44.

532 111 5
                                    

Pertengkaran terjadi diantara mereka berdua. Itulah mengapa suasana diantara mereka terasa canggung.

Pertengkaran?
Entahlah, apa ini bisa disebut pertengkaran.

Noah masih bersikeras agar ia ikut kembali, namun Eve jelas menolak tawaran itu dengan tegas. Jika ia kembali, ia hanya akan menjadi Lili dan bukannya dirinya sendiri. Tapi disini, semua orang hanya mengenalnya sebagai Eve.

Pertengkaran mereka tadi siang cukup menguras tenaganya. Dan tampaknya, hanya dirinya yang kelelahan disini. Ketika ia berdebat dengan emosi meluap-luap, sebaliknya, Noah malah menjawab semua perkataanya dengan nada yang lembut. Bahkan tidak ada terdengar kemarahan disetiap kalimat yang ia ucapkan. Dan hal itu membuat Eve semakin kesal.

Hari ini, ibu angkatnya memasak banyak sekali makanan. Karena mereka baru saja selesai menanam bibit dan ibunya ingin merayakan hal itu.

Eve pikir, ibunya akan mengundang tetangga-tetangganya. Ternyata ia salah. Ibunya hanya mengundang kedua ksatria yang rumahnya tak jauh dari tempat ia tinggal sekarang.

Wajah ibunya tampak sumringah ketika melihat kedua tamunya sudah ikut berkumpul bersama mereka di meja makan.

"Terimakasih kepada kalian berdua, yang telah bersedia datang ke tempat ini. Saya juga berterimakasih karena berkat kalian berdua, desa ini kembali aman seperti sedia kala" ucap ibunya.

Mendengar kalimat itu, mata Eve dengan refleks melirik ke arah dua orang itu. Ia sangat yakin, otak dari semua kekacauan serta perang yang terjadi sejak beberapa bulan ini adalah perbuatan mereka. Walau tahu akan hal itu, tidak ada yang bisa Eve lakukan, karena ia yakin, alasan dari mereka melakukan itu adalah karena dirinya.

Inginnya sih begitu. Mencoba melupakannya. Namun melihat seringaian Noah yang seakan sedang mengejeknya, membuat Eve ingin memaki lagi. Tangannya dengan refleks mengelus perut buncitnya, berharap kemarahan yang ia rasakan saat ini, tidak berdampak pada bayinya.

"Eve, dua bulan lagi kan harinya?" Tanya ibunya, sambil menaruh beberapa telur dadar ke atas piringnya.

Eve tampak berpikir sebentar, lalu ia mengangguk, untuk membenarkan perkataan ibunya.

"Rasanya sudah tidak sabar mendengar suara tangisan bayi di rumah ini" ucap Ibunya yang tampak bahagia.

"Yah, aku juga sangat menantikannya" ucap Eve mengangguk setuju. Ia mengelus perut buncitnya dengan lembut dan bahkan tanpa sadar, ikut tersenyum.

Betapa indahnya pemandangan ini, pikir Noah yang juga tersenyum melihat itu.

Tentu saja, respon dan cara menatap Noah tidak bisa di lewati begitu saja. Hanya Eve saja yang tidak menyadari tatapan pria itu padanya. Dan hal ini membuat ibu angkat Eve semakin bersemangat ingin menjodohkan Eve dengan ksatria yang baik hati itu, Noah.

^^^

"Ibu akan membereskan ini. Jadi pergilah ke balkon! Ibu akan membawakan cemilan malam kita kesana" perintah ibunya, ketika mereka semua sudah selesai makan malam.

Sejujurnya, Eve tadi ingin menolak. Namun Noah tiba-tiba saja menggenggam telapak tangannya dan membawanya dengan sedikit memaksa menuju balkon.

Ibu dan kedua pria lainnya, tampaknya masih sibuk membersihkan dapur dan meja makan. Sehingga, mau tidak mau, Eve hanya bisa menuruti perkataan ibunya.

Ketika mereka sampai ke balkon, cahaya disekitarnya tampak remang-remang. Eve lupa bahwa lantai dua rumahnya baru selesai renovasi, sehingga hanya ada satu lampu sebagai penerang. Begitu juga dengan kursi, yang biasanya ada meja panjang serta banyak kursi di balkon. Namun karena semua barang dipindahkan ke lantai bawah dan hanya tersedia satu kursi saja.

"Kau harus mengalah! Aku ingin duduk, karna aku ibu hamil" tegas Eve yang baru saja hendak mendudukkan tubuhnya. Namun sayangnya, pergerakannya kalah cepat dengan Noah.

"Aku juga ingin! Tapi sayangnya, kita harus berbagi" ucap Noah, yang langsung menariknya menuju pangkuaan pria itu.

Tanpa memberi Eve kesempatan untuk menolak, kini tangan Noah sudah bertengger di atas perut buncit gadis itu, lalu tanpa permisi, pria itu mengelus perut buncitnya.

Ini kali pertamanya ia mengelus perut Eve dengan keadaan Eve yang sedang sadar. Selama ini, ia hanya bisa mengelus perut itu ketika Eve sedang tertidur. Ia hanya tidak ingin membuat wanitanya itu terkejut karena orang asing baru saja menyentuh perutnya.

Biasanya, ketika ia baru selesai makan, bayi yang ada di dalam kandungannya ini akan sangat bersemangat untuk bergerak. Menurut ibu angkatnya, mungkin si bayi sedang kegirangan mencicipi makanan yang di konsumsi ibunya. Sehingga, ketika saat ini Noah menyentuh perutnya, bayi itu merespon dengan tendangan. Tendangan yang cukup halus, namun sudah berhasil membuat Noah tertegun. Ini kali pertama bayi mereka bergerak ketika sedang bersamanya.

"Apa dia selalu seperti ini?" Tanya Noah yang masih takjub. Ia kembali mengelus perut Eve, di posisi yang sama ketika bayi mereka sedang menendang.

"Yah, dia sangat aktif. Terutama ketika aku baru saja selesai makan. Tampaknya, dia sangat menyukai makanan yang aku makan malam ini" jawab Eve, karena sedari tadi, bayi mereka masih belum berhenti menendang perutnya, bahkan sampai membuat Eve beberapa kali meringis.

"Ssstttt...., jangan menendang ibumu dengan keras sayang! Kasihan ibumu" ujar Noah masih dengan mengelus perutnya. Bahkan sesekali pria itu mengecup perutnya yang bagian atas, hingga hampir mengenai dadanya. Dan ketika itu terjadi, Eve kembali meringis. Karena jujur saja, semenjak ia hamil, terutama ketika kandungannya mencapai usia mendekati hari persalinan, tubuhnya semakin sensitif. Seperti payudaranya yang kini berukuran dua kali lipat dari ukuran normal biasanya. Ia yakin, ini semua terjadi karena hormon yang ditimbulkan dari efek kehamilan.

Walau tahu tubuhnya sensitif dan sangat ingin di sentuh, ia tidak berniat mengatakannya pada Noah. Ia yakin, ia sanggup menahan semua itu sampai persalinanya nanti, karena ia telah berjanji pada dirinya, bahwa ia bisa hidup tanpa pria itu di sisinya.

Lama mereka berdua terdiam dengan posisi itu. Eve yang masih duduk di atas pangkuan pria itu, serta Noah yang masih mengelus perut buncitnya.

Ia pikir, kedamaian ini akan berlangsung lama. Namun tampaknya ia salah, karna Noah tiba-tiba saja membuka suara dan mengajukan sebuah pertanyaan, yang hampir Eve lupakan.

"Mengapa pagi itu kamu meninggakanku?" Wajah Noah tampak sedih ketika mengajukan pertanyaan itu. Eve pikir, mungkin saja pria itu merasa di buang begitu saja, setelah mereka selesai melakukan semuanya. Wajar bagi Noah memikirkan hal itu, karena ketika ia terbangun, tidak ada Eve di sampingnya.

"Maaf, aku tidak berniat melakukan hal itu. Namu seseorang mendatangi kamar pagi itu dan memberi tahu bahwa ada masalah di mansion Leonard. Aku tidak menyadari bahwa lagi-lagi, itu adalah jebakan karena seseorang ingin membunuhku" jawab Eve dengan kernyitan dalam di dahinya.

Ketika ia mencoba mengingat kejadian di hari itu, ketika ia sengaja di bunuh dan di buang, rasanya kemarahannya kembali menggerogotinya. Bajingan gila yang sangat terobsesi dengannya. Karna bajingan itu, ia harus hidup di desa ini tanpa mengetahui apapun dan bahkan dalam keadaan hamil. Sedangkan Dia, mungkin saat ini sedang menikmati kekuasaan yang dia miliki. Rasanya sangat tidak adil, namun sayangnya tidak ada yang bisa Eve lakukan. Jika ia ingin melakukan balas dendam, berarti ia harus setuju untuk kembali ke kekaisarab Utopia, tempat si bajingan itu tinggal. Jadi, haruskah ia melupakannya?

Menoleh ke belakang, ia menatap ke arah Noah yang masih setia menunggunya untuk menjawab pertanyaan pria itu, dan ide itu muncul!

Benar! Mengapa ia harus bersusah payah? Percuma saat ini ia punya senjata terkuat se kekaisaran? Ia hanya tinggal menjawab pertanyaan pria itu dan ia yakin, Noah akan menyelesaikan semuanya untuknya. Dan karena itulah, Eve mulai bercerita. Mulai dari ia keluar dari rumah Noah yang tidak ada satupun ksatria yang menjaga, hingga kereta kuda yang ia kendarai mengalami kecelakaan. Eve juga bahkan menambahkan sedikit bumbu-bumbu cerita, dan aktingnya yang selama ini selalu ia lakukan, membuat kisah itu semakin buruk dan menyeramkan.

Jangan tanya bagaimana ekspresi Noah sekarang, karna dari tangan pria itu yang mengepal, sudah cukup membuktikan bahwa pria itu sangat marah dan ingin membantai seseorang saat ini. Yah benar, ini hal yang seharusnya ia lakukan.

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Janda Selalu di DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang