42

1K 156 24
                                    

Siang ini, terik matahari terasa menusuk tulang. Sangat berbeda dengan udara ketika di malam hari yang membuat mereka semua harus menghidupkan pemanas ruangan ataupun kayu api.

Walau begitu, hal itu tidak membuat para penduduk patah semangat. Mereka semua justru sangat senang, karena cuaca kali ini sangat cocok dengan pertanian mereka.

Ketika para penduduk masih sibuk dengan kegiatan masing-masing, Eve menunggu di pondopo pinggir ladang sembari merajut. Ia ditemani Stiff serta ibunya kali ini.

"Perang sudah berhenti ya? Ibu tidak pernah dengar beritanya lagi" suara ibu Stiff yang lembut, menarik perhatian Eve.

Mendengar perkataan ibunya, Stiff juga tampaknya jadi kepikiran. Benar, sudah tidak ada terdengar berita perang lagi setelah mereka pulang dari ibu kota. Padahal mereka sudah sangat cemas sebelumnya, karena penyimpanan makanan mereka yang menipis tidak akan cukup untuk mereka.

Ketika ketiga orang itu tampak sibuk membicarakan tentang perang, ksatria yang berdiri tidak jauh dari mereka, berusaha menjaga raut wajahnya.

Bagaimana tidak, karena sumber dan pusat perang itu saat ini sedang berada di sekitar mereka.

Tujuan perang sejak awal adalah agar Tuannya, Duke Macmillan bisa memasuki negara apapun untuk menemukan keberadaan calon Duches mereka. Perang hanyalah alasan untuk mereka dan sekarang mereka sudah menemukannya. Jadi tidak ada alasan untuk mereka melanjutkan perang ini, karena misi Tuannya sudah berubah sekarang. Dari misi mencari keberadaan calon Duches mereka menjadi, membuat calon Duches mereka menyukai atau mengingat keberadaan tuannya.

Namun tampaknya, misi kali ini akan sangat sulit karena calon Nyonya-nya itu terasa sangat berpendirian dan membangun tembok tinggi agar tidak ada orang yang mengganggunya. Bisakah mereka menyelesaikan misi ini? Karena sejujurnya, ia juga meragukan itu. Yah seperti semua orang tahu, Tuannya, Duke Macmillan adalah orang yang payah jika menyangkut orang lain. Tuannya itu bukan orang yang bersedia menunggu dengan sabar. Tuannya adalah tipe manusia yang lebih suka dengan cara memaksa hingga orang itu tidak punya pilihan.

Alexanders terlalu larut dalam pikirannya sampai tidak menyadari tatapan mata Eve yang sedari tadi melihatnya. Dan ketika Pria itu menyadari ada seseorang yang menatapnya, ia sangat terkejut.

Ia bukan terkejut karena Nyonya menatapnya. Tapi ia terkejut karena tatapan Nyonya seperti sedang mengungkapkan sesuatu. Karna itu, Alexanderd jadi lebih gugup padahal ia yakin, ia tidak membuat kesalahan apapun.

"Ditengah panasnya perang seperti ini, Putra Mahkota mereka rumornya akan dinobatkan menjadi Raja, karna penguasa terdahulu sudah tidak bisa ikut serta dalam kepemimpinan akibat kondisi tubuhnya" ucap Stiff tampak resah.

Ekspresi Eve langsung menggelap ketika mendengar informasi itu.

Alexanders yang melihat dan menyaksikan sendiri obrolan ketiga orang itu juga tampak kebingungan melihat ekspresi Nyonyanya. Pertanyaan besar langsung menghantam kepalanya. Bekerja bersama Tuannya hingga belasan tahun, membuatnya sensitif terhadap apapun. Seperti saat ini.

"Ada banyak rumor yang mengatakan bahwa pria itu sinting dan semakin gila akhir-akhir ini" ucap ibunya, yang tampaknya tidak berniat membicarakan penguasa itu secara terang-terangan. Karena walau berada di kekaisaran yang berbeda, menghina seorang pemimpin termaksud kejahatan.

"Benar ibu! Kakak tahu, aku pergi merantau dan bekerja di kekaisaran itu. Aku mendengar rumor bahwa Pria itu orang yang ramah dan sangat menyayangi penduduknya. Namun akhir-akhir sebelum aku kembali kesini, sifat aslinya akhirnya terungkap. Dia tidak segan-segan membunuh orang yang tidak bersalah, dia bahkan menghina para penduduk sebagai kaum rendahan" ucap Stiff berapi-api.

"Seperti rumornya, dia semakin gila akhir-akhir ini. Entah bagaimana nasib kekaisaran mereka jika dipimpin orang jahat dan kasar seperti itu" ucap Stiff melanjutkan perkataanya.

"Aku dengar, dia gila karena ada seorang wanita yang menolaknya" salah satu pemuda yang hendak beristirahat, ikut nimbrung dan mengungkapkan informasi yang ia dengar.

"Aku rasa wanita itu sudah tahu sifatnya seperti apa. Wanita itu menyelamatkan masa depannya dengan menolak pria seperti itu" ujar Ibunya yang tampak ada ekspresi lega di wajahnya. Sangat berbanding terbalik dengan ekspresi Eve yang menggelap.

Ketika wanita itu menolak pria itu, orang itu membunuhnya dan menyatakan dengan tegas, kalau wanita itu tidak bisa bersamanya, maka siapapun tidak boleh ada yang bersama wanita itu.

Dan orang yang menjadi sumber obrolan mereka adalah dirinya, Evelyn atau yang dikenal sebagai Lili disini.

Benar! Ingatannya telah kembali.

Ingatannya kembali ketika ia pingsan beberapa hari yang lalu. Kepalanya terasa sangat nyeri ketika ingatan demi ingatan menghantamnya dan itulah penyebab ia akhirnya kehilangan kesadaran diri.

Sekarang, ia mengingat semuanya. Siapa dia, dan bagaimana ia bisa berakhir di desa terpencil ini. Ia juga mengingat ksatria yang mencuri dengar pembicaraan mereka dan mengingat ksatria yang datang ke tempat tidurnya di tengah malam setiap harinya.

Kebenaran akan dirinya telah terungkap dan ia hanya ingin orang-orang mengenalnya sebagai Eve dan bukannya Nyonya Leonard. Karna itulah, ia membiarkan segalanya sekarang berjalan seperti sedia kala.

Namun mendengar informasi tentang putra mahkota, kemarahannya kembali memuncak. Pria itu dengan ekspresi dinginnya dan dengan teganya membunuhnya hanya karena merasa ia tidak yakin bisa memikiki Lili dan tidak menginginkan siapapun memiliki Lili.

Setelah dipikirkan, entah bagaimana dia bisa terlibat dengan pria-pria yang problematik. Putra Mahkota dan Duke Macmillan.

Ia hanya ingin hidup dengan damai. Ia hanya ingin melakukan semua hal yang disukainya, seperti saat ini. Namun tampaknya semua itu adalah kemewahaan untuknya.

Cuaca yang panas tidak menurunkan semangat orang-orang di sekitarnya ketika sedang membicarakan kekaisaran sebelah. Begitu juga dengan Eve yang mendengar semua informasi itu, walaupun saat ini ia sangat berkeringat lantaran keadaannya yang sedang hamil membuatnya selalu kegerahan.

Tangannya dengan refleks menghapus jejak-jejak keringat yang di wajahnya. Sesekali ia menipasi wajahnya sembari mengelus perutnya.

Kring kring

Suara nyaring dan renyah itu berhasil menarik perhatian mereka semua. Ternyata sumber suara itu berasal dari dentingan es batu yang ada di dalam teko yang berisi sirup merah.

Eve sedikit mengongak dan ia mendapati bahwa Noah lah orang yang membawa minuman dingin itu.

Dengan ramah, pria itu menawarkan pada mereka yang sedang beristirahat dan ketika Eve juga ikut mengambil minuman dingin itu, Noah menjauhkan dengan sengaja.

Eve jelas menatap tajam pria itu, karena sekarang ia merasa sedang di permainkan. Namun sayangnya, bukannya ketakutan, pria itu malah menyeringai.

"Maaf, ini tidak cocok untuk ibu hamil. Saya menyediakan khusus untuk anda" ujarnya sambil mengedipkan mata, lalu berjalan kembali ke rumah tempat mereka tinggal. Tidak lama kemudian, Noah datang membawa jus dingin di tangannya. Jus itu tak kalah menyegarkan dari minuman sirup dingin yang ada di depannya.

"Silahkan Nyonya!" Ucapnya sambil memberikan jus dinginnya.

Perlakuan ramah Noah membuat para warga menjadi salah paham. Beberapa dari mereka dengan terang-terangan mengatakan bahwa Noah sudah cocok untuk menjadi seorang Ayah dan meminta Eve untuk memikirkan rencana menjadikan Noah sebagai calon suami, karena pria itu terlihat sangat potensial untuk menjadi suami.

Saat itu sih, Eve merespon dengan tenang, walau sebenarnya dalam hati wanita itu merasa dongkol. Karena itulah, ketika malam tiba, ia mengunci rapat-rapat kamarnya. Pintu itu tidak akan bisa dibuka dari luar kecuali di dobrak. Hal ini terjadi karena bentuk kekesalannya pada pria itu yang tampak senang mendengar perkataan para penduduk.

Tbc

Janda Selalu di DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang