Badai merah, menyerukan perih yang parah. Lukanya banyak menganga. Raganya mungkin tak apa-apa. Tapi, ia sudah diam lama.
Badai merah, menyapu senyum dan riangnya. Dulu, senang selalu datang. Menyambut lembut ketika larut. Tapi, kini ia juga takut pada suara.
Mungkin, begini apa adanya. Waktu hanya menambah rasa sakitnya. Apa yang ia nanti? Selain pemakaman hari ini.
Setiap hari kian nestapa. Badai merah merenggut segalanya. Sudah banyak yang menyuruh bertahan. Tapi, ia tidak lagi mendengar.
Wajahnya semakin datar. Pisau sudah menjadi tajam. Berbaring ia di sana, memejamkan mata. Ranjang menawarkan kematian yang cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kini.
PoetryDan Kini, tidak lebih dari sebuah karangan tidak masuk akal. Berupa puisi yang ditulis hati-hati. Keluh kesah dan keresahan yang tidak pernah berhenti, ialah ide utama dari tulisan ini. Kumpulan tulisan ini tidak banyak yang bersuasana riang, cender...