.08.

44.8K 3.6K 6
                                    

"Kenapa memintanya datang? Apa yang akan kau lakukan elle?"

Rouvin masih belum puas mengikuti adiknya, pria itu mengambil banyak makanan dipelukan ellerish.

"Memangnya kenapa?"

"Kau tidak lihat badannya sangat kotor dan dipenuhi lalat, bisa saja dia penyakitan."

Memang benar, rouvin bahkan mencium bau kematian dari tubuh hardin.

"Aku lihat dia sehat saja." Jawab ellerish santai, memakan camilannya seraya berjalan.

"Aku ingin melatihnya menjadi pengawal pribadiku."

"Elle kau bercanda?! Berbicara denganmu saja seluruh tubuhnya bergetar hebat, bagaimana bisa?!

"Firasatku mengatakan dia memiliki potensi diri yang tinggi."

"Jika butuh pengawal aku bisa memberikan orang kepercayaanku."

"Dia orangmu kak, aku ingin melatih pengawalku sendiri."

"Elle—

Mulut rouvin berhenti berucap kala ellerish dengan santai menyumpalnya dengan manisan.

"Hey! Jangan melakukan itu!"

"Kakak ini berisik melebihi isabel."

Rouvin mengunyahnya cepat, ia akan marah tapi melihat adiknya tertawa lepas membuat niatnya urung.

Ia ikut tersenyum tipis.

Sudah lama sejak melihat adiknya tertawa, ellerish hanya tersenyum dan tertawa palsu didepan elldrich.

'Teruslah tersenyum adikku, aku tidak suka melihat wajah murung dan sedihmu. lebih baik kau menampilkan wajah benci padaku sepanjang waktu daripada melihatmu menangis.'

••••

"Bagaimana sudah temukan pengrajin yang aku minta?"

Isabel mengangguk, meletakkan gulungan kertas berstampel ke meja kecil dihadapan ellerish.

Kertas itu berisi daftar daftar calon pekerja untuk usahanya kedepan.

"Hah—— sepertinya uangku tidak akan cukup."

Melemaskan tubuhnya lesu, ellerish memangku kepala dengan tangan.

"Aku harus membayar gaji pekerja, uangku hanya cukup untuk membeli tempat dan beberapa perlengkapan." Gumamnya.

"Anda tidak ingin meminta bantuan duke?"

"Tidak. Ini usahaku, bahkan masih rahasia."

Isabel hanya terdiam ikut berpikir.

"Darimana aku bisa mendapatkan uang?"

"Uang untuk apa?" Suara berat itu datang dari ayahnya, nuel dengan jubah dan pakaian formalnya.

Isabel menundukkan badan sopan sebelum keluar meninggalkan pasangan ayah dan anak itu.

"Hanya untuk kesenanganku."

"Kau bisa meminta pada ayah, berapa yang kau butuhkan?"

"Lupakan saja, aku akan memintanya nanti. Ada apa ayah kemari?"

Nuel mengelus lembut kepala putrinya, pria setengah abad itu masih terlihat gagah dan tak menua.

"Ada keperluan dengan kaisar, jika perlu sesuatu katakan pada paman james."

"Kakak kemana?"

"Mengurus batalion."

"Ayah akan pergi keistana?"

SLWD (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang