Petang hari tak pernah lagi menyenangkan. Tuan sedang duduk di pelataran. Memandang langit sore dan mengenang wajah seseorang.
Siulan burung tak lagi Tuan dengar. Kenapa seseorang pergi meninggalkannya? Apakah Tuan tidak terlalu tampan?
Tuan masih duduk di pelataran, memberikan perintah. Serapah dan suara senapan terdengar. Bersenandung ria pada sore yang menawan.
Tangannya terangkat dan orang-orang memperhatikan. Tuan beranjak dari duduknya. Suara senapan dan serapah berhenti terdengar.
"Semua lebih baik segera berakhir," pikir Tuan. Orang-orang kebingungan, kata-kata Tuan melintasi mereka. Setelah berjalan menjauh, Tuan memberikan perintah terakhir.
Tuan lelah mengenang seseorang. Tuan mudah sekali merasa muram. Tuan enggan lebih lama bertahan.
Maka pada keesokan harinya, semuanya sirna. Tak ada lagi serapah ataupun suara senapan. Semuanya telah terkubur di dalam tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kini.
PoetryDan Kini, tidak lebih dari sebuah karangan tidak masuk akal. Berupa puisi yang ditulis hati-hati. Keluh kesah dan keresahan yang tidak pernah berhenti, ialah ide utama dari tulisan ini. Kumpulan tulisan ini tidak banyak yang bersuasana riang, cender...