Taman kelabu kembali dibuka setelah sekian lama dilalaikan. Manusia lainnya belum banyak yang tahu. Datang sendirian membuatku teramat nyaman.
Bangku merdeka adalah rekan luar bisa. Dalam sepi yang memuncak di dada, seketika manusia menjadi lupa. Bahwa manusia lainnya juga merasa resah.
Seketika. Aku mengingat semua impresi rasa risau. Berlarut-larut di dalam minda, menyiksanya dengan mahkota.
Apakah langit juga melalaikan manusia? Aku sadar dan mengerti, akan rasa gundah ini. Meresap dan terdengar asri.
Bisakah seketika aku menghilang saja.
Entah kemana juga, aku hanya ingin pergi. Menghindari langit dan bumi.Aku, yang kini bersandar di bangku kelabu. Bernalar dengan kecepatan cahaya. Menjauhi tata surya dan galaksi kita.
Menimang-nimang kesendirian penuh kebohongan. Dan saat siang mengancam dengan panas baskara. Aku menyerah, pulang jauh lebih menggoda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kini.
PoesieDan Kini, tidak lebih dari sebuah karangan tidak masuk akal. Berupa puisi yang ditulis hati-hati. Keluh kesah dan keresahan yang tidak pernah berhenti, ialah ide utama dari tulisan ini. Kumpulan tulisan ini tidak banyak yang bersuasana riang, cender...