.33.

32.3K 2.5K 16
                                    

"Apa aku juga bisa belajar terbang dengan sapu?"

Seperti anak kecil menatap permen, matanya penuh binar keudara. Ini sangat keren baginya, ia hanya sering melihat orang bepergian dengan teleportasi.

Belum pernah melihat sapu terbang.

"Kurasa lebih aman kereta kuda, kau tidak boleh terjatuh."

Benar juga.

Pemandangan pertama yang menyambutnya kemarin juga kan pemuda jatuh dengan wajah lebih dulu mendarat.

Ellerish sedikit ngeri.

"Omong omong tentang penyamar energi, aku tidak tau apapun tentang itu. Bagaimana memilikinya?"

"Sudah tersamarkan kembali."

Ellerish berhenti berjalan, leo ikut berhenti. Pria itu menoleh padanya.

"Kau yang melakukannya?"

Leo mengangguk pelan.

"Penyihir bisa melihat energi yang baru tumbuh, karena bayi belum bisa menyegel energi mereka jadi para orang tua yang menyamarkannya untuk sementara."

Energi adalah jantung bagi seorang penyihir, energi yang baru berkembang (janin) sangat rentan untuk diserap oleh wendigo.

"Aku belum pernah belajar itu, apa milikku juga terlihat?"

Kali ini leo menggeleng.

"Orangtuamu sudah melakukannya untukmu."

Akhirnya ellerish yang mengangguk paham, mereka jalan berdampingan. Karena pasar dan rumah leo hanya berjarak beberapa meter.

"Apa tidak apa aku tinggal dirumahmu? Bagaimana jika orang lain beranggapan aneh tentang kita."

Kening leo berkerut.

"Seperti wanita pemilik toko tadi, apa kau tidak risih dengan itu?"

"Kau tidak nyaman?"

Ellerish terkekeh. "Jika orang mengira aku sudah menikah adalah fakta, tapi kau. Sepertinya belum, apa kau tidak risih? Maksudku— aku hanya orang asing yang baru kau kenal dua hari."

"Kenapa harus mendengarkan orang?"

"Kau memiliki nama yang sangat baik diantara kalangan masyarakat sekitar, lihat— mereka hampir semua mengenalmu. Namamu mungkin akan buruk denganku."

"Sejujurnya aku tidak tidak perduli ucapan orang tentangku baik atau buruk."

"Kau arogan juga." Candanya.

Leo ikut tersenyum tipis, meski pandangannya terlihat lurus kedepan tapi ujung matanya mengamati tawa ellerish.

Gerakannya cepat, tangannya bergerak seperti cahaya. membungkus pinggang ramping ellerish dan menukar posisi tubuh mereka.

"Kakak— ma—maafkan aku! Adikku tidak sengaja melemparnya, ini adalah kesalahan ku!"

Ellerish membeku, matanya bukat sempurna. Wajahnya terkena serangan es kaku tidak dapat bergerak.

•••

"Jantungnya sudah setengah membeku, aku hanya dapat membantu memperlambat bukan menangkalnya."

Tabib sanctus menghela napas.

"Sihirku tidak cukup membuat racun lethum melambat bekerja."

Pernahkah seorang edsel memperlihatkan dirinya menangis didepan orang lain?

Adalah Tidak, edsel tidak pernah menangis didepan siapapun.

Bahkan didepan ibu atau kembarannya.

Tapi kali ini pria itu menangis, memeluk tubuh lemah putranya. Buah hati pemberian sybil yang memiliki mata seperti kakak kembarnya erich.

Elldrich mewarisi mata dan paras erich alih alih dengan dirinya.

Pria yang selalu elldrich takuti sejak kecil, memeluk dan menangis untuknya.

Pintu kamar itu terbuka, siluet asisten pribadi elldrich, erasmus itu datang bersama dengan oscar hag.

"Tuan hag?!" Tabib sanctus dan penyihir agung sama sama terkejut, oscar hag menghilang dalam satu dekade.

Orang mulai berpikir jika dia mati disuatu tempat menyusul istrinya.

"Anak muda itu terus memohon dan bersujud padaku untuk menyembuhkan tuannya." Oscar hag menunjuk erasmus.

Pria itu hanya menunduk sopan permohonan maaf.

Erasmus bertemu dengan tuan hag didepan kediaman berndsen setelah mendengar pembicaraan orang orang, ia mendengar oscar hag adalah penyihir berilmu tinggi.

"Dia sudah mati, tapi jiwanya masih berusaha bertahan."

"Tolong selamatkan putraku tuan hag, aku, aku bisa memindahkan seluruh energi padanya. Aku bersedia melakukan segalanya."

Ia tersenyum kecil, merendahkan diri untuk menatap kedalam mata edsel. Pria itu bersujud didepan kakinya.

Tongkat yang selalu dipegangnya ia lepas, tanpa terjatuh tongkat itu tetap berdiri.

"Kalian berdua memiliki jiwa yang dipeluk penyesalan." Ucapnya.

"Kau memiliki hati yang tulus untuk putramu, apa kau yakin akan merelakan kehidupanmu?"

Edsel mengangguk penuh keyakinan, hidup lebih lama akan lebih menyiksanya.

"Baiklah, kita lakukan ritualnya."

•••

"Berhati hatilah, belajar sihir bukan dikeramaian." Leo menatapnya datar.

Anak laki laki dengan usia berkisar tiga belas tahun itu membungkukkan badan berulang kali.

"Petra minta maaf pada kakak ini." Pintanya pada sang adik.

Anak laki laki yang lebih kecil berusia setengahnya dengan mata bulat besar dan rambut mangkuk itu mendekati ellerish.

"Maaf kakak, aku akan memperhatikan sihirku lagi lain kali."

Berkedip cepat, kesadarannya baru kembali setelah mendegar suara imut itu.

Menoleh kebelakang, sihir tadi membuat tanah menimbulkan retakan kecil.

Ellerish mengelus kecil pipi bulatnya.

"Tidak apa apa, aku tidak terluka dengan sihir hebatmu kok."

"Ini...." Permen gula bertusuk ditangan mungilnya.

"Sebagai permintaan maafku, aku hanya punya satu lagi. Sudah kumakan tadi pagi."

"Untukku?"

Petra kecil mengangguk.

"Terimakasih. Kembalilah berlatih ditempat yang aman dan jangan sampai terluka ya?"

"Iya. Kak petter ayo berlatih diladang kosong, kakak cantik sampai jumpa!"

Petra berlari dan menarik tangan kakaknya untuk pergi, petter meringgis kecil ia menoleh dan tetap meneriakkan maaf pada ellerish dan leo.

"Mereka lucu." Gumam ellerish melipat bibirnya kedalam.

"Ayo pulang." Ajak leo berjalan kembali, ellerish mengikutinya. Ia masih senang melihat lihat pasar.

"Leo apa kau punya sapu terbang?"

"Aku pikir kau setuju tidak mencobanya."

"Memang tidak untuk sekarang." Ellerish tersenyum aneh.

"Lalu?"

"Aku akan mencobanya suatu saat, bukankah setiap penyihir harus setidaknya bisa terbang dengan sapu?"

"Tidak juga."

"Kalau begitu apakah kau punya sapu terbang?"

"Tidak." Jawaban leo membuat senyumnya luntur, ellerish pikir bisa meminjam sapu pada leo.

Seperti nanti dia harus punya satu.

"Aku tinggal dirumahnya jadi tidak boleh memakinya."

🦋🦋🦋

SLWD (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang