.07.

45.7K 3.5K 14
                                    

Setelah kedatangan elldrich yang terakhir kali, pria itu tidak menampakkan kembali batang hidungnya.

Ellerish juga tidak mau repot repot mengecek pada tabib, ia tau akan segera mengandung.

Ia hanya sibuk mengurus keperluan untuk memulai usahanya, ellerish sudah mempekerjakan orang untuk membangun ulang tambang kosong yang dibelinya.

"Isabel."

Isabel membuka pintu bilik mandi, gadis itu berjaga diluar karena ellerish memintanya menunggu.

"Tolong bantu aku menyiapkan diri."

Patuh, tanpa kata isabel meraih jubah mandi dan menutupi tubuh nona mudanya.

Merias dengan telaten wajah sempurna ellerish, isabel juga menata rambut ellerish dengan baik.

Tok! Tok! Tok!

"Nona, rombongan duke sudah tiba." Prajurit diluar berseru.

Ellerish buru buru berlari keluar dengan mengangkat gaunnya agar tak terinjak dirinya sendiri.

Senyumnya merekah melihat wajah tegas sang ayah masuk kedalam kediaman, larinya semakin cepat.

Ellerish tidak perduli ia terlihat seperti bocah lima tahun yang menyambut ayahnya.

Lucius Nueleo Victor Berndsen.

Nuel sempat mundur dua langkah menerima serangan pelukan tiba tiba dari sang putri, pria itu tersenyum kemudian.

"Apa kabar, putriku?"

"Ayah! Aku merindukan ayah!"

Nuel tertawa ringan, mengelus kepala putrinya dengan penuh sayang. Sebelum tubuh ellerish ditarik paksa lepas darinya.

"Kau tidak merindukanku?!"

Ellerish tersenyum. "Tentu saja! Aku merindukanmu kakak!"

Rouvin menghilangkan wajah keruhnya menjadi bahagia, dengan senang ia mendekap adiknya penuh kasih.

Rouvin Elgio Verzeus Berndsen.

"Jangan memelukku!" Rouvin mundur beserta ellerish dipelukannya.

Duke nuel menukik alisnya, pria itu dengan wajah sinis memelotot pada putranya.

"Itu putriku, jangan memeluknya."

"Ini adikku."

"Tidak tidak, kau harus menjauh darinya."

"Aku juga tidak suka adikku dipeluk orang lain!"

"Orang lain?! Aku ayahnya!"

"Aku kakaknya!"

"Kau hanya kakaknya, dia putriku! Darah dagingku!"

"Darah kami juga sama."

"Apa?! Rouvin jangan mencoba berkilah denganku, aku yang membuat kalian asal kau tau?!"

"Ya—

"Astaga hentikan!" Ellerish memandang keduanya jenggah.

Menarik tubuh ayahnya supaya mereka bertiga dapat berpelukan bersama.

"Ah ya tuhan! Putriku, sudah sangat besar." Pekik nuel mencium kepala anaknya.

Rouvin berdecak. "Jauhkan wajahmu dari wajahku ayah!"

"Siapa juga yang mau menciummu." Cibir nuel mendorong kasar kepala sang putra.

Ellerish menghela napas, sepertinya dulu ayah dan kakaknya tidak se-kekanakan begini?

SLWD (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang