.49.

24.9K 2.1K 68
                                    

Sepasang kereta kuda berlogo merak emas itu memasuki pelataran istana mors, mereka disambut baik pelayan istana.

Nuel turun mengandeng anak laki laki ditangan kirinya, tangan lainnya merengkuh pinggang wanita cantik dengan perut besar. Itu istrinya— eleftheria.

"Selamat datang duke dan duchess berndsen." Sambut pria dengan kepala dengan mahkota besar itu adalah kaisar negri ini— kaisar mors, Jules Fletcher.

"Eria! Apa itu anakmu?! Dia sangat menggemaskan." Pekik wanita disampingnya, permaisuri Aurora.

"Ini rouvin, putra pertama kami. Sayang, ayo perkenalkan dirimu pada bibi aurora."

Rouvin kecil saat itu hanya menatap datar, tangan kecilnya tidak melepaskan genggaman nuel.

eleftheria sedikit meringgis.

"Dia memang sedikit dingin pada orang asing."

Aurora tertawa pelan. "Dia seperti jose."

"Aku terakhir mengunjungimu tujuh tahun lalu, putramu sudah dua tahun. Apa dia terlambat tumbuh?" Eleftheria menatap iba anak kecil diantara aurora dan jules.

"Hey! Dia ini anak keduaku, usianya baru empat tahun! Namanya Leoniel!"

Lalu eleftheria hanya tertawa lucu, dia menepuk pundak aurora.

"Aku hanya bercanda, kau ini gampang sekali kesal."

Eleftheria mengenal aurora dan jules karena ibunya, emily memiliki kerabat jauh dengan bibi aurora dari neneknya.

•••

Kediaman keluarga berndsen dirudung duka, mereka kehilangan sosok lembut dan baik hati.

Eleftheria, ia pergi meninggalkan suami berserta kedua buah hatinya.

Semua yang datang memakai pakaian hitam, mereka bergantian secara teratur memberikan semangat dan dukungan pada nuel.

Begitupun jules dan aurora, bersama putra kedua mereka. Leoniel, karena jose sudah masuk academy dan tinggal diasrama.

"Anda masih begitu kecil, tapi setidaknya anda belum tau arti kehilangan dan sedih nona." Pelayan wanita ditaman itu mengelus pelan balita, nona mudanya.

Ellerish kecil, tertawa ketika berhasil mencabut rumput rumput kecil.

"Saat putri saya sudah sedikit besar nanti, dia yang akan menemani anda. Isabel pasti bisa menjaga anda, nona."

Pelayan itu, menepuk pelan dahinya. Ia lupa membawa botol susu untuk putri majikannya, meminta tolong pada pelayan lain sepertinya tidak bisa.

Mereka semua sibuk mengurus tamu yang hadir.

"Nona saya akan segera kembali, tolong tetap disini." Secepat kilat dia berlari kedapur.

Leo kecil saat itu sedang berjalan jalan, ruangan duka hanya dipenuhi orang dewasa yang menangis. Leo bosan.

Mata elang kecilnya menuntut untuk melihat tangisan bayi, ia melihat ditaman itu tidak ada orang lain.

Selain anak kecil yang menangis seorang diri.

Leo menghampirinya, menatap mata bulat berair yang kini mengadahkan tangan padanya. Pantas dia menangis, tangannya terluka.

Ia menangkup tangan kecil itu dan merapalkan mantra.

"Dimana ibumu?" Pertanyaan leo hanya dianggapi dengan tangis kian mengencang.

Leo mengendong dan menimang nimang bayi kecil itu hingga tenang, tangisnya tidak terdengar lagi. Justru dengkuran halus yang keluar dari mulutnya.

SLWD (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang