.19.

36.5K 3.1K 43
                                    

"ALBUS!"

Suara melengking itu datang dari ellerish, ia berlari mengangkat gaunnya setelah membuang bunga bunga dipangkuannya.

Albus mengerjap, mendapatkan pelukan tiba tiba. Pria itu kemudian tertawa membalas pelukan ellerish.

"H—hey? Kau menangis elle?"

"Kau jahat sekali padaku! Jahat sekali! Kenapa kau mengabaikan dan menjauhiku kemarin?! Apa salahku?!"

Albus mengusap air mata pada kedua pipi putih sahabatnya. Ia tersenyum.

"Maaf. Kemarin— pikiranku sedikit kacau."

"Katakan padaku jika kau marah, katakan padaku apa yang membuatmu marah, aku tidak tau salahku jika kau hanya diam."

"Tidak elle, aku tidak pernah marah padamu. Maaf kemarin aku membuatmu sedih."

"Jangan lakukan hal itu lagi albus, aku benar benar takut kau membenciku."

"Tidak. Mana mungkin aku membencimu. Aku kan sangat menyayangimu!"

"Ah albus! Aku juga menyayangimu!"

Chup!

Mata albus memang lebar, tapi kali ini lebih lebar dari biasanya. Ia benar benar melotot!

Ellerish mengecup pipinya.

Itu hal wajar saat mereka kecil— tapi, ellerish terakhir kali menciumnya adalah saat berusia 8 tahun.

"Nona muda, anda sudah ditunggu duke dialtar."

Ellerish menghela napas, akhirnya hari sialnya terulang kembali.

•••

Pekarangan pada kastil keluarga berndsen sudah dipenuhi dengan ramai orang, tempat ini disulap menjadi altar pernikahan.

Elldrich, pria itu terlihat gagah dengan balutan tuxedo hitam dan dasi dilehernya.

Matanya memandang lurus, didepannya ellerish didampingi nuel dengan gaun putih besar. Dia terlihat seperti dewi.

Seluruh tamu undangan terhanyut dalam kecantikan sebagai lady yang selalu disebut merak moutesa.

Ellerish benar benar mengibarkan sayap menunjukan dia adalah simbol kecantikan sejati negara moutesa.

Ada berbagai pandangan ditujukan untuknya, albus menatap kosong sahabatnya berdampingan dengan pangeran desmond menatap sendu ellerish.

Mereka benar benar kalah....

Ellerish menerima uluran tangan elldrich, pendeta agung mulai membaca kalimat kalimat untuk sumpah kedua mempelai.

"Saya menerimanya, sebagai istriku."

Elldrich tak bisa untuk mengalihkan pandangan dari mata hijau keabuan milik ellerish.

Mata itu benar benar menyihirnya....

"Saya—

Kenapa aku harus terlibat kembali dengan dirimu?

Ellerish ingin menginjak wajah bodoh didepannya.

"Saya menerimanya, sebagai— suamiku..."

Ia berdiri disini dalam momen yang sama, tapi perasaan berbeda.

Jika dulu ellerish dengan perasaan senang membuncah, maka kini ia khawatir dan takut....

"Berani menciumku, kau mati." Desis ellerish pelan.

Elldrich tersenyum miring, ia menempelkan bibirnya tanpa ragu.

Bugh!

Semua tamu membulatkan mata. Ada apa dengan pengantin wanita yang memukul suaminya diatas altar?!

SLWD (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang