Teras lengang dan meja berdebu. Tanaman hias kering kerontang. Lampu yang sudah mati sejak dulu. Kemana perginya riuh rumahku?
Ketika itu, semuanya tidak merasa ragu. Aku ingat ia membanting pintu. Menggerutu. Hancur dan tersedu-sedu.
Kenapa semua orang meninggalkanku? Kenapa ia mengutukku? Berkata besar saat tubuhku gusar. Mencengkeram lama dan melepas rasa.
Pergi begitu saja. Hilang sebelum suara kencang. Subuh yang sudah tiada. Tengah malam kian hampa.
Aku rindu dering dan tongkat. Asap yang lezat dan aroma rasa lapar. Berpikir Kejam pasti akan datang. Ketika orang-orang ada di pemakaman.
Api mengembalikan riuh rumah. Wajahku merah membara. Mata menyorot cahaya. Suara sirine dari kejauhan.
Gaduh dan resah muncul di sana. Ramai mengunjungi lagi setelah lama. Pagi berikutnya asap keluar. Bersama arang manusia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kini.
PoetryDan Kini, tidak lebih dari sebuah karangan tidak masuk akal. Berupa puisi yang ditulis hati-hati. Keluh kesah dan keresahan yang tidak pernah berhenti, ialah ide utama dari tulisan ini. Kumpulan tulisan ini tidak banyak yang bersuasana riang, cender...