Setelah rapat yang memuakkan. Langit malam justru terlalu indah. Bintang berharap sentosa. Rembulan tersenyum, menanti orang-orang putus asa.
Peranku tidak banyak, tapi mengapa terasa berat? Seperti terancam dan ketakutan. Seandainya resah mendukungku berlebihan. Mungkin tidurku tidak demikian susah.
Aku manusia biasa. Hanya bisa berharap seperti bintang. Jika berdoa sudah tidak membuat tenang. Ke mana aku harus berada?
Kisahnya bahkan belum dimulai. Beberapa manusia masih terkulai. Di antara lalu lalang jalanan. Aku memikirkan masa depan.
Apa mungkin terlalu cemas? Menjadi bijaksana dalam lautan gelap. Seolah aku bisa segalanya. Nyatanya, hanya manusia yang sering diam.
Angin menerpa, pergi begitu saja. Enggan sekali dia menemani. Risau berseru anggun, menyambut di pintu depan. Tak apalah, aku akan berusaha diam.
Kata-kataku hari ini. Aku harap tidak banyak berarti. Aku harap mereka mengerti. Besok, aku harap semuanya tidak pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kini.
PuisiDan Kini, tidak lebih dari sebuah karangan tidak masuk akal. Berupa puisi yang ditulis hati-hati. Keluh kesah dan keresahan yang tidak pernah berhenti, ialah ide utama dari tulisan ini. Kumpulan tulisan ini tidak banyak yang bersuasana riang, cender...