34. 🔞++

6.4K 261 20
                                    

Tangannya yang gemetar hebat masih berusaha menarik tubuh besar pria itu.

Sudah cukup!

Dan untung saja, Noah menyadari kehadirannya, yah walaupun ekspresi wajah pria itu kembali murka karena melihat penampilan Lili yang sangat berantakan.

Beberapa bagian dressnya robek hingga menampilkan kulit telanjangnya, dan make up yang bergeser akibat tindakan kasar Yuri Orlov sudah sangat menjelaskan, bagaimana buruknya penampilan Lili pada saat itu.

"Tolong bawa saya pulang!" Kalimat yang terucap dengan nada gematar itu membuat Noah akhirnya tersadar sepenuhnya. Ia melepaskan jas luar nya, untuk menutupi tubuh gadis itu dan tanpa meminta izin terlebih dahulu, ia memeluknya. Pelukan yang memperlihatkan perlindungan untuk gadis itu dan pernyataan semuanya akan baik-baik saja.

Noah yakin itu tidak akan cukup untuk menenangkan gadis itu, karena setelah ia memeluk Lili, gadis itu akhirnya menangis. Tangisan yang ia tahan sedari tadi, tidak peduli ia hampir dilecehkan oleh seseorang tadi, akhirnya tertumpah ruah.

"Noah....hiks..." tangisan penuh ketakutan itu membuat Noah kembali hilang akal lagi.

"Lili... haruskah aku membunuhnya? Jawab aku?" Suara geraman yang tertahan itu sudah cukup menjelaskan seperti apa amarah Noah. Sayangnya, gadis itu menggelengkan kepalanya sebagai penolakan.

"Tidak, tolong bawa saja aku pulang" ujar Lili lagi, yang kali ini mulai merasakan efek obat yang ada diminumannya.

Sejujurnya, air mata yang mengalir di wajah Lili membuat amarah Noah semakin meningkat. Hanya saja, ia tidak ingin memperlihatkan sesosoknya yang seperti itu ketika gadisnya sedang ketakutan sekarang.

Noah memilih menurut. Tangan hangat Noah memeluk gadis itu dengan protektif dan menepuk-nepuk rambut gadis itu untuk menenangkannya.

Tidak ingin membuang waktu, Noah langsung menggendong gadis itu menuju kereta kuda yang entah sejak kapan terparkir di depan loby.

Selama di perjalanan pulang mereka, Lili hanya diam namun wajahnya sangat memerah. Sejujurnya, Noah tahu apa yang terjadi pada gadis itu, namun mencoba untuk tidak mempedulikannya. Tidak ada obat-obatan yang bisa meredahkan gejala itu selain melakukan hal yang seharusnya dilakukan dan Noah tidak ingin melakukannya saat gadis itu sedang terkena efek obat-obatan.

Perjalanan mereka bagaikan neraka untuk kedua orang itu. Lili yang mencoba menahan diri akibat obat-obatan dan Noah yang gerah karena melihat ekspresi Lili yang seperti itu.

Dan ketika mereka telah sampai, Noah mempersilahkan gadis itu untuk berjalan lebih dulu. Namun, baru saja ia merasakan tangannya di genggaman Lili untuk membantu gadis itu turun dari atas kereta kuda, Lili tiba-tiba menciumnya. Saat itu, kewarasan dari kedua orang itu telah menghilang sepenuhnya.

Masih dengan bibir yang saling menyatu, Noah dengan gesit membawa tubuh mereka. Lili tidak tahu kemana arah mereka akan pergi, karena konsentrasinya sudah sepenuhnya berada di dalam ciuman mereka.

Ia hanya bisa merasakan angin sejuk mengacak-acak rambutnya, hingga membuatnya kusut.

Andai tidak ada tubub Noah yang mengukung tubuhnya dalam pelukan, mungkin sudah sedari tadi ia menggigil kedinginan. Ia tetap hangat karena suhu tubuh Noah yang panas secara alami.

Begitu mereka akhirnya memasuki sebuah bangunan, dia merasakan jantungnya berdebar kencang. Ia gugup sekaligus bersemangat disaat yang sama.

Ketika mereka sampai ke sebuah ruangan, Noah menurunkannya. Lili sampai tidak sadar, ternyata sedari tadi ia berada di gendongan pria itu. Pantas saja, ciuman mereka tidak terputus, pikir Lili.

Dia tidak tahu saat ini mereka sedang berada di ruangan apa, karena suasana di sekelilingnya sangat gelap. Hanya ada satu sumber cahaya yang berasal dari jendela yang mendapat pantulan cahaya dari bulan pada saat itu.

Lili sampai harus mengedipkan matanya untuk menyesuiakan diri dengan redupnya ruangan itu. Dan setelah merasa terbiasa, ia akhirnya bisa memandang wajah Noah. Bola mata pria itu samar-samar bersinar di bawah sinar bulan.

Karena pikirannya terlalu terpusat dengan pantulan bayangan Noah akibat sinar bulan, ia sampai tidak menyadari efek obat yang ia minum.

Panas mulai meningkat. Dia merasa semakin panas setiap detiknya, saat dia mulai menghirup udara. Ia yakin, ini adalah salah satu efek dari obat-obatan itu. Karena rasanya sekarang menjadi lebih buruk.

"Apakah kamu yakin? Aku akan berheti jika kamu tidak menginginkannya!" Ujar Noah sambil menatapnya dengan lekat. Tangan pria iti tepat berada di ceruk lehernya, hingga ia bisa menyadari sentuhan itu terasa dingin.

Tanpa sadar, Lili mengerang.

"Kemarilah!" Suara Lili berbisik, hingga membuat Noah kehilangan akal pada saat itu.

Noah meraih pinggang gadis itu, memposisikan lengannya sehingga Lili bisa bersandar di dadanya. Ia meraih dagunya dengan tangannya yang lain dan memiringkannya hingga dia bertemu dengan bibirnya.

Gadis itu membuka mulutnya, sebelum dia merasakan sesuatu meluncur dari mulunya ke mulut Lili.

Seolah-olah dia tersentrum oleh sesuatu seperti listrik, Lili semakin menempelkan tubuhnya pada Noah dan pikirannya menjadi kabur.

Saat lidah Noah melesat ke dalam mulutnya, Lili bisa merasakan seluruh kekuatannya meninggalkan tubuhnya. Seperti boneka kapas yang terbebani oleh air, Lili ambruk ke pelukan Noah.

Pria itu tampak tidak terganggu sedikitpun. Ia hanya melakukan apa yang telah tertunda sesaat tadi. Ia mengecup seluruh permukaan kulit gadis itu. Tidak ada yang terlewatkan olehnya.

"Aku tidak ingin melakukan ini sebelum aku benar-benar mengikatmu. Karna itu, jangan benci aku setelah kamu tersadar besok" pinta Noah, yang tampaknya percuma, karena gadis itu sudan berada di bawah efek obat-obatan itu sepenuhnya.

Pada akhirnya, hal itu terjadi.

Noah membelai betis gadis itu dan meraih pahanya. Jari-jarinya yang ramping mencengkram pahanya begitu kuat hingga terasa seperti akan meletus, dan tampak sangat menyakitkan.

Noah pikir, ini akan berjalan mulus mengingat pengalaman wanita itu yang telah menikah berkali-kali. Namun mengapa ia bisa meraskan pembatas tipis ketika ia memasukan miliknya? Apa lagi saat itu Lilinya memperlihatkan ekspresi kesakita.

"Aku akan melakukannya dengan cepat! Karna itu, kamu bisa mencakarku lebih dalam lagi sayang" bisik Noah, lalu melakukannya sesuai perkataanya. Dan benar saja, memang masih ada selaput dara yang berarti gadis itu tidak pernah disentuh sebelumnya oleh suami-suaminya. Apa sebenarnya yang terjadi?

Tidak, Noah bukan kecewa ketika mengetahui fakta ini. Sebaliknya ia sangat bahagia, karena ia menjadi orang pertama untuk gadisnya itu.

Namun, ia hanya khawatir, karena tampaknya ia telah melewatkan sesuatu yang penting tentang kehidupan gadis itu.

Ia harus mencari tahu apa yang telah ia lewatkan sebenarnya, sampai ia tidak menyadari ada reaksi aneh pada tubuhnya ketika mereka akhirnya saling menyatuhkan diri.

Tampaknya, itu reaksi yang memperlihatkan bahwa kutukan yang menimpanya telah menghilang sepenuhnya. Seharusnya seperti itu.

Janda Selalu di DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang