Ada banyak hal yang Lili harus urus dan selesaikan. Berita mengenai wilayahnya yang juga terinfeksi membuat Lili sangat kesal. Karena kini waktunya harus terbagi dua dan pekerjaanya yang darurat semakin lama selesainya. Semua ini berkat Putra Mahkota. Ingin rasanya Lili menyingkirkan pria itu dari kehidupannya. Namun sekarang ia hanya bisa bersabar, karena kakak laki-lakinya sedang menyiapkan segalanya.
Tuk...tuk...tuk...
Suara hentakkan sepatunya memenuhi lorong mansion keluarga Leonard. Saat ini, ia akan bertemu lagi dengan para tetua-tetua Leonard beserta keluarga dari suaminya. Lili yakin, pasti kali ini mereka semua sedang menyiapkan banyak rencana untuk mengusirnya dari posisi ini lagi. Jika saja ia adalah orang yang egois dan tidak punya hati, mungkin sudah dari lama ia meninggalkan keluarga Leonard.
Ia masih tetap bertahan hanya karena ia tidak ingin kedua anak yang tidak bersalah itu menderita. Dia tidak ingin anak-anak itu merasakan apa yang ia rasakan. Tidak memiliki orang tua dan tidak memiliki siapapun di sisinya yang bersedia memberikan perlindungan dan keamanan.
Lili tahu, bisnis yang ia bangun sangat berkembang pesat saat ini. Ia berhasil meningkatkan pendapatan tanpa mempersulit para penduduk. Ia berhasil mempertahankan keluarga ini dengan hasil keringat sendiri tanpa membuat para penduduk menderita karena harus menanggung pajak tanah yang tinggi. Dan sekarang, beraninya orang-orang ini datang untuk memintanya menyerahkan tahta kepemimpinan wilayah?
Ketika Lili memasuki ruang rapat, wajah para tetua-tetua serta keluarga lain tampak mengeras, menahan kemarahan. Apa lagi kali ini?
"Nyonya, tolong tinggalkan wilayah ini!"
Belum juga Lili menduduki kursinya, namun seseorang sudah membentaknya dengan marah.
"Apa lagi kali ini?" Tanya Lili mencoba menahan diri.
"Bagaimana anda tidak tahu diri seperti ini. Jika anda akan menikah dengan Duke Macmillan, tolong tinggalkan wilayah ini. Jangan terlalu serakah!" kali ini, suara wanita tua yang mengkritiknya dengan marah.
Dan masih banyak kritikan lainnya yang dilontarkan padanya. Hanya saja, Lili mencoba tidak mendengar semua kalimat-kalimat yang bernada memakinya itu.
Lagu lama. Mereka akan mengatakan semua alasan untuk menyingkirkannya. Tak peduli, prestasi apa yang telah ia berikan untuk wilayah ini. Hanya saja, ia tidak bisa meninggalkan wilayah ini begitu saja, ketika semua yang ia kerjakan sedang dalam masa jayanya. Ia hanya tidak iklas, ada orang lain yang melanjutkan semua kerja kerasnya dengan peluang keberhasilan hanya setengah.
Waktu satu tahun sudah cukup untuknya mengajarkan Ignis semua hal dan remaja itu bisa melanjutkan semua kerja kerasnya selama ini.
Ocehan demi ocehan yang keluar dari mulut para tetua sama sekali tidak membuat Lili menciut. Ia membiarkan mereka semua mengeluarkan uneg-uneg mereka, karena setelah ini, Lili berniat untuk mengusir mereka.
Setelah semua orang sudah mengeluarkan kata demi kata, dan meminta Lili untuk merespon, Lili malah memanggil ksatria pengawalnya. Gadis itu meminta para pengawalnya untuk menunjukkan arah pintu keluar. Setelah mengatakan hal itu, Lili langsung beranjak pergi tanpa memberikan respon apapun terhadap ketidaksukaan para tetua dan keluarga lainnya.
Lili sudah berniat ingin kembali ke ruang kerjanya lagi, karena ada segunung pekerjaan yang harus ia lakukan. Namun tiba-tiba kepala pelayan mendatanginya dengan wajah panik dan penuh air mata.
Sebuah berita mendesak baru saja datang dari merpati pengantar pesan. Pesan itu berisi tentang kabar duka dari anak tirinya yang di dapati tenggelam di danau di bawah kawah mansion mereka.
Tubuh Lili bergetar dan pandangannya memburam. Tidak jelas bagaimana kondisi anak tirinya dan siapa yang tenggelam. Namun Lili sudah panik lebih dulu dan langsung meminta kereta kuda disiapkan, agar ia bisa kembali ke mansion mereka saat itu juga.
Kedatangan para tetua hari ini pasti sebuah peringatan untuknya.
Ini salahnya!
Orang-orang itu pasti melakukan ini untuk memperingatinya.
Dan bagaimana bisa ia baik-baik saja jika orang-orang yang harus ia lindungi berada dalam bahaya karena kekeraskepalaanya.
Lili tidak bisa tenang, walau ia sudah mencoba menghembuskan napas berkali-kali dengan perlahan.
Kenangan buruk itu langsung menimpanya. Ketika tempat itu dipenuhi air, dan kepalanya tidak bisa mencapai permukaan akibat dari benda yang terikat di kedua kakinya.
Lili ingat dengan jelas bagaimana air itu memenuhi tenggorokan dan paru-parunya. Ia ingat dengan jelas bagaimana ketakutan itu membuatnya semakin tidak berdaya.
Rasa trauma yang masih membekas hingga sekarang itu membuat Lili tidak berdaya. Dan mungkin itulah yang dirasakan anak tirinya. Lili yang paling tahu betapa mengerikannya ketika tenggelam di dalam air.
Karena terlalu kalut dengan rasa trauma dan kepanikannya, Lili sampai tidak menyadari telah terjadi sesuatu pada kereta kuda yang ia tumpangi.
Sebelum derekan kereta menjadi lebih kencang dan tubub Lili terbanting, ia mungkin tidak akan menyadari bahwa kereta kuda mereka sedang kecelakaan sekarang.
Kusir yang seharusnya mengemudikan dan mengendalikan kereta kuda sudah menghilang entah kemana. Dan empat kuda yang membawa kereta yang ia tumpangi tampak panik dan terlihat mencoba menghentikan kereta yang akan jatuh ke dalam jurang.
Lili beserta dayangnya hanya bisa pasrah di dalam kereta dengan tubuh yang terbanting kemana-mana. Entah sudah berapa banyak bunyi tulang dari tubuhnya yang terdengar remuk karena tubuhnya yang terbanting serta tertimpa beberapa koper barang.
Mati. Hanya satu kata itu yang terlintas di kepalanya.
Apakah kali ini hidupnya akan benar-benar berakhir? Apakah semua kerja keras yang ia lakukan tidak berarti apa-apa? Lalu bagaimana dengan kedua anak tirinya? Apakah mereka akan mengalami penderitaan karena tidak memiliki orang dewasa yang dapat di percaya di sisi mereka?
Haruskah ia berakhir sia-sia seperti ini?
Tidak!
Lili menolak menyerah.
"Siapapun! Tolong aku! Biarkan aku hidup dengan caraku sendiri kali ini"
Tangisan tanpa suara dan rintihan pelan lah yang terdengar dari gerbong kereta kuda itu, ketika baru saja mendarat di bawah jurang.
Lili bisa merasakan seluruh tubuhnya yang remuk dan rasa sakit menyerangnya dengan begitu kuat hingga akhirnya ia kehilangan kesadaran dirinya.
Apakah ia akan berakhir seperti ini?
Entahlah.
Lili sudah terlalu larut dengan rasa sakit yang menyerangnya. Bahkan ia sudah tidak mendengar suara dayangnya sejak beberapa saat yang lalu, apa lagi kini secara perlahan, gerbong kereta kudanya di penuhi oleh air yang entah berasal dari mana.
Pasti banyak yang udah lupa sama cerita ini. Maaf banget ya! Kayaknya aku udah hiatus sebulanan.
Aku salah satu Bawaslu, jadi sebelum dan sesudah pemilu, aku sibuk banget sama dunia nyata. Maaf banget kalau dah banyak yang lupa sama ceritanya. Aku hanya berkomitment melanjutkan cerita ini sampai tamat. Trimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Janda Selalu di Depan
RomanceEvelin, seorang aktris yang sangat berbakat dan sering kali di sebut sebagai gadis impian para lelaki. Karirnya sangat sempurna, dengan lingkungan yang hangat dan penuh cinta. Ia juga memiliki segalanya, harta, tahta dan bahkan teman-teman yang sali...