41

1.1K 161 15
                                    

Ugh...
Ada yang aneh dengan tubuhnya akhir-akhir ini. Setiap kali ia bangun tidur di pagi hari, bukannya merasa segar, ia malah mengalami nyeri tulang. Punggungnya seakan remuk kapan saja, seakan baru saja di timpa beban berat dalam waktu yang lama.

Awalnya, Eve mewajarkan hal ini dengan alasan kandungannya yang semakin membesar. Namun sekarang, rasanya aneh karena ia merasa sudah tidak banyak bergerak. Seharusnya, tubuhnya baik-baik saja, bukan?

Bangkit dari tempat tidur, Eve berjalan menuju jendela kamarnya. Tangannya dengan telaten membuka gorden yang menjuntai hingga ke lantai. Tak lupa, ia juga membuka jendela kamarnya agar udara dan cahaya pagi bisa masuk. Ini sudah menjadi kebiasaanya sejak ia kecil. Namun pemandangan serta tatapan mata tajam dari seberang kamarnya, tak pernah bisa membuatnya terbiasa.

Yah benar, ada pria itu lagi disana. Entah itu merupakan suatu kebetulan atau tidak, ksatria yang bernama Noah itu selalu berjaga disana, tepatnya di bawah pohon rindang yang berada tepat di depan kamarnya.

Suatu ketika, ia pernah bertanya pada kepala dusun desa tempat ia tinggal tentang tata peletakan ksatria dan Noah memang akan selalu berjaga disana, karena tempat itu merupakan arah menuju sawah serta gudang penyimpanan mereka.

Tapi tetap saja rasanya tidak nyaman, karena setiap kali Eve membuka jendela kamarnya, ia selalu mendapati tatapan tajam yang tampak menilai dan menelitinya. Rasanya sangat tidak nyaman.

^^^

"Selamat pagi kakak! Bagaimana tidurmu? Kau beristirahat dengan baik kan?" Seperti biasa, Stiff menyapanya dengan ceria. Pria itu saat ini sedang mempersiapkan sarapan mereka.

"Aku baik-baik saja. Mungkin sedikit pegal, karena perutku semakin membesar" jawab Eve sambil menarik kursi, agar ia bisa segera duduk.

"Aku akan membuatkan herbal untuk tulang padamu" ujarnya yang langsung menawarkan diri. Lalu tiba-tiba tangan Stiff berhenti bergerak ketika sedang memotong gingseng. Arah tatapan pria itu ke luar, menatap beberapa orang sedang berbincang dengan ramah.

"Aku tidak suka dengan dia!" Celutuk Stiff tiba-tiba.

Eve menoleh, lalu mencoba melihat siapa yang sedang di maksud adiknya itu.

"Kakak tahu, semua orang di desa ini memuja pria itu. Mereka semua memuji dia dengan kata-kata luar biasa. Padahal kenyataanya tidak seperti itu" ujar Stiff.

"Apa maksudnya itu?" Tanya Eve tidak mengerti.

"Kakak tahu, semua orang bilang dia itu adalah pria yang sangat rajin. Dia selalu berjaga, dan melakukan tugasnya. Namun kenyataannya tidak seperti itu" ujarnya.

"Asal kakak tahu, aku pernah keluar rumah saat dini hari, tapi dia tidak pernah ada di tempat. Dia itu makan gaji buta" ucap Stiff kesal.

Eve juga sedikit bingung dengan perkataan Stiff. Para ksatria memang di wajibkan berjaga selama 24 jam ini, terutama saat di malam hari. Namun Stiff mengatakan bahwa sudah berkali-kali ia mendapati pria itu tidak disana dan entah mengapa, ketika ia memikirkan hal itu, kulitnya secara refleks merinding, lalu ingatan samar tercetus di kepalanya. Ingatan seseorang memasuki kamarnya, namun ia yakin, tempat itu tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Ughh...

Eve memegang kepalanya yang tiba-tiba berdenyut, lalu kesadarannya menghilang. Kejadian itu begitu cepat, sehingga tubuh Eve langsung terjatuh ke lantai.

Suara panik Stiff membuat Noah yang berjaga di luar, langsung berlari ke dalam rumah. Wajahnya memucat ketika mendapati Eve terbaring di lantai dan tidak sadarkan diri.

Untung saja Eve pingsan tidak sampai 1 jam, sehingga wajah-wajah yang penuh kekhawatiran yang ada di kamarnya, bisa langsung mengendur dan rileks.

Seorang Tabib yang memeriksa Eve hanya mengatakan bahwa wanita itu terlalu stress dan itu mempengaruhi kondisinya yang memang rentan sakit karena kehamilannya.

Setelah dipastikan kondisi Eve baik-baik saja, para penduduk desa akhirnya bisa kembali ke kegiatan mereka masing-masing. Itu pun setelah Eve berkali-kali mencoba meyakinkan mereka semua, karena tidak ada yang mempercayai perkataanya.

Bahkan hingga malam tiba, wajah Eve juga masih memucat. Walau sedang kurang sehat, Eve tetap mencoba memasukan makanan ke mulutnya. Rasa mual dan pusing yang menggerayanginya sejak terbangun tadi lah yang menjadi alasan mengapa wajahnya masih memucat hingga sekarang.

Semua pemandangan tentang Eve selalu terpantau. Tak sekalipun Noah mengalihkan perhatiannya dari wanita itu.

Sehingga, ketika waktu sudah menunjukkan tengah malam, Noah menyelinap ke dalam kamar itu seperti biasanya.

Dari seberang tempat tidur, pria itu memperhatikan Eve yang tampak gelisah dalam tidurnya. Tangan wanita itu dengan refleks memeluk perutnya.

Huft..

Noah menghela napas dengan pelan. Dengan suara pelan juga, ia melepaskan pakaian atasnya dan seperti biasa ia selalu bertelanjang dada.

Sebelum ikut bergabung tidur di atas tempat tidur Eve, Noah berlutut di sebelah ranjang gadis itu. Tangan besarnya dengan lembut mengeluar perut Eve yang terlihat karena bajunya tersingkap ke atas.

"Boys, bersikap tenanglah disana. Jangan mengganggu ibumu!" Tegurnya dengan nada berbisik. Walau perkataanya seperti sebuah ancaman, wajah Noah yang tersenyum tampak sangat tidak sesuai dengan perkataanya.

Setelah selesai menyapa calon putranya, ia akhirnya ikut berbaring di sebelah gadis itu. Tangannya merengkuh tubuh Eve dari belakang, sehingga kini kulit mereka saling bersentuhan. Ini adalah hal yang selalu Noah lakukan sejak ia bertemu dengan wanitanya, Lili atau yang saat ini ia panggil dengan nama Eve.

Dia yang tahu bagaimana kebiasaan tidur wanita ini, jelas saja mengambil kesempatan. Walau Eve tidak menyadari bahwa ia tidak tidur sendiri lagi, wanita itu selalu saja mengeluhkan nyeri tulang ketika terbangun di pagi hari, lantaran Noah sama sekali tidak memberikan gadis itu jarak untuk menjauh.

Ini juga yang menjadi alasan, mengapa Noah tidak pernah ada di tempatnya berjaga dari tengah malam hingga dini hari. Karena pria itu selalu berada di kamar Eve.

Ia sangat merindukan wanitanya ini, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan, ketika wanita ini saja tidak mengingat dirinya. Ia tidak ingin kembali dikenal sebagai orang yang ditaktor dan ia sangat menyadari sifatnya yang sangat tidak baik itu.

Karna itulah, ia ingin dikenal dan benar-benar dicintai gadis itu tanpa pemaksaan apapun.

Tetapi melihat keadaan sekarang, jujur saja ia tidak sanggup. Sampai kapan ia harus bersabar dan bergerak tenang? Ia sangat ingin merengkuh tubuh gadis itu, membisikkan perasaaanya, membawanya ke wilayahnya lalu mengatakan pada semua orang, bahwa wanita yang sangat cantik ini adalah miliknya. Ia sangat ingin melakukan semua itu, tapi sayangnya, sekarang ia hanya bisa menjadi pengagum rahasi Eve.

Tbc

Janda Selalu di DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang