untuk produk-produknya.

Kali ini, Daniel juga akan ikut dengannya untuk bertemu orang-orang itu.

"Nyonya, apakah anda ingin memakai kalung rubi ini hari ini?" Tanya Bella memperlihatkan satu set perhiasan ruby. Warna merahnya terlihat sangat mencolok, namun akan sempurna jika disandingkan dengan pakainnya hari ini yang berwarna silver.

Tapi...

Keningnya mengernyit, mencoba mengingat sesuatu. "Aku tidak mengingat aku pernah punya perhiasan ruby satu set" ujar Lili keheranan.

"Barang-barang ini baru datang kemarin pagi Nyonya" jawab Bella yang merasa tidak ada hal yang salah.

Lili sampai menoleh, melihat ke arah dayangnya dengan serius. Sambil menggeleng pelan, Lili kembali berucap. "Aku juga tidak ingat aku memesan perhiasan apapun" ujarnya.

Wanita remaja yang sudah bekerja padanya selama satu setengah tahun itu malah memasang ekspresi kebingungan di wajahnya. "Nyonya memang tidak memesan apapun, tapi ini adalah jatah bulanan anda. Beberapa set perhiasan, dress-dress keluaran baru, beberapa permata serta anggaran tetap" jawab dayangnya.

"Siapa yang memberikannya?" Tanyanya dengan wajah ngeri. Jujur saja, baru kali ini Lili mendengar fakta ini dan tak ada ingatan apapun tentang permasalahan ini. Itu berarti, ia baru menyadari keanehan itu sekarang. Sebenarnya sejak kapan hal ini terjadi? Tubuhnya meremang karena merinding memikirkannya. Siapa orang gila yang ada dibalik peristiwa ini.

"Kami tidak tahu. Ketika semua barang-barang ini datang di hari ke lima belas setiap bulannya, kami hanya diperintahkan untuk membereskannya. Asissten anda, Daniel mengambil bagian untuk mengurus anggaran anda. Kami pikir, ini hal lazim, karena begitu anda tiba di tempat ini dulu, barang-barangnya juga ikut tiba" jawab Bella.

Sekarang, tubuhnya bukan hanya merinding. Bulu kuduknya juga sampai berdiri, karena memikirkan betapa mengerikannya hal ini. Bagaimana selama ini Lili tidak mengetahui apapun? Lalu, pantas saja ia merasa tidak pernah merasa kekurangan padahal pemasukan wilayah ini sedang tidak baik-baik saja.

Dari semua masalah yang menimpanya di masa lalu, dia lah yang paling memahami betapa menyeramkannya ketika ada seorang penguntit di sekelilingnya. Orang itu, entah karena mengetahui Lili tidak pernah melakukan pemeriksaan apapun pada barang-barangnya sehingga ia dengan leluasa melakukan hal ini.

Bahkan orang itu mungkin mengalami rasa kepuasan karena barang-barang pemberiannya digunakan oleh Lili. Betapa menyeramkannya ketika ia memikirkan Lili memakai salah satu barang itu dan mereka berada di ruangan yang sama. Dan satu hal lagi, semua barang-barang itu tidak akan lolos begitu saja tanpa persetujuan Lili. Ia yakin, pasti ada seseorang yang bekerja di mansion ini yang menjadi kaki tangan si penguntit. Memikirkan ia harus tinggal di tempat yang sama dengan orang-orang itu membuat hatinya mendidih marah. Apakah sudah saatnya ia mengganti semua pekerja yang ada disini? Haruskah ia melakukannya?

Memutuskan untuk melupakan permasalahan ini sebentar, Lili dan Daniel akhirnya berangkat menuju restoran yang menjadi tempat pertemuan mereka.

Karena masalah penguntit itu, ia sampai tidak menggunakan aksesoris apapun di tubuhnya dan itu membuat Daniel merasa penasaran, karena itu tidak seperti biasanya.

"Jadwal pertama anda, kita akan bertemu seorang Alkemis yang akan membawa contoh yang anda minta Nyonya" ujar Daniel mengingatkan ketika mereka hampir sampai ke tujuan mereka.

Lili tidak menjawab atau merespon ucapan pria itu. Perhatiannya hanya terus mengarah pada pemandangan yang mereka lewatkan. Isi kepalanya sedang ruwet sekarang dan ia benci tidak tahu cara menyelesaikannya.

Ketika mereka akhirnya tiba, Lili dengan anggun masuk ke dalam restoran. Sudah ada tiga orang alkemis yang menunggu di meja yang sudah mereka pesan sebelumnya.

Ketika menyangkut soal pekerjaan, Lili tidak pernah basa-basi terlebih dahulu. Gadis itu langsung membicarakan produk-produk yang dibuat Alkemis sesuai permintaanya.

Lili dengan serius menghirup semua aroma sampel, menyentuh teksturnya, serta menilai warna dari produk itu, lalu memberikan komentar dan meminta revisian apa yang harus di perbaiki dalam sampel itu. Sedangkan Daniel duduk di sebelahnya, mencatat semua hal yang diperbincangkan dalam rapat pertama itu.

Untuk golongan gadis biasa yang tidak memiliki pengalaman apapun, Daniel sungguh takjub ketika mendengar ucapan Lili yang sangat rinci. Wanita itu sangat memahami apa yang dia inginkan, serta apa kekurang dari sampel yang ditawarkan. Tak hanya meminta revisian saja, Lili juga memberi tahukan cara penyelesaiannya.

Tidak hanya Daniel saja yang takjub di tempat itu. Para Alkemis juga sangat takjub dengan pengetahuan Lili serta tutur bicaranya yang dapat mereka mengerti dengan mudah.

Pertemuan itu akhirnya berakhir satu jam kemudian. Pertemuan yang berisi tentang pembicaraan masalah sampel-sampel produk dan hampir seluruh waktu dihabiskan untuk Lili yang menjelaskan tentang kerincian dari produk-produk yang ia inginkan. Walau begitu, tak ada satupun dari kelompok itu yang merasa bosan dengan pertemuan itu, padahal isinya hanya membicarakan pekerjaan saja.

Tak hanya pada Alkemis saja, pertemuan dengan para serikat dagang serta pemilik tanah juga berakhir dengan sukses. Lili dengan semua pengetahuan yang ia punya membuat orang-orang yang akan bekerja sama dengannya dapat mengerti dengan mudah.

Dari pagi hari hingga ke matahari hendak terbenam, pertemuan-pertemuan itu akhirnya berakhir. Sungguh, Lili merasa tenaganya sudah terkuras habis hingga membuatnya tidak ingin keluar rumah lagi.

Sembari menunggu Daniel menunggu kereta kuda mereka di depan, Lili memutuskan untuk menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa lalu menutup matanya sebentar. Rasa kantuk dengan cepat menyerangnya, hingga membuat Lili tidak sadar ia sedang tertidur.

Dan ketika ia terbangun, ia merasa tubuhnya sudah kembali segar lagi. Selimut satin yang sangat lembut membungkusnya, dengan bantal kepala serta tempat yang sangat empuk berhasil membuatnya terlena. Yah, terlena ingin tertidur lagi...

Lili tertegun sesaat. Tempat tidur? Selimut? Mengapa terasa mengganjal ya, pikirnya bingung.

Dan ternyata, lagi dan lagi, ia kembali terbangun di kamar yang penuh nuansa gelap ini lagi. Lalu, sebuah wajah yang ada di sebelahnya, dengan tangan yang membekap tubuhnya membuat Lili terkena serangan jantung sesaat.

Sialan, dia kembali diculik lagi. 

Janda Selalu di DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang