Chapter 47 [END]

943 118 54
                                    

Tobio berlari dengan terburu-buru. Beberapa dokumen yang dipegangnya sebelumnya ia campakkan begitu saja.

Ia tak peduli.

Keinginannya hanya terus melangkah lebar secepat mungkin untuk sampai ke kamarnya yang berada dilantai satu.

Benar, sebelumnya berada dilantai dua, namun berbagai alasan mengingat keadaan Shoyo ketika hamil mereka menjadikan kamar tamu untuk sementara waktu menjadi kamar mereka.

Tobio sampai di ambang pintu, menatap tubuh kecil seorang bayi yang merengek diatas tempat tidurnya.

Ia berjalan lebih santai namun masih terkesan buru-buru.

Ia menggoyang tempat tidur goyang itu dengan pelan, mencoba menenangkan sang bayi agar tidak menangis lagi.

Raut wajahnya terlihat khawatir.

Tadinya, ia takut terjadi sesuatu yang lebih berbahaya. Seperti jatuh dari ranjangnya atau ranjangnya roboh dan jatuh, atau semacamnya.

"Tenanglah ... Shhhhh ... "

Namun, apapun upaya Tobio tak berhasil sama sekali.

Tangisan sang bayi masih terdengar, bahkan semakin keras.

Tobio semakin panik.

Shoyo tengah berada di dapur sebelumnya, ia mengurus makanan, setidaknya Tobio bisa membantu dengan mengurus bayi mereka.

Tapi ...

Tetap saja percuma, usahanya tidak berhasil.

"Kau yang tenang."

Suara Shoyo terdengar dari arah pintu kamar, Tobio meliriknya dengan tatapan yang masih sama paniknya.

Tapi disisi lain, matanya berharap penuh bantuan.

Karena, dirinya tak bisa menghadapi seorang bayi.

"Tapi, dia tidak berhenti menangis."

Shoyo berjalan dengan santai, ia mendekat kepada dua orang yang sama-sama butuh bantuannya itu.

"Kau juga berhentilah panik, dasar bodoh."

Shoyo berdiri disebelah ranjang satunya, berhadapan dengan Tobio.

"Dia hanya pup."

"Apa?"

Shoyo membuka celana sang bayi, disaat yang bersamaan ia menyuruh Tobio mengambilkan popok pengganti.

Membersihkan sisa-sisa pup dan mengganti popok sang bayi.

Shoyo memberikan susu ganti dan membiarkan bayinya meminum dengan lahap.

"Lihat, dia tenang, kan?"

Tobio memperhatikan sang bayi yang sudah tenang diatas ranjang sambil meminum susu dari dot yang dipegang oleh Shoyo.

Shoyo memberi isyarat kepada Tobio untuk menggantikannya memegang dot susu agar ia bisa melanjutkan pekerjaannya di dapur.

Lalu, dengan tenang ia kembali berjalan ke dapur.

Sesungguhnya, hari-hari yang tenang seperti ini sudah berjalan cukup lama di kehidupan Shoyo.

Sejak semuanya berdamai.

Tidak.

Namun, Shoyo lah yang berdamai dengan semuanya.

Berbesar hati akan membuat diri lebih tenang dibanding memikirkan sesuatu yang kekanakan.

Memaafkan jauh lebih baik dan memulai hal baru jauh lebih berguna daripada menyalahkan serta dendam yang tidak ada habisnya.

Ini mengarah pada masalah yang telah dialami Shoyo sejauh ini.

Be Mine, ShoyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang