Rembulan merah bersinar dalam marah. Malam ini kian mencekam. Semua orang ketakutan. Berwajah murung di atas gedung.
Nyeri dan sakit kepala, aku begitu kesulitan. Kedua kaki telah lemas. Kenapa ancaman datang di tengah malam? Bencana akan menyambut kelam.
Di keheningan kota raksasa. Manusia lebih kecil dari tiang lampu jalan. Seakan telah tiba masa binasa. Awan-awan pun enggan bicara.
Seandainya aku bisa menangis sebelum pulang. Akan ku lakukan sekencang-kencangnya. Daripada harus berwajah miris dan muram. Atau berhati resah dan suram.
Lebih baik mati sekarang. Atau mereka ingin menghadapi perang? Tanpa peringatan yang mengerikan. Bersiaplah sebelum badai menerjang.
Bahaya merapalkan sengsara. Orang-orang memilih putus asa. Aku juga merasakan takut yang hebat. Di saat datangnya ledakan dahsyat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kini.
PoetryDan Kini, tidak lebih dari sebuah karangan tidak masuk akal. Berupa puisi yang ditulis hati-hati. Keluh kesah dan keresahan yang tidak pernah berhenti, ialah ide utama dari tulisan ini. Kumpulan tulisan ini tidak banyak yang bersuasana riang, cender...