Seorang gadis lima tahun sedang menatap ke arah balkon kamarnya yang berada di lantai 2. Sudah beberapa hari berlalu sejak pemakaman ayahnya dan ia masih terkurung di dalam kamarnya.
Charlize Leonard, dengan rambut coklat muda serta piyama hitam yang sedang ia kenakkan sekarang sama gelapnya dengan perasaanya. Ia ingin keluar kamar, bertemu dengan teman-temannya serta kakak laki-lakinya. Namun tak ada yang mengerti dengan keinginanya.
Klak
Suara pintu terbuka sudah cukup membuat Charlize tahu siapa orang yang sedang memasuki kamarnya. Sarah, pengasuh yang telah merawatnya sejak ibu mereka meninggal.
"Nona, apa yang anda lakukan disana?" Suara lembut Sarah mendayu-dayu. Tatapan wanita itu juga menatapnya dengan hangat. Hanya saja...
"Sarah, tidak bisakah aku memakai gaun biru yang diberikan ayah saat ulangtahunku kemarin?" Kali ini Charlize membuat permohonan yang lain dengan memakai kata ayah dalam kalimatnya.
Wajah lembut yang ditunjuk Sarah tadi langsung berubah marah. Lalu, kata-kata itu keluar. Kata-kata yang tidak bisa membuat si gadis lima tahun berkutik.
"Apa anda sudah tidak menyayangi Tuan lagi?"
"Ayah, tentu saja aku sangat menyayanginya. Tapi..."
Sarah menggeleng, menolak pernyataan Charlize. "Tidak Nona! Anda harus tetap memakai pakaian berwarna hitam. Hal ini menunjukan bahwa kita masih sedih dengan kehilangan Tuan".
Wajah mungil yang cantik itu langsung berubah muram. "Kalau begitu, aku ingin berjalan-jalan di taman. Tidak bisakah itu juga?"
Pengasuh gadis kecil itu kembali menggeleng lagi. "Tidak Nona! Apa nona tidak tahu, sejak kematian Tuan, ibu tiri anda sekarang menguasai rumah. Ia akan marah jika melihat anda berkeliaran di rumah"
"Tapi ini kan rumah Ayah!"
"Tapi Tuan telah meninggal Nona. Jadi sekarang dialah yang menguasai rumah. Jadi menurutlah dengan perkataan saya. Tetap di kamar sampai dua puluh malam terlewati. Nona bisa jadi anak baik kan?" Tanya Sarah dengan suara lembutnya di akhir kalimat dan gadis mungil itu hanya bisa mengangguk pelan.
Charlize memang tidak terlalu akrab dengan ibu tirinya. Tapi apakah benar, ibu tirinya sekejam ini?
Charlize hanya bisa menangis dalam diam ketika pengasuhnya telah pergi. Ia sangat merindukan ayah dan kakak laki-lakinya sekarang.
Di sisi lain, seseorang dengan konsentrasi tinggi tampak sedang berkutik dengan kertas-kertas yang berserakan di depan mejanya.
Lili sudah menghabiskan satu malamnya tanpa beristirahat untuk menyelesaikan laporan-laporan yang telah diberikan Daniel. Ada banyak laporan urgent yang harus ia selesaikan secepatnya, seperti laporan pembukaan bendungan di sungai sumber air untuk pertanian wilayah mereka. Jika telat sedikit saja menyetujui laporan ini, mungkin wilayah akan mengalami bencana alam berupa banjir lantaran bendungan yang telah rusak karena naiknya volume air yang disebabkan curah hujan yang tinggi.
Evelin dulu memang seorang aktris, namun karena ia sangat menyukai kesempurnaan, Evelin juga menyelesaikan pendidikannya hingga mencapai gelar Doktor. Ia adalah mahasiswa yang cerdas, sehingga menyelesaikan laporan-laporan seperti di depannya bukan hal yang sulit untuknya.
Lili hanya tidak tahu, bahwa seorang pemimpin rumah tangga juga yang menyutujui permasalahan anak-anak, seperti menyetujui guru etiket untuk anak-anak tirinya. Seperti di depannya, ada tiga lembar kertas yang berisi tentang data dari guru-guru yang akan mengajari anak-anak tirinya. Seorang guru etiket, guru pengetahuan umum dan guru berpedang.
Untuk urusan ketiga itu, tampaknya Lili tidak bisa asal langsung menyutujui, karena ia belum mengenal ketiga orang yang telah di pilih Daniel sebelumnya. Baginya, apa yang di pelajari serta sikap seorang anak itu merupakan pondasi masa depannya. Salah memberikan seorang guru bisa berefek pada sikap anak yang melenceng di masa depan.
Ketika ia sibuk membaca isi dalam kertas itu, seseorang masuk ke dalam ruangannya. Mendongak, Lili melihat Daniel yang tampak terkejut di depan pintu.
"Apa anda menghabiskan malam anda disini?" Tanya laki-laki itu terkejut, karena ia melihat pakaian yang di kenakkan Lili sama persis dengan pakaian perempuan itu kemarin.
Lili mengangguk santai. "Untung kau datang. Kemarilah, aku ingin kau memanggil ketiga orang ini sekarang!" perintahnya sambil memberikan kertas-kertas yang berisi data dari ketiga guru untuk anak-anaknya.
Mendekat, Daniel mengambil kertas yang diberikan oleh wanita itu. Matanya membaca singkat isi ketiga kertas itu. "Ada perlu apa anda dengan ketiga orang ini Nyonya?"
"Aku perlu melihat dan menilai langsung mereka. Kita tidak boleh memberikan anak-anak guru dengan sembarangan" jawab Lili.
"Tapi mereka adalah orang-orang yang saya pilih Nyonya!" Tegur Daniel kesal.
"Apalagi orang-orang pilihanmu! Aku semakin ingin melihat kinerja mereka. Kamu saja lalai dengan pekerjaanmu dan meremehkan aku yang merupakan pemimpin wilayah sekarang, apa lagi orang-orang yang kau pilih. Sudahlah, panggil saja mereka dan tolong, dilain waktu, jangan biarkan aku mengucapkan perintah sampai dua kali. Kesabaranku tidak seluas mansion ini" peringat Lili yang akhirnya baru merasakan kelelahan setelah bekerja semalaman.
Akhirnya, dengan mulut terbungkam, Daniel keluar dari ruangan itu untuk menghubungi ketiga orang yang akan menjadi guru dari anak-anak tuannya.
Jujur saja, ada pergolakan besar di hati Daniel ketika ia dipaksa untuk melayani wanita itu sebagai Tuannya sekarang. Namun ia juga tidak ingin mengundurkan diri, lantaran telah bersumpah setia untuk keluarga Leonard. Andai saja tuan mudanya bisa bertambah usia dengan cepat, ia mungki tidak akan segusar ini. Sekarang, mau tidak mau, ia harus bekerja di bawah kepemimpinan wanita itu selama tiga tahun ke depan. Wanita yang hanya menghabiskan waktu setengah umurnya untuk menikahi pria yang berbeda-beda. Wanita yang bahkan tidak pernah mempelajari pendidikan perwaris. Entah bagaimana masa depan keluarga ini nantinya. Ia hanya berharap, setidaknya masih ada yang tersisa sampai tuan mudanya cukup umur untuk mengambil alih kepemimpinan.
Tapi, apa-apaan ini...
Daniel tampak syok dan tidak percaya secara bersamaan ketika melihat hasil laporan yang telah di periksa dan disetujui oleh wanita itu.
Sangat sempurna dan teliti, seakan wanita itu benar-benar menyelesaikannya dengan seksama dan hati-hati.
Orang yang mempelajari pendidikan pewaris saja tidak akan bisa menyelesaikan pekerjaan ini dengan sempurna. Namun wanita itu, dia seakan mengerti apa yang di bahas dalam setiap laporan, dan tidak menanyakan apapun padanya. Seperti laporan, panen hasil gandum yang mengalami penurunan membuat wilayah mereka tidak bisa mengirimkan hasil panen secara penuh ke serikat dagang yang telah bekerja sama dengan mereka. Wanita itu menuliskan dalam kertas laporan itu tentang cara membuat gandum bisa menghasilkan lebih banyak hasil panen dengan waktu yang lebih singkat, sehingga mereka masih tetap bisa mengirimkan hasil panen sesuai kesepakatan kepada serikat dagang itu. Tak hanya itu, wanita itu juga menuliskan keterangan di kertas kecil yang di tempel pada laporan itu tentang cara melakukan penyimpana yang benar pada gandum, agar tidak mengalami pembusukan dengan cepat.
Itu terlalu mengejutkannya dan membuatnya tidak bisa percaya begitu saja. Seperti yang ia katakan, wanita itu telah menghabiskan setengah masa hidupnya hanya untuk menikahi banyak pria, sehingga sebutan sebagai wanita haus akan pria di nama depannya. Jadi hal yang tidak wajar jika wanita itu mengetahui fakta seputaran gandum. Ia yakin, wanita itu pasti telah di bantu seseorang untuk menemukan solusi-solusi dalam setiap laporan. Yah, ia yakin hal iti.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Janda Selalu di Depan
RomanceEvelin, seorang aktris yang sangat berbakat dan sering kali di sebut sebagai gadis impian para lelaki. Karirnya sangat sempurna, dengan lingkungan yang hangat dan penuh cinta. Ia juga memiliki segalanya, harta, tahta dan bahkan teman-teman yang sali...