.06.

45.9K 3.7K 13
                                    

Hari ini ellerish menghabiskan waktu membaca buku diperpustakaan, belakangan ini tempat ini adalah favoritnya.

Gadis itu duduk anggun memangku buku, daripada membaca dimeja ellerish lebih nyaman membaca dilantai seperti ini.

Tok! Tok!

"Masuklah, isabel."

Isabel, pelayan pribadinya membawa nampan berisi minuman dan camilan ringan.

Ia meletakkan hati hati disamping nona mudanya.

"Ada apa isabel?" Tanya ellerish mengangkat wajah, merasa dirinya ditatap sejak tadi.

Isabel menggeleng pelan. "Nona tidak mengantuk?"

"Tidak, memang kenapa?"

Matanya bergeser pada tumpukan buku disisi lain tubuh ellerish.

"Anda menyelesaikan tiga buku tebal, apa anda tidak merasakan kantuk? Mata saya membuka buku saja sudah sangat berat."

Ellerish tertawa dibuatnya. Isabel diam memandang.

"Apa membaca buku adalah kegiatan menyenangkan bagi anda nona muda?"

"Mungkin saja."

"Nona, anda harus membaca setiap hari."

"Kenapa begitu?"

"Anda tertawa setelah waktu yang lama, saya senang melihat anda kembali ceria tanpa embel embel duke vazquez." Ucapan isabel kian melirih diakhir.

Ellerish tersenyum menanggapinya. "Aku juga tidak berencana tertawa karenanya."

"Anda harus selalu bahagia nona, selalu bahagia."

"Isabel kau membuatku terharu, kemarilah biar ku peluk!"

Mata Isabel membulat. "Tidak nona muda, saya adalah pelayan rendahan tidak pantas untuk bersentuhan apalagi berpelukan dengan anda."

"Apa itu! Tidak ada namanya pelayan rendahan, kau adalah sahabatku! Kakakku! Saudaraku! Isabel jangan rendahkan dirimu dihadapanku lagi."

"Nona muda...." Mata isabel berkaca kaca ditempat, membuat ellerish berdecak.

Ia berdiri dan memeluk pelayan pribadi yang rela mati untuknya dikehidupan pertamanya.

Ellerish berjanji akan melindungi semua orang yang menyayanginya kali ini.

Ia tidak akan menyia-nyiakan mereka lagi!

"Boleh aku ikut?"

Keduanya menoleh, mengurai pelukan mereka. Isabel mengusap ujung matanya lalu menunduk pergi dan ellerish menghampiri albus.

"Hey! Mau apa kau?!"

Albus mengerjapkan matanya polos, menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Kau ingin memelukku juga kan?"

"Tidak. Aku ingin keluar, minggir minggir!"

Senyum albus luntur, ia mengekori sahabat kecilnya.

"Kenapa aku tidak dapat pelukan juga?" Tanya albus dengan nada merajuk.

"Peluk saja isabel."

"Aku kan mau sahabatku yang memelukku, elle kau sangat jahat padaku!"

"Albus berapa usiamu?"

"Dua puluh tahun, sebentar lagi aku dua puluh satu. Kau tidak mungkin melupakan ulang tahunku dua bulan lagi kan?!"

Langkah ellerish berhenti, albus ikut menghentikan langkah. Mereka berhadapan.

SLWD (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang