43. 🚩

660 126 6
                                    

Bagaimana dunianya tanpa gadis itu?

Yuri Orlov akan menjawab dengan kesadaran penuh, bahwa dunia itu akan hampa.

Karna itulah, kekuasaan yang ia dapat sekarang, tidak bisa membuatnya puas. Tidak ada kesenangan untuknya lagi di dunia ini.

Ia tahu, ketika ia mengambil keputusan itu, ia akan menyesalinya. Membunuh gadis itu sama saja membunuhnya. Lili, wanita kesayangannya, gadis yang menjadi tujuan hidupnya dan perempuan yang harus menemaninya di masa depan. Namun sekarang, sudah tidak ada Lili lagi di dunianya. Sehingga, sudah tidak ada juga tujuan hidupnya dan alasan mengapa ia harus melangkah ke masa depan.

Namun, bukan berati ia ingin mati sekarang. Tidak. Ia tidak akan mati sebelum membunuh bajingan yang membuat ia kehilangan Lilinya. Dan karena itulah, saat ini ia sedang berada di wilayah entah berantah, di temani banyak orang yang telah lama ia kumpulkan.

Orang-orang itu adalah para peneliti yang memiliki tujuan membangunkan hewan-hewan legendaris yang tertidur entah dimana. Hewan-hewan yang sebutannya lebih cocok disebut sebagai monster karena insting mereka yang ingin memangsa para manusia.

Yuri akan membangunkan semua monster itu, lalu membasmi semua yang ada di dunia ini. Baginya, tidak ada yang boleh hidup dan menikmati dunia ini, ketika hidupnya dalam kehampaan sekarang. Mari mati bersama, yah begitulah kira-kira tujuan rencana Yuri saat ini.

Monster telah lama menghilang dari kehidupan mereka. Banyak orang yang bilang bahwa monster sudah musnah, namun sayangnya, mereka salah.

Monster itu hanya tinggal di wilayah yang tidak ada manusianya dan saat ini, ia akan membuat kawanan monster itu keluar dari kandang mereka dan memangsa semua orang, termasuk dirinya.

Di sisi lain, di waktu yang sama, seorang pria tampak serius memperhatikàn sesuatu. Sesuatu objek yang kini menjadi hal favoritnya. Matanya tak pernah sekalipun melepas pandangannya dari wanita itu. Wanita dengan perut yang membuncitnya, yang selalu saja terlihat sibuk dengan kegiatannya.

Wanita itu adalah ibu yang sedang mengandung anaknya. Ibu yang akan menjadi istrinya, apapun yang terjadi.

Noah tiba-tiba menghela napas, ketika sedang memikirkan masa depan mereka. Sampai kapan dia harus menahan diri? Karena sejujurnya, ia sudah sangat tidak sabar ingin melakukan semua rencana-rencana yang ada di kepalanya. Namun sekali lagi, ia tidak bisa melakukan hal itu karena ia sangat takut, bahwa mungkin Eve-nya akan melarikan diri lebih jauh dari ini darinya.

Entah karena ia menatap gadis itu terlalu intens, Eve menoleh ke arahnya dan kini tatapan mereka berdua bertemu.

Gadis yang menjadi takdir kutukan dan cinta sejatinya itu, sekilas seperti sedang menatapnya dengan tatapan kesal. Hanya sekilas, karena ekspresi Eve langsung berubah seakan tidak terjadi apa-apa.

Tatapan itu membuatnya tertegun, karena ia sangat mengenal arti tatapan itu.

Dengan tangan gemetar, Noah menutup bibirnya, untuk menyembunyikan seringaiannya. Ia tidak bisa menyembunyikan kegembiraanya sekarang, sehingga Alexanders yang berada di sebelahnya, bisa menyadarinya.

"Yang Mulia, apa ada yang salah?" Tanyanya mencoba mencari tahu. Namun sayangnya, Masternya tidak menjawab pertanyaanya dan mau tidak mau, Alexander dengan terpaksa menghentikan kekepoannya.

Pria itu butuh beberapa saat untuk menormalkan ekspresinya. Setelah memastikan semuanya oke, ia akhirnya mendatangi wanita hamil itu.

Eve, seperti biasa, saat ini sedang menyulam pakaian bayi mereka, karena ia sudah tidak diperbolehkan terjun langsung ke ladang pertanian para penduduk.

Di pondok yang selalu menawarkan kesejukan ketika cuaca sedang terik seperti ini, selalu menjadi tempat favorit wanita itu dan Noah sangat menyukai memandang wajah Eve yang tampak bahagia dengan kegiatan-kegiatan kecilnya itu.

Ketika ia mendekat, wanita itu mendongakkan wajahnya.

Noah memberikan senyumanya dan tatapan matanya sangat lembut, seakan sedang melihat sesuatu yang sangat ia sukai.

"Ada apa?" Eve tampak was-was.

Tanpa mengatakan apa-apa, Noah mendudukan tubuhnya di sebelah gadis itu. Lalu tangannya mengangkat kedua kaki gadis itu menuju pangkuannya. Gerakannya yang sangat telaten dan hati-hati itu, hampir saja membuat Eve tidak tersadar dengan posisi mereka saat ini.

"Kaki anda sangat bengkak. Apakah ini salah satu efek kehamilan?" Tanyanya sembari melakukan pijitan lembut pada pergelangan kaki gadis itu.

"Iya, benar. Ini hal umun yang dirasakan para ibu hamil" jawab Eve yang mencoba menurunkan kakinya dari pangkuan pria itu, namun sayangnya, tindakannya itu tidak berhasil karena perbedaan kekuatan mereka.

"Hmmm...jika tahu seperti ini, seharusnya aku tidak menghamilimu" ujarnya santai.

"Apa?" Eve sampai membelalakan matanya karena mendengar ucapan pria itu.

"Apakah hamil itu menyakitkan dan merepotkan mu?" Tanya pria itu lagi dengan pertanyaan yang tidak tahu kemana arahnya.

"Itu tidak merepotkan sama sekali. Justru aku sangat bersyukur, bahwa ada sebuah kehidupan di rahimku. Kehidupan yang suatu saat akan menjadi satu-satunya orang yang sangat berharga untukku" jawab Eve dengan jujur.

Sejujurnya, Eve cukup kebingungan saat ini. Mengapa ia menjawab semua pertanyaan pria itu dengan tulus? Karena seharusnya kehamilannya saat ini, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Noah.

Ia yakin, semua kekaleman dan kejujurnya saat ini terjadi karena efek ðari pijatan yang di berikan pria itu. Pijatannya membuat otot-otot yang ada di kakinya sangat rileks.

"Lalu, jika diberikan kesempatan lagi, apakah kau ingin mendapatkan anak kedua lagi?" Tanya Noah yang masih sibuk dengan pijitannya.

"Mereka adalah berkat. Jika aku masih diberikan kesempatan, maka aku akan menerimanya." Jawab Eve.

"Kalau begitu, mari kita kembali ke rumah!" Ucap Noah.

"Apa?"

"Kembalilah ke rumah! Rumah kita dan anak-anak kita. Aku tahu kamu sudah mengingat semuanya" ujar Noah yang kini tangannya tidak bergeming di atas kaki gadis itu. Tatapan mata Noah yang tegas, sudah cukup menjelaskan bahwa pria itu sangat serius kali ini.

"Bagaimana kau bisa mendapatkan anak kedua, jika aku berada di benua lainnya? Karna itu lah, ayo kita kembali" ujarnya lagi.

Eve, wanita itu tertawa sangat kencang ketika mendengar pernyataan pria itu. Ia tahu, ia sudah tidak memiliki kesempatan untuk menyanggah perkataan pria itu dan mau tidak mau, ia harus mengakui semuanya.

"Hey, memangnya kau satu-satunya pria di dunia ini?" Tanya Eve dengan nada sarkas.

"Apa maksudmu? Kamu itu milikku, dan kamu hanya boleh mengandung anakku" ujar Noah dengan nada dingin. Memikirkan Eve nya bahagia dengan pria lain, membuaynya kalut dan marah.

Seperti takdir yang seharusnya, karena kutukan itu, mereka sudah saling terhubung. Kutukan yang menimpa Noah hilang sepenuhnya karena ia sudah bertemu dengan cinta yang di takdirkan untuknya. Dan begitu juga sebaliknya.

Jika Eve ingin bersama pria lain, Eve harus membunuhnya, agar ikatan takdir diantara mereka berdua terputus. Tetapi, memanganya siapa yang bisa membunuhnya? Bahkan sekalipun Eve. Ia harus memastikan bahwa mereka berdua menjadi pasangan sehidup semati. Ketika ia mati, maka ia akan membawa wanita itu bersamanya. Itulah yang seharusnya terjadi.

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Janda Selalu di DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang