16

3.6K 295 0
                                    

Seseorang yang menatapnya dengan tatapan dingin sedang membekapnya di atas tempat tidur asing. Bagaimana seseorang bisa bersikap tenang ketika berada di posisi itu?

Lili yang panik dengan cepat mendorong tubuh keras yang ada di depannya. Dan bukannya berhasil mendorong orang itu, sebaliknya, Lili lah yang terdorong hingga ia terjatuh dari atas tempat tidur.

Tubuhnya gemetaran karena ketakutan. Ia dengan cepat menyeret kakinya untuk bergerak menjauhi tempat tidur itu.

Suara tempat tidur yang bergerak semakin membuat tubuhnya membeku hingga membuatnya kesulitan untuk bergerak. Gadis itu sangat ketakutan sekarang dan pikiran-pikiran tidak menyenangkan memenuhi kepalanya sekarang.

Lili yang sedang asik dengan keputusasaanya semakin menciut ketakutan ketika mendengar suara sedingin angin sungai tiba-tiba memecah kesunyian.

"Duduk!"

Lili tersentak kembali. Karena terlalu ketakutan, ia sampai tidak menyadari bahwa pria iti sudah duduk di salah satu sofa di sebelahnya. Noah sedang menatapnya dengan menyilangkan kakinya dengan santai, berbanding terbalik dengan Lili.

"Lili." Noah tersenyum, memanggil namanya seolah dia sedang bersenandung mengikuti irama.

"Apa yang anda ingin dari saya sebenarnya?" Ia mencoba menyembunyikan kefrustasinya dengan cara berdiri dengan anggun. Namun Lili tampaknya tidak berniat mengikuti perintah dari pria yang sedang memandangnya dengan tatapan yang tidak ia mengerti itu.

Seakan tidak mendengar pertanyaan Lili, pria itu mengambil sebuah benda dari peti kecil yang ada di atas meja di depannya.

Gadis itu memperhatikan semuanya dalam diam. Ketika tangan yang mendekapnya tadi mengambil sebuah benda berwarna coklat yang ternyata sebuah cerutu, lalu menghidupkannya dengan menggunakan pematik yang entah berasal dari mana.

Aroma asap yang mengebul dengan cepat memenuhi ruangan. Lili yang sejak dulu tidak menyukai orang-orang perokok serta kebiasaan mereka memilih menguatkan dirinya agar bisa bertahan. Lantaran Lili tidak ingin memperlihatkan kelemahannya pada pria yang masih menatapnya dengan tatapan menilai itu, walau Lili sangat ingi mendapatkan jawaban dari pertanyaanya. Sayangnya, Noah tetap diam.

Cerutu yang dipegangnya di atara jari-jarinya yanh panjang terbakar perlahan. Rasa jengkel dan marah karena rencananya untuk merubuhkan kediamana gadis itu jadi tidak terlaksanakan, karena gadis itu memilih keluar mansion disaat-saat terakhir waktu yang ia tentukan. Sekarang, ia jadi tidak punya alasan dalam membenarkan perbuatannya yang ingin mengurung gadis itu di kamarnya.

Ini seperti mimpinya semalam sebelum ia membuka matanya. Mimpi yang memperingatkannya bahwa gadis itu tidak akan pernah menjadi miliknya. Sangat mengjengkelkan ketika semesta saja tidak menyetujui rencananya.

Noah melemparkan cerutu di tangannya ke asbak. Dia haus, mungkin karena merokok yang tidak dia nikmati. Tapi bukannya mengambil segelas air, ia malah mendekati gadis itu. Lili dengan cepat berjalan mundur, membuat jaraknya dengan si Duke monster itu sejauh mungkin.

Noah mendengus melihat penolakan itu. Matanya mengamatinya dari atas ke bawah. Di tatapannya yang mengihina, ia bisa melihat kemarahan di ekspresi gadis itu.

"Aku menginginkanmu" jawaban yang sedari tadi ingin Lili dengar akhirnya keluar juga dari mulut pria itu. Namun dari semua jawaban yang di pikirkan, ia berharap Duke tidak memberikan jawaban itu.

"Sekarang... keinginannku adalah Lili Dimitri. Aku bernafsu padamu. Semuanya, segala sesuatu tentangmu. Aku menginginkamu" jawaban yang tidak terduga itu berhasil menghancurkan kepura-puraan Lili yang bersikap berani. Sekarang, tubuhnya kembali bergetar hebat. Jawaban yang penuh obsesi itu membuatnya semakin ketakutan. Apalagi pria itu memakai nama gadisnya dan bukannya nama mantam suaminya.

Janda Selalu di DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang