2

7.2K 506 4
                                    

Tenda terbuka dalam satu hentakan dan aroma musk yang dalam bercampur di antara aroma amis darah menguar di seluruh tenda.

Pria yang menggunakan baju zirah berjalan masuk, menginjak-injak sepatunya dengan suara keras karna zirah yang ia gunakan.

"Yang Mulia, selamat atas kemenangannya" ucapan selamat itu keluar dari seorang pria berkaca mata yang telah menjadi tangan kanan dari si pemuda berbaju zirah sejak delapan tahun yang lalu.

Melepaskan helmnya dengan tangan kirinya dan tangannya mulai memperbaiki rambutnya yang sudah lepek karena tertutup helm zirahnya selama sepuluh jam. Pria itu adalah Noah Macmillan, yang sering di sebut Duke utara oleh orang-orang.

Ia baru saja mengakhiri perang yang telah terjadi beratus-ratus tahun karena perebutan wilayah.

Tidak, Noah bukan ingin mengakhiri perang. Ia hanya ingin melampiaskan rasa haus darah yang sudah mendarah daging di tubuhnya.

Benar, Noah adalah laki-laki yang di kutuk oleh seseorang dan kini ia harus menjadi pria yang terobsesi dengan darah. Perang menjadi jalan ninjanya jika ia ingin melampiaskan rasa obsesinya yang gila. Karena jika saja ia tidak menuruti keinginannya itu, ia mungkin akan mengakhiri hidup orang yang ada di sekitarnya tanpa sadar.

Karena kutukannya, semua orang takut dengannya. Karna di penglihatan semua orang, ia adalah pembunuh kejam dan hina. Yang tega menghabisi nyawa banyak orang, tidak peduli apakah itu wanita, anak-anak atau orang tua yang telah lanjut usia.

Tidak masalah, pikir Noah. Karena dengan begitu, tidak akan ada orang yang berani mendekatinya.

Usianya saat ini sudah menginjak angka 29 tahun dan belum menikah. Ia tidak menikah bukan karena wajahnya tidak tampan atau karena ia miskin.

Mungkin saat ini, dia lah yang menjadi bujangan yang paling diincar calon pengantin wanita. Hanya saja, aura kejam dan dingin pria itu membuat siapapun enggan untuk mendekat lebih dahulu. Apa lagi rumor masalah kutukan itu juga semakin memperburuk citra diri Noah.

Noah juga tampak enggan untuk menikah dan membentuk keluarga karena kutukannya. Terakhir kali ia tidak bisa mengendalikan obsesinya, ia kehilangan Ibunya. Hanya orang gila yang mau merasakan sakitnya kehilangan lagi.

"Yang Mulia, pihak kekaisaran sangat berterimakasih pada anda yang telah membawa kemenangan untuk kekaisaran Utopia. Maka dari itu, pihak kekaisaran akan melakukan perjamuan kemenangan untuk anda" ucap Oliver, asisstennya.

Ekspresi Noah tampak tidak baik ketika mendengar informasi itu. Sejujurnya, perang ini masih belum menenangkan rasa hausnya akan darah. Dan perjamuan artinya berkumpulnya banyak orang dalam satu ruangan. Itu semua merupakan rencana terburuk untuknya yang masih haus akan darah. Bisa-bisa, ia kehilangan kendali dan orang-orang dalam ruangan bisa tewas dengan secara mengenaskan.

Namun sayangnya tak ada yang bisa ia lakukan sekarang. Perintah si Benjamin itu mutlak, dan tak ada yang bisa membantahnya. Itu lah mengapa Noah tidak bisa menolak perjamuan yang diadakan pihak kekaisaran.

"Cari buruan lain sebelum kita kembali!" Perintah Noah pada akhirnya. Ia tidak mungkin kembali dengan kondisi masih rentan seperti ini. Sehingga satu-satunya cara untuk menenangkan obsesinya adalah memburu para monster-monster.

Di sisi lain, Lili dengan secangkir teh nya tampak tenang dikelilingi para bangsawan-bangsawan. Perjamuan teh yang sudah disetujui suaminya dulu, membuat Lili akhirnya berakhir di tempat ini.

Lili yang tidak pernah muncul di publik, harus terpaksa berbaur dengan banyak orang karena ia yang akan memimpin wilayah mulai sekarang. Walau begitu, tampaknya tidak ada yang menyukai kedatangannya.

Sejak ia duduk setengah jam yang lalu, tidak ada satupun orang yang mencoba mendekatinya maupun mengajaknya mengobrol. Semua orang seakan sibuk dengan kelompok masing-masing.

Begitu pula dengan penyelenggara perjamuan, Nyonya Magnus yang malah menyelonong masuk saat ia hendak menyapa. Kurang ajar memang, pikir Lili.

"Saya mendengar, katanya anda mengundang Putra Mahkota, Duches?" Tanya seseorang yang tidak dikenal oleh Lili.

Si ibu muda terkekeh malu sambil memperbaiki rambut sampingnya. "Benar! Padahal saya cuma iseng mengirimkan undangan. Saya tidak menyangka bahwa Yang Mulia membalas udangan saya dan mengatakan akan hadir" jelas Nyonya Magnus.

Jika melihat respon para nyonya dan wanita bangsawan yang ada di depannya, tampaknya semua orang sangat menyukai si Putra Mahkota. Namun berbeda dengan si pemilik tubuh. Evelin tidak tahu, mengapa Lili tampak gemetar ketika ada perbincangan mengenai Putra Mahkota. Bahkan saat tahu bahwa Putra Mahkota akan datang, ada rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh Evelin. Haruskah ia pulang sekarang?

"Ya ampun Yang Mulia! Anda benar-benar datang ternyata!" Nyonya Magnus langsung bangkit berdiri dan menyapa seorang pria yang mendekati meja mereka. Tampaknya itu Putra Mahkota!

Pria itu tersenyum sangat ramah, hingga matanya sampai menyipit karena senyumannya. Bahkan pria itu juga menyapa nyonya-nyonya yang ada di satu meja dengan Duches Magnus, termasuk dirinya.

Lili hanya tersenyum singkat membalas sapaan pria itu.

Yuri Orlov Utopia, itu adalah nama pria ramah itu.

"Lady, saya turut berduka atas meninggalnya Marques Leonard. Saya harap anda tidak berlarut-larut dalam kesedihan" ucap Yuri Orlov dengan wajah sedihnya.

Begitu ya!

"Yang Mulia, maaf saya harus merevisi panggilan anda. Saya sudah lama tidak menjadi seorang Lady lagi, jadi saya harap bisa memanggil saya dengan sebutan Nyonya Leonard, atau Marciones Leonard" ucap Lili.

"Ah benar! Maaf, tampaknya saya tanpa sadar menyebutkan kalimat itu" jawab Putra Mahkota dengan gerak-gerik canggung dan merasa bersalah. Lalu, kini semua orang mulai menatapnya dengan marah karena berani menyanggah ucapan Putra Mahkota.

Evelin tidak tahu sebenarnya apa yang membuat Lili memiliki perasaan seperti ini pada Yuri Orlov. Jika melihat dari pandangan orang lain, Yuri Orlov adalah pria yang sangat baik hati dan ramah. Ia memperlakukan semua orang dengan baik tanpa membeda-bedakan apapun.

Namun sekarang, di mata Eveline, ia seperti sedang melihat pertunjukan akting seseorang. Berkecimuk di dunia perkatingan membuat Evelin bisa melihat mana yang sedang berlakon dan mana yang merupakan perasaan jujur. Ternyata begitu!

Orang di depannya sangat ahli, hingga tak ada yang meragukan perasaan pria itu ketika sedang menghadapi seseorang.

Namun Evelin tidak tahu, apakah yang membuat Lili ketakutan karena ia mengetahui akting Putra Mahkota atau karena alasan lain. Apapun itu, Evelin tidak berniat untuk mengakrabkan diri pada pria penipu seperti itu.

Janda Selalu di DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang