Gurun pasir berwarna darah. Hujan yang turun di musim panas. Reruntuhan kota yang ditinggalkannya, hanya bisa diam.
Pemimpin yang duduk di tahta. Tidak akan melihat ke bawah. Tubuh manusia menjadi bentuk pengorbanan.
Perang yang telah dikobarkannya. Merenggut manusia tak bersalah. Menjatuhkan mereka di dalam tanah.
Orang-orang pergi mengungsi. Mata mereka sudah tidak mampu menangis lagi. Tersenyum getir pada bulan dan matahari.
Pemimpin lelah menunggu bencana. Perintah akan segera tiba. Api sudah siap bergerak.
Prajuritnya menyanyikan derita. Tangan mereka memegang pembebasan dan pesakitan. Mereka hanya bisa berkumpul dan berdoa.
Langit terlalu cerah, saat darah akan tumpah. Anak-anak telah lelah berteriak. Orang dewasa duduk dengan pasrah.
Untuk apa perang terjadi? Tanah dan langit tidak lagi mengasihi. Bahkan, sang pemenang, hanya mendapatkan reruntuhan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kini.
PoetryDan Kini, tidak lebih dari sebuah karangan tidak masuk akal. Berupa puisi yang ditulis hati-hati. Keluh kesah dan keresahan yang tidak pernah berhenti, ialah ide utama dari tulisan ini. Kumpulan tulisan ini tidak banyak yang bersuasana riang, cender...