Lili bersyukur, bahwa ia berhasil mengeluarkan tangannya dari borgol. Entah karena tubuh Lili yang terlalu kurus, atau karena ukuran borgolnya yang besar, Lili berhasil mengeluarkan tangannya walau meninggalkan sedikit lecet pada tangannya.
Setelah berhasil melepaskan diri, ia memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Untung saja tidak ada orang yang menjaga ruangan itu, sehingga Lili dengan mudah keluar dan berlari menuju lantai bawah, yang menurutnya pasti memiliki pintu untuk keluar.
Mansion itu sangat luas, seluas lapangan bola stadion milik negaranya dan ada terlalu banyak lorong yang semakin membuat Lili kebingungan.
Mencoba peruntungan, Lili membuka salah satu pintu yang tampaknya seperti pintu samping. Namun ternyata itu merupakan ruangan yang berisi ruang ganti pelayan. Ia tentu saja kebingungan, lantaran seingatnya ia baru saja menuruni tangga menuju lantai satu, tapi mengapa ia malah bertemu dengan ruang ganti pelayan? Lagi-lagi ini pasti karena kelemahannya dalam arah.
Karena sangat menyadari bahwa ia tidak akan bisa keluar dari ruangan ini dengan mudah, Lili memutuskan untuk memakai salah satu pakaian pelayan yang ada di ruangan itu. Akan lebih mudah baginya berkeliaran dengan memakai pelayan, pikirnya.
Setelah selesai berganti pakaian, Lili memandang ke arah cermin. Matanya menatap pantulannya dengan senyum yang sumringah. Ia sangat suka jika ia terlihat cantik, seperti sekarang. Tubuh dan wajah Lili sangat sempurna, sehingga apapun yang dikenakkannya akan terlihat sangat indah untuknya.
Puas dengan tampilannya, Lili mulai beranjak dari tempat itu. Langkah kakinya yang santai membawanya ke suatu ruangan yang terdengar lebih berisik, dan ketika ia menjulurkan kepalanya ke celah pintu, ia mendapati bahwa ruangan itu merupakan ruangan istirahat para pelayan.
Ada empat orang pelayan yang sedang berbincang-bincang di meja yang ada di tengah ruangan. Karena terlalu asik dengan obrolan mereka, keempat orang itu sampai tidak menyadari Lili masuk dan ikut nimbrung di pembicaraan mereka.
Salah satu pelayan yang lebih tua tampaknya orang yang menjadi sumber informasi, mengatakan sebuah informasi yang baru ia dapat dengan semangat. Pembicaraan mereka mengenai Putra Mahkota, yang dinobatkan sebagai pengantin pria yang paling diincar oleh wanita bangsawan.
"Yang Mulia memang terlihat ramah, tapi aku tahu dia itu pemain" ucap pelayan yang paling tua itu dengan semangat.
Ketiga orang yang berada di ruangan itu beserta Lili mengangguk dengan semangat. "Iya, kelihatan Buk! Soalnya dia memamerkan senyum terus, seakan dia orang yang ramah" kata seorang pelayan yang duduk di sebelah Lili.
Lagi-lagi, kalimat itu berhasil membuat mereka semua mengangguk menyetujui pernyataanya. "Yang namanya manusia, pasti punya mood. Seramah apapun orang itu, ia pasti punya satu moment dimana ia tidak mempedulikan sekelilingnya" kali ini, Lili yang nimbrung. Tangannya dengan santai mengambil kacang polong yang ada di tengah meja.
Para pelayan itu mengangguk dengan semangat lagi.
"Saya yang udah lama hidup ini, bisa melihat tipu muslihat di wajah si rambut kuning itu. Pemain kok dipermainkan pemaian, ya pasti saya bisa menilai" ucap si pelayan yang paling tua.
Lili dan pelayannya tertawa terbahak-bahak ketika mendengar ucapan percaya diri itu.
"Eh...tapi kau siapa?" Setelah selesai tertawa, salah satu pelayan menatapnya dengan bingung. Namun sikap Lili yang tetap santai mencomot kacang polong dari atas toplesnya, membuat keempat pelayan itu tidak akan meragukan ucapannya.
"Saya pelayan baru" jawab Lili memberikan cengiran yang membuat keempat orang itu pada akhirnya mengangguk mengerti. Pasalnya Lili sangat percaya diri sekarang, jadi siapapun pasti akan mengira ucapan gadis itu bukanlah kebohongan.
Kenyang dengan kacang polongnya, Lili memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Tampaknya keempat pelayan itu adalah tipe pemakan gaji buta, sehingga hanya menghabiskan waktu dengan mengobrol dari pada kembali bekerja.
Kali ini langkah kakinya membawanya ke sudut rumah, yang memperlihatkan salah satu pintu raksasa. Apakah itu pintu keluarnya?
Lili memang sangat buta tentang arah, namun ia bisa dengan percaya diri menyatakaan bahwa ia sangat beruntung. Maka dari itu, kali ini ia mencoba peruntungannya yang lain, membuka pintu raksasa itu.
Walau terlihat sangat kesulitan, ia akhirnya berhasil membukanya. Hanya saja, itu bukan pintu keluar, melainkan ruangan lainnya. Tampaknya tempat ini adalah jalan menujur lorong dapur, karena ketika ia membuka pintu itu, Lili bisa mencium aroma masakan.
Dapur pasti memiliki pintu belakang, dan karena pernyataan itu, ia memutuskaan untuk masuk ke dalam. Langkah kakinya masih tetap santai, walau sekarang jantungnya berdetak kencang, karena takut ketahuan.
Dan baru saja Lili mencapai pintu lainnya, pintu itu terbuka dan menampilkan seorang pelayan yang sedang buru-buru.
"Ahh, kau pasti pelayan baru yang dikirim itu kan?" Tanya pelayan yang sedang buru-buru itu dan Lili mengangguk saja.
"Kebetulan kau datang, ayo! Kami membutuhkan banyak tenaga tambahan" ucapnya yang langsung menyeret Lili.
"Tuan lagi ada tamu di kamarnya. Tamu itu pasti akan ikut makan malam nanti, makanya sekarang semua orang kerepotan menyajikan makanan mewah dan enak" ujar pelayan itu tanpa Lili minta.
"Tamunya di kamar?" Tanya Lili dengan wajah polosnya dan pelayan itu mengangguk.
"Tuan tuh gak pernah ngizinin orang lain masuk ke mansionnya. Makanya ketika kami mendengar berita bahwa Tuan punya tamu dan dibawa ke kamarnya, kami yakin itu pasti calon Duches" jawab pelayan itu dengan semangat. Dan orang-orang lain yang mendengar pembicaraan mereka, mengangguk dan menyetujui ucapan pelayan yang ada di depan Lili.
Syukurlah ia melarikan diri, pikir Lili yang jantungnya semakin berdebar kencang. Apa tanggapan orang-orang jika Lili kembali menikah untuk keenam kalinya? Itu mimpi buruk yang terburuk pikirnya. Ia hanya ingin bekerja keras sekarang, lalu pergi dari rumah tempat tinggalnya setelah memastikan anak sulung alm suaminya mampu mengambil alih kepemimpinan.
Di kehidupannya yang pertama, Lili sudah terlalu lelah bekerja. Ia memang suka menghasilkan uang, namun pekerjaanya dulu secara perlahan membuat kepribadiannya menghilang. Sekarang, jika bisa, ia hanya ingin hidup tetap santai dan tenang. Tinggal dikawasan yang indah, lalu bertani untuk kehidupannya sehari-hari saja. Ia pikir, pengalaman pernikahan sebanyak lima itu sudah cukup memuaskan. Ia tidak ingin kembali menikah lagi, dan membuat sesosoknya dikenal sebagai tukang kawin oleh orang-orang.
Dan kembali ke dunianya sekarang, karena ia merasa bersalah pada pelayan yang mempersiapkan jamuan makan malam untuk tamu majikan mereka, Lili memutuskan akan membantu mereka. Seperti sekarang, Lili kebagian mengupas kentang bersama satu pelayan lainnya. Ia menghabiskan waktu dengan bekerja sambil mengobrol dengan pelayan mengenai rumor yang sedang beredar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janda Selalu di Depan
RomanceEvelin, seorang aktris yang sangat berbakat dan sering kali di sebut sebagai gadis impian para lelaki. Karirnya sangat sempurna, dengan lingkungan yang hangat dan penuh cinta. Ia juga memiliki segalanya, harta, tahta dan bahkan teman-teman yang sali...