Hutan bersemburat daun-daun mekar. Bayang yang datang, kian terancam. Belukar juga merasa sukar. Alam sudah tidak lagi berkuasa.
Dia menyerah, lebih memilih diam. Tidak sadarkah telah lama diperdaya. Dibohongi makhluk-makhluk fana. Yang mencari lindung, padahal jelas merundung.
Mereka peduli apa? Tertawa reka di dalam menara. Menikmati segalanya yang ada. Awan bahkan enggan mengingatkan mereka.
Dari laut sampai gunung. Tidak lebih dari objek konsumsi para tikus gedung. Yang sering mengakali mendung. Mereka tidak tahu, alam juga bisa murung.
Suatu ketika, aku harap alam mau sedikit berperan. Tidak sadarkah sudah waktunya memanggil topan. Bencana tidak lebih dari suatu variabel ganjil. Selalu di luar perkiraan tapi mampu mereka atasi.
Seandainya gempa dan gunung menciptakan mendung abadi. Hutan dan laut berisikan api. Mungkin, mereka tidak akan lebih berani. Atau memilih mengubur diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kini.
PoesiaDan Kini, tidak lebih dari sebuah karangan tidak masuk akal. Berupa puisi yang ditulis hati-hati. Keluh kesah dan keresahan yang tidak pernah berhenti, ialah ide utama dari tulisan ini. Kumpulan tulisan ini tidak banyak yang bersuasana riang, cender...