Untuk malam, yang selalu dimenangkan. Untuk petang, yang kadang mengancam. Untuk fajar, yang jarang bersuara. Dan, untuk siang, yang sialan.
Untuk apa aku menulis ini? Jelas kamu tak akan mengerti. Terompet terlalu bising. Dan hatiku jarang tenang sekarang.
Lima hari lagi, dunia berhenti. Bagaimana menurutmu? Aku berdusta atau bermain-main, Udara? Persetan kalian semua.
Kita berusaha. Kita selalu berusaha. Gagal pun belum tentu dikalahkan. Itulah manusia, hancur lebur pun tidak akan menyerah.
Kiamat datang nanti petang. Bagaimana menurutmu? Percaya atau hiraukan saja, Awan? Jangan mudah dibohongi manusia.
Buku-buku lebih baik dibiarkan. Hanya bodoh, yang terpecah belah. Diadu domba oleh petir yang menyuarakan getir. Aspirasinya terlalu sederhana.
Untuk keesokan harinya. Aku berharap mereka tidak sama bodohnya. Setidaknya berlajarlah dari pendahulunya. Yang digerakkan tangan-tangan baja.
Dan satir ini harus dibaca dan didengar. Namun, nanti aku pergi dulu. Sebelum orang-orang paham. Aku harus sudah menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kini.
PoetryDan Kini, tidak lebih dari sebuah karangan tidak masuk akal. Berupa puisi yang ditulis hati-hati. Keluh kesah dan keresahan yang tidak pernah berhenti, ialah ide utama dari tulisan ini. Kumpulan tulisan ini tidak banyak yang bersuasana riang, cender...