Apakah yang engkau tunggu, wahai Mahkota? Tidakkah engkau menanti diriku ini? Jadikanlah hari ini sebagai penantian abadi.
Nafas yang telah engkau tinggalkan. Akan selalu aku kenang aromanya. Akan aku resap semua rekaman yang terjebak pada minda.
Mana mungkin aku lupa? Akad sehidup semati yang kita ucap. Janji yang telah membeku di hati.
Penantianku abadi, maka biarlah itu terjadi. Wahai Juwita yang terlalu indah hatinya. Kurasa engkau harus menunggu sebentar lagi.
Maafkan aku yang mungkin mengecewakan. Maafkan aku yang selalu engkau khawatirkan. Untuk terakhir kalinya temani aku hari ini.
Keindahan angkasa yang terlihat. Tidak akan pernah terasa lengkap. Saat Juwita tak kunjung datang.
Aku tahu permintaanku tidak masuk akal. Kerana itu aku hanya akan menanti. Menunggu senja menjemputku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kini.
PoetryDan Kini, tidak lebih dari sebuah karangan tidak masuk akal. Berupa puisi yang ditulis hati-hati. Keluh kesah dan keresahan yang tidak pernah berhenti, ialah ide utama dari tulisan ini. Kumpulan tulisan ini tidak banyak yang bersuasana riang, cender...
